CAPPUCINO?

42 5 0
                                    

Alan menolehkan kepalanya ke bangku penumpang disampingnya dalam mobil, terdiam memandangi wajah Yuri yang sedang tertidur pulas dengan wajah polosnya.

Diingatnya lagi dengan jelas bagaimana Yuri menceritakan masalahnya yang mengakibatkan ia kabur dari rumahnya, bahkan parahnya lagi sampai keluar negeri. Awalnya Alan pun mendengar cerita sebagaimana adanya Yuri merespon dengan muka tak percaya. Namun, ia makin paham apa yang terjadi.

Melihat wajah polos Yuri saat tertidur dengan mata yang masih agak sembab membuat Alan ingin memeluk erat tubuh kecil Yuri dalam dekapannya. Supaya Yuri bisa merasakan hangatnya pelukan yang lama tak ia rasakan.

Hanya dengan sekali pandangan pertama, membuat ketertarikan pada hati Alan terhadap diri Yuri. Hatinya terasa damai ketika Yuri mau berbagi cerita tentang hidupnya yang ada miss-comunication didalam keluarganya.

Dirinya semakin ingin melindungi tubuh kecil Yuri, ingin membebaskan dari masalah yang menghimpitnya. Memang agak alay kalau di lihat - lihat. Tapi, memang seperti itulah keadaan hati Alan saat ini. Sama sekali tak ada niat jahat dalam perasaannya. Melihat Yuri yang hanya sebatang kara di negara yang besar ini tanpa ada keluarga atau kenalan, kecuali satu - satunya sahabatnya, yang juga hanya bermodalkan tas ransel sedang dengan visa-passport serta data penting lainnya dan segepok uang bermata uang won dengan berbagai macam kartu debit korea untuk berpergian ke negara asing.

Tangan Alan sudah terjulur untuk mengusap lembut puncak kepala Yuri. Namun hanya beberapa senti jarak antara tangan dengan puncak kepala, Alan tiba - tiba mengurungkan niatnya. ia malah menyampirkan beberapa helai rambut Yuri yang terjatuh dan menyelipkan di belakang telinga.

Alan tersenyum. Tangan nya kembali terjulur untuk membenarkan posisi tidur Yuri, namun lagi - lagi hanya berjarak beberapa senti Alan mengurungkan niatnya kembali dengan menurunkan tangan kanan-kirinya dengan cepat. Pikirannya kembali pada percakapan antara dirinya dengan Yuri tadi yang didalam setiap ucapannya ada rasa kesal dan marah.

"Aku lari." ucap Yuri dengan jelas. "Aku memang lari dan kabur dari rumah. Kakak tahu kenapa aku kabur?" lanjut Yuri dengan bertanya kali ini.

"Kakak tahu? Kenapa aku tidak hanya lari dari rumah, tapi malah pindah keluar negeri? Kakak tahu alasannya?" saat itu mata Yuri sudah berkaca - kaca menatap tepat di mata Alan, tangannya terkepal erat menandakan dirinya sedang emosi sekali.

"Kakak pernah tidak merasakan dianggap jadi anak tiri? Ah, tidak, Jangankan merasakan, membayangkan saja, apakah kakak pernah membayangkannya?? hm?" Alan mendongak, menatap Yuri dengan pipi yang sudah bercucuran air mata. Tak merespon apapun, namun wajahnya yang tadi menunjukkan keprihatinannya pada Yuri, sekarang mengeras, berubah menjadi wajah yang sangat datar. Gigi - gigi dan kedua rahangnya beradu saling mendorong. Matanya terus menatap tajam Yuri, mencoba menangkap maksud pembicaraan itu yang membuat Alan ikut emosi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BAD PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang