KELAPA MUDA

57 11 1
                                    

"Udah ah, ntar aja ceritanya, sekarang jemput gue. Dah, gue tunggu- bruk!" Yuri meringis. Dirinya oleng kebelakang dan hilang keseimbangan sehingga jatuh ke lantai bandara. Pantatnya sedang beradu dorong dengan lantai.

Ketika ia ingin bangun, kepalanya malah kejedot tas laptop orang yang tadi tak sengaja menabraknya dan sedang ingin membantu berdiri Yuri. Ditambah lagi ketika ia berdiri dengan bantuan orang yang menabraknya, ia malah terpeleset mantel tebalnya sendiri.

Orang yang melihat kesialan Yuri jadi bingung ingin menertawakan atau merasa kasihan dengan keadaan turis asing yang dari tadi terlibat dengan kejadian yang memalukan.

Ingin tertawa, rasanya salah. Ingin kasihan, tapi enggan ingin berbuat apapun. Jadi serba salah. Sedangkan Yuri yang mengalami kejadian yang beruntut seperti itu bukannya sedih dan menangis, tetapi ia tertawa ngakak sambil mengaduh tak jelas. Orang jadi merasa aneh melihatnya.

"Hahaha! Aduduh!" keluh Yuri ditengah tawanya mengusap - usap dahinya yang memerah.

"Aduh, Maaf. Anda tidak apa - apa?" sahut orang yang menabrak Yuri dengan khawatir.

Yuri mendongak. Nampaklah wajah pemuda berwajah mulus dengan rahang kokoh khas perawakan pemuda tampan yang sedang menunduk kepadanya. Yuri terkesima. Raut wajah khawatir pemuda itu bertambah dua kali tampannya dengan air muka teduh.

Yuri diam dengan kagum sekaligus melongo melihat ketampanan pemuda yang menabraknya.

"Hei..? Apa anda terluka?" suara berat pemuda itu semakin membuat Yuri semakin terpesona melihat gigi pemuda tersebut yang berbehel.

Pemuda itu bingung dengan tatapan dari gadis berwajah asing yang tak sengaja ia tabrak yang tak bisa ia artikan maksudnya. Pemuda itu melambaikan tangan nya di depan mata gadis itu, sehingga membuat gadis itu tersadar dari lamunannya dan cepat - cepat berdiri. Namun sayangnya, Yuri sang gadis malah terjatuh kembali dengan kaki yang bengkak.

"Oh, maaf! Kaki mu bengkak kah?" tanya sang pemuda dengan berjongkok melihat kaki Yuri yang tadi terpeleset serta keseleo hingga agak membesar di sekitar pergelangan kakinya yang hanya memakai flat shoes nya.

"Aduhh! Maaf, kakimu sampai membengkak begini-" sahut pemuda itu dengan khawatir dan merasa bersalah.

"Aih, gwenchana-gwenchana (tidak apa, aku tidak apa)," kilah Yuri.

Pemuda itu mengernyitkan alis tak mengerti. "Maaf, saya tidak begitu mengerti? Bisa kamu ulangi ucapanmu?"

"Ah, i'm sorry, i'm okay." kata Yuri.

"No, you're not okay. I'm Alan. You?" Alan menyodorkan tangannya untuk berjabat dengan Yuri.

"Yuri. Cho Yuri. Anda bisa panggil saya Yuri. Sa-saya tidak apa." logat Yuri terdengar aneh, walaupun begitu sudah cukup bagi Alan untuk mengerti ucapan Yuri.

Wajah Alan agak terkejut, "Oh, maaf saya kira kamu tidak bisa berbahasa indonesia. Ayo kita cari tempat duduk dahulu. Saya akan mengobatimu."

"Ba-baiklah," Yuri tersentak. Tangan Alan sudah melingkar di bahu Yuri yang menegang menahan gugup, membantunya berjalan dengan pincang.

Alan memeluknya dari samping untuk menuntun Yuri agar bisa berjalan pelan - pelan. Jantung Alan sudah akan meledak di dada nya. Bagaimana tidak, tatapan yang pertama kali ditampakkan gadis itu tak bisa diartikan oleh Alan yang terperangah mengagumi kecantikan dari sang gadis.

Bulu mata yang lentik yang melengkapi keindahan bola mata hitam kilap Yuri dengan bentuk mata agak bulat kecil, hidung yang mancung dipadu dengan kulit wajah putih bersih tanpa jerawat, ditambah lagi dengan bibir mungil Yuri yang merah ranum menambah keimutan yang Alan lihat.

BAD PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang