ES TEH MANIS HANGAT

118 14 3
                                    

Kantuk yang dibawa Yuri sejak ia merasakan perjalanan jauh dari bandara Incheon, Seoul - Korsel, ke bandara Soekarno - Hatta, Jakarta, masih terasa sampai sekarang saat ia turun pesawat berjalan menuju pintu keluar.

Sekejap, Yuri merasa menjadi turis asing di negara asalnya, dengan wajah blesteran Korea - Indonesia nya yang putih bersih, terlihat aneh oleh masyarakat yang memandangnya dengan heran.

"Excuse me, miss. Good Morning, can i ask you? What is your name? (Permisi, nona. Selamat pagi, bisa saya bertanya, siapa nama anda?)" tanya petugas wanita yang mengecek barang bawaan Yuri dari korea, di pemeriksaan terakhir sebelum keluar dari area kedatangan.

"Eoh? Nee? (Oh, ya ada apa?)" dengan gugup Yuri menjawab petugas wanita yang menyapanya tersebut. Tanpa sadar dirinya menanggapi dengan bahasa korea bukan bahasa inggris maupun bahasa indonesia yang banyak ia lupa kosakata nya akibat hampir hidupnya yang sekarang menetap di korea terus. lamunan membuat pikirannya kacau.

" I'm sorry, miss, i don't understand. But, can i know what is your name? (Maaf nona, saya tak mengerti. tapi, bisakah saya mengetahui siapa nama anda?)" tanya kembali si petugas wanita sambil mengernyitkan alisnya.

"Wha-what? My nama? You know my nama? Woah Daebak! (ap-apa? Namaku? Anda tahu nama saya? Wah keren!)" Yuri yang tak terlalu memperhatikan kalimat yang dikatakan si petugas dan malah menjawab nya dengan campuran bahasa yang nyeleneh.

"Ni orang emang kampret ya." gumam pelan dengan kesal si petugas wanita. Namun sayangnya Yuri mendengarnya, walau ia tak terlalu mengerti arti gumaman petugas wanita itu, karna keterbatasan bahasa indonesia nya yang sudah lama sekali tidak ia hiraukan.

"Mianhae, mwolago haessni? (maaf, Apa yang anda katakan barusan?)"
Dengan aksen yang terdengar aneh Yuri bertanya pada si petugas wanita yang bahkan satu katapun ia tak mengerti.

"WHAT IS YOUR NAME, MISS?! (SIAPA NAMA ANDA, NONA??) JENENGMU SOPO??! (bahasa Jawa)," mendengar nada marah dan kesal dari si petugas wanita, Yuri yang polos baru menyadari bahwa petugas tadi sedang menanyai namanya. Yuri memandangnya sewot.

"Oh. Na-namaku? Nama aku Cho Yuri Amelia, em-embak. Biasa saja mbak, aku juga orang indonesia, yang lupa bahasanya," kata Yuri dengan pelafalan bahasa Indonesia yang aneh.

Si petugas wanita menggerutu kesal mendengar Yuri dapat berbahasa Indonesia, walaupun tidak terlalu fasih, "Apa - apaan ni? Orang bisa bahasa indo kok bolak - balik tanya. Kuping nya budek kali ya? Cantik - cantik kok budek sih, jadi kasian nih,"

Meski gerutuannya sudah sangat pelan, sayangnya Yuri telah mendengarnya. Tapi beruntung sekali si mbak - mbak petugas tadi, Yuri hanya sedikit mengerti arti ucapannya tadi, sehingga Yuri tidak merespon apapun.

"Terima kasih dan selamat datang di Indonesia, Welcome to Jakarta and enjoy your moment." sahut si petugas wanita dengan cepat serta mempersilahkan Yuri untuk melewatinya dan keluar dari antrian pengecekan barang.

Tanpa menjawab, Yuri dengan santai keluar dari antrian. Setelah Yuri sadar bahwa dirinya benar - benar berada di negara asalnya setelah ia meninggalkan negara ini sejak dirinya umur enam tahun kurang.

She feel so free right now.
Baru pertama kali ia merasa sebebas itu. Bebas dari segala kemarahan mamanya, omelan serta bentakan dari mamanya, cemooh serta tuduhan yang salahpun dari mamanya, sekaligus, bebas dari fakta ia membenci Yeri adiknya sendiri.

Tanpa rasa malu, Yuri mengangkat tangannya lebar - lebar seakan ingin memeluk seseorang yang berlari padanya. Dan berteriak satu kata sekencang - kencangnya, "MULYOOOO!!!!! (korea : bebas)"

BAD PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang