Aku baru saja mengemas pakaianku pada beberapa koper yang lumayan besar. Besok aku harus pindah ke daerah asalku, Jakarta. Ku angkat kedua tanganku ke atas sambil mencoba melakukan peregangan, mencoba merilekskan kembali badanku yang terasa pegal. Ku sandarkan punggungku di kursi meja belajar yang aku duduki. Ku raih ponsel milikku, ku buka lock-nya dan melihat jam yang tertera di sana. Masih sekitar jam sembilan malam.
Ku letakkan kembali ponselku di meja belajar, sedetik kemudian mataku terpengarah ke sebuah benda yang berjajar rapi disalah satu rak kecil yang terpasang di meja belajar yang ada di depanku. Kemudian aku bangkit dari dudukku dan menuju saklar lampu kamar, lalu aku mematikannya.
Klik!
Lampu utama kamar sudah mati. Yang tertinggal hanyalah sebuah lampu belajar yang tadi ku gunakan untuk menerangi meja belajarku tadi. Hal tersebut masih bisa membantuku berjalan lancar dan menghidupkan beberapa benda cahaya yang kudapatkan dulu. Satu, dua, tiga. Tiga buah benda bercahaya tersebut sudah hidup. Aku memungut satu benda bercahaya yang seukuran genggaman tangan dari atas meja kecil dekat kasur dan kembali duduk di kursi meja belajarku, kemudian aku taruh benda yang tadi ku genggam disalah satu sisi terdalam meja belajarku.
Lalu aku melipat tangan kiriku di atas meja dan menjadikannya sebagai bantalan kepalaku. Tangan kananku meraih sebuah korek api, benda yang tadi sempat menyita perhatianku sebelum ku matikan lampu utama kamar ini. Aku memperhatikannya sejenak, lalu beralih ke sebuah benda kecil bercahaya putih dan warna-warni yang tadi ku bawa, kemudian berlanjut ke sebuah lampu tidur berbentuk lentera yang memancarkan warna seperti sebuah lampu minyak yang menempel di dinding kamarku tak jauh dari tempat tidurku.
Kemudian yang terakhir ku lihat sebuah lampu tidur buatan sendiri yang memancarkan cahaya berwarna biru muda dan membentuk bintang-bintang akibat pola yang dibuat pada tutup lampu tersebut, hal tersebut seakan membuat dinding kamarku seperti tergambar bintang-bintang berwarna biru muda.
Selesai dengan itu, aku kembali menegakkan tubuhku seperti sebelumnya, lalu memandang korek tersebut. Benda-benda ini membuatku mengingatnya. Ya, aku mengingat seseorang yang telah memberikannya kepadaku. Orang gila yang menyenangkanku selama di Bandung.
• • •
jangan lupa vote & comment! :)
Rabu, 28 Februari 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Panjang • IDR [COMPLETED]
Fanfiction(Namakamu)'s Point of View. "Maaf, Baal. Aku masih menangis saat mengingatmu. Aku akan belajar lebih tegar lagi." ucapku dalam hati.