Triple Up!! Sorry for typo!
Jangan lupa Vote dan Comment setelah membaca ya... ILY guys!!
-"Jangan bilang kau tidak pernah membawakan Araxi bunga?" Tanya Deon tak percaya. Mereka baru saja rapat tentang kemanan para wanita, dan setelah itu Deon mengajak Ken ke toko hadiah yang hanya beberapa simpang dari rumah sakit.
"Apakah harus?" Tanya Ken tanpa minat, Ken menatap bouquet bunga di genggamannya. Dia memilih bunga itu karena ia tak ingin kalah oleh banci penegak hukum itu.
"Kau harus banyak belajar dari ahlinya." Ucap Deon sambil menepuk dadanya bangga.
"Bukankah wanita lebih suka uang?" Ucap Ken tak berdosa. Deon menatap Ken datar lalu kembali berucap.
"Kau itu waras atau memang sifat tak warasmu itu kau buat-buat?" Tanya Deon kesal.
"Tak perlu menjadi wanita pun, semua manusia suka uang!" Sambungnya lagi. Tetapi tatapan kesal itu tak berlangsung lama saat Ken mengeluarkan pistolnya sedikit agar Deon tau ia berbicara dengan siapa.
"Keep calm, dude!" Ucap Deon cengengesan. Mereka pun akhirnya sampai di lobby dan menjadi pusat perhatian. Sang iblis dan Pria fakboi dengan sejuta pesona.
"Ahk!" Langkah santai mereka berubah mencekam saat, seorang perawat menjerit dan keluar dari ruangan yang sangat mereka kenali.
Tanpa pikir panjang, Ken berlari dan menjatuhkan semua barang-barang itu.
Jantungan seolah berhenti berdetak saat melihat ruangan Dinda yang sudah kosong, peralatan medis yang harusnya Dinda pakai pun tampak tergantung, seperti dilepas secara paksa.
Ken mengepal tangannya kuat, tatapan sang iblis kembali menghiasi kedua mata indah itu. Dengan perlahan Ken menatap kearah jendela yang sudah terbuka lebar.
"Wrong Choice."
-
'Bugh'
'Bugh'
'Bugh'Deon menatap Ken yang tengah memukuli penghianat-penghianat yang melakukan aksi penculikan itu.
Ken menarik kerah baju salah satu penghianat itu lalu membenturkannya ke dinding. Ia menarik kerah itu keatas, pria malang itu tampak kesusahan untuk bernafas.
Kekuatan Ken sangatlah luar biasa, ia sudah memukuli enam manusia berbadan kekar. Entah pria-pria malang itu masih bernyawa atau tidak, tetapi Ken tak berhenti hingga para penghianat itu mengatakan keberadaan tiga wanita berharga itu."A-ku tidakhh tau me-rekahh ad- di-mana." Ucap pria yang ada di genggaman Ken. Ken semakin mempererat cengkramannya, senyuman iblis kembali menghiasi bibirnya. Jika orang lain melihat, mereka akan mengatakan kalau Ken adalah psikopat atau sedang dirasuki iblis.
Ken melepaskan cengkramannya, membuat pria itu terjatuh kelantai dan dengan rakus mengambil nafas.
Ken melangkahkan kakinya ke sofa empuk itu. Dengan santai ia duduk di samping Ken lalu menghidupkan cerutu mahalnya.
Ruangan itu sangat minim pencahayaan, dan banyak patung-patung aneh disana. Jika melangkag disana haruslah hati-hati, karena banyak pria yang sudah tergeletak berlumuran darah.
Tak ada yang mengetahui ruangan itu selain Ken, Sean, dan Deon. Dan selama ini tiga bersaudara itu menyebut ruangan itu adalah 'black room'.
"Apa kau sudah meminum obatmu?" Tanya Deon langsung saat Sean baru saja menduduki sofa itu. Ken menyesap cerutunya lalu menatap Sean.
"Aku sudah tidak meminum obat sialan itu sejak Tayana hadir dihidupku."
Ken dan Deon saling bertatapan, tatapan yang sangat sulit diartikan.
"Apa orang-orang bodohmu itu tak bisa menemukan mereka dengan cepat? Atau mungkin lebih baik aku saja yang turun tangan?" Ucapnya menatap Ken tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Love |#2 WILLIAM'S BOOKS|
Romance"Can the devil fall in love..." ~ Araxi Deolla, gadis yang baru berumur 19 tahun ini menerima kenyataan pahit dimana ketenangan di hidupnya mendadak lenyap saat mengetahui sang ibu mengidap kanker pankreas yang membutuhkan biaya yang cukup besar. Ay...