Change

155K 10.3K 73
                                    

Hai semua, sebelumnya nuna minta maaf karena udah lama banget ga update, nuna uda sebulan ini ngalamin titik jatuhnya hidup. Nuna juga hampir mau mutusin vakum dari wattpad karena masalah ini, tapi alhamdulillah lambat laun karena orang-orang yang nuna sayangi selalu support nuna, nuna bisa kembali tenang dan bisa nulis lagi. Maaf cuman up dua part, insyallah nuna bakal fast up setelah ini. Terima kasih atas perhatiannya, I love you guys!

Jangan lupa vote dan comment setelah membaca!
Sorry for typo!

-

(Araxi POV)

Aku menatap jarum jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, kedua mataku sama sekali tak bisa terpejam. Rasa takut ini menghantuiku, membuat aku merasakan bahwa hidup sedang berada di ambang kematian.

Tubuhku melemah dan nyerinya juga semakin terasa, aku menunggu Tayana bangun dan kami pergi untuk menemui mama.

"Kau tidak tidur?" Tanya Tayana tak percaya. Kami tidur satu ranjang karena aku tak ingin dia meninggalkanku sendirian.

'Tok... Tok... Tok'

Aku terlonjak kaget lalu melangkah menuruni kasur itu. Aku tak ingin mati disini.

"Mereka tidak akan melukaimu, tenang saja." Ucapnya lalu melangkah mendekati pintu itu. Aku memutari kasur itu lalu menyembunyikan tubuhku disana, aku menatap takut Tayana yang mulai membuka pintu itu.

"Ada apa?" Tanya Tayana cetus kepada pria dengan luka sayat di pipinya. Pria itu sangat menyeramkan. Pria itu juga tampak menenteng beberapa papperbag.

"Mr. William sudah menunggu di meja makan." Ucap pria itu meninggalkan papperbad di lantai lalu menunduk hormat dan pergi. Tayana menatapku khawatir. Begitu juga aku, aku tak ingin berhadapan dengan pria gila itu. Itu sama saja aku membunuh diriku sendiri.

Tayana menutup pintu lalu menguncinya. Ia menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kita harus cepat mandi dan turun ke bawah." Aku rasa dia belum bangun sepenuhnya. Aku menggeleng dan masih terduduk bersembunyi disamping kasur.

Tayana melangkah lalu meloncat ke kasur yang empuk itu. Ia menatapku serius lalu senyuman indahnya mengembang.

"Kau harus menuruti setiap keinginannya jika kau ingin menemui ibumu." Saran Tayana, aku menggeleng cepat, itu sama saja membuatku kembali berada diambang kematian.

"Jiwanya terperangkap di kegelapan, dan ia membutuhkanmu untuk menariknya dari kegelapan itu." Ucap Tayana penuh arti, Araxi menatap Tayana ragu, ia tak mengerti apa yang Tayana ucapkan tadi, seharus Tayanalah yang melakukan hal itu, bukanlah dirinya yang hanya dianggap sebagai seonggok sampah.

"Ayo kita bersiap, kau sudah tidak sabar ingin berjumpa denga mamamu, bukan?" Ucap Tayana lagi, yang langsung diangguki setuju oleh Araxi.

-

(Author POV)

Ken terdiam mematung ia menatap berbagai makanan di hadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Trey menatap bosnya itu khawatir. Pasalnya pria itu belum mengatakan sepatah kata pun sejak kejadian semalam.

Hal ini sangatlah aneh, pria itu tampak rapuh dan hampa.

Pandangan Trey teralih saat mendengar derap langkah dari tangga, ternyata Araxi dan Tayana sudah bersiap-siap.

Dua wanita nyaris sempurna itu pun akhirnya sampai di meja makan. Araxi tampak jelas menyembunyikan raut ketakutannya, tubuhnya juga tampak sedikit bergetar.

Mereka menatap Ken yang masih mematung. Lalu dengan tiba-tiba pria itu menatap Araxi, membuat Tayana dan Araxi terlonjak kaget.

"Duduklah." Perintahnya dengan nada rendah. Tayana dan Araxi saling menatap lalu menduduki bangku kosong dihadapan Ken. Lebih tepatnya Araxi di hadapan Ken.

"Ayo kita makan." Perintahnya lagi lalu mulai menyantap makanannya. Araxi dan Tayana kembali saling menatap. Tayana mengendikkan pundaknya lalu mulai menyantap makanannya.

Araxi menatap Ken takut-takut. Pria itu tampak biasa dan seolah tak memiliki dosa apapun. Tatapan Ken menatap Araxi, membuat tatapan mereka bertemu. Araxi mematung seketika lalu menunduk takut.

"Dari semalam kau sama sekali belum mengisi perutmu. Makanlah, jangan menyiksa dirimu." Ucap Ken perhatian tanpa ada nada tajamnya. Trey yang ada di belakang Tayana melotot kaget. Sejak kapan pria berdarah dingin itu sangat perhatian seperti itu?

Araxi ingin menolak tapi ucapan Tayana tadi seolah berputar di kepalanya. Apa benar jika ia menurut, Ken dengan senang hati membiarkan ia melihat ibunya. Araxi terus berpikir tanpa sadar Tayana sudahmengambilkan makanan-makanan itu ke piringnya.

"Terima kasih." Ucapnya, dan Tayana hanya membalas ucapan Araxi dengan senyum manisnya. Tatapan Araxi kembali beralih ke Ken yang masih menatapnya. Seolah menunggu sesuatu yang penting.

Araxi membuang nafas beratnya lalu mulai mengambil sendok dan mulai menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya. Ken pun mengalihkan pandangannya lalu kembali menyantap makanannya.

Mereka pun menikmati sarapan mereka dengan keheningan, hingga sampai mereka selesai, Tayana mulai membuka pembicaraan.

"Ken" Panggilnya. Ken menatap Tayana seolah bertanya 'ada apa?'.

"Aku dan Araxi mau pergi menemui mama Araxi. Ia sangat mengkhawatirkan mamanya." Ucap Tayana yang langsung membuat rahang Ken mengeras seketika.

Bersambung...

Medan, 14 Desember 2017.

The Devil Love |#2 WILLIAM'S BOOKS|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang