uno

46 4 0
                                    

Dia tak pernah tau tempat dan waktu untuk datang.
Menurutmu, siapa dia?

Namanya adisa serliana, tepat hari ini dia tak lagi bersekolah di jakarta, sekarang ia sekolah di bandung karena ayahnya dipindah tugaskan dari jakarta ke bandung

Gadis yang biasa di panggil disa ini pun mengerti dengan keadaan ayahnya untuk pindah walau rasanya berat meninggalkan sekolahnya

Langkah kakinya menapak didepan plat bernamakan sebuah sekolah yang sekarang akan menjadi tempat menghabiskan saparuh waktunya

Seulas senyum terukir dibibirnya seolah menyuarakan kepada dunia dia sedang merasa bahagia

Kakinya melangkah pasti memasukin kawasan berseragam putih abu-abu itu, tali tasnya digenggam kuat dan rambut bergelombangnya sedikit terurai kebelakang karna hembusan angin

Dan tak sampai 2 detik semua itu lenyap, bahkan dibibirnya tak lagi tercetak senyum, hanya ada longoan akibat terkejut dengan apa yang ia dapatkan

Dia menurunkan pandangannya ke arah seragam yang kini berwarna putih dengan campuran bercak tanah begitu pula sepatunya

"hei kamu berhenti!" teriaknya kepada pengemudi motor yang menurutnya tak mempunyai sopan santun terhadap pejalan sepertinya

Gadis itu semakin kesal karena si pengemudi itu tak memberhentikan motornya, dengan langkah cepat ia menghampiri si pengemudi diparkiran

"Kamu liat gak sih tadi saya jalan disana, gak bisa kamu bawanya pelan aja biar genangan airnya gak kena ke saya?" ucap gadis itu masih dengan nada bersahabat karena dia berpikiran mungkin saja si pengemudi ini tak sengaja dan mau meminta maaf dengannya

Si pengemudi itu melepas helmnya, jemarinya merapikan rambut yang sedikit berantakan dan menatap gadis di depannya itu datar. Kemudian dia mendengus mengalihkan tatapannya dan beranjak pergi dari sana

Melihat itu rasanya kekesalan disa bertambah, dia melepas sebelah sepatunya dan melemparkanya tepat dipunggung laki-laki itu "dasar tidak bisa menghargai orang lain!"

"BANGSAT" pekikan itu menghasilkan senyum kemenangan dibibir disa

Laki-laki itu membalikan badannya berjalan kearah disa dengan tatapan menghunusnya "lo cari masalah sama gue?"

"Kamu yang bikin masalah sama saya!" disa berteriak mengeluarkan emosinya yang sedari tadi ditahannya

Cowok itu tersenyum miring, kemudian mengambil sepatu yang mengenai punggungnya dan melemparnya ke tempat sampah

Disa yang melihat itu membulatkan matanya "Heh lo gila ya?! itu sepatu bukan sampah bego!" teriakan disa menggelegar, habis sudah tutur kata lembutnya untuk orang seperti cowok ini

Tanpa memperdulikan disa, cowok itu berjalan memasuki gedung sekolah tak peduli dengan perempuan yang meneriakinya dari arah parkir

Disa sendiri menahan amarahnya dan berjalan ke tempat sampah dimana sepatunya dibuang begitu saja. setelah memasang sepatunya ia melihat sekitar yang memandangnya aneh, mungkin karna mereka tidak mengenalinya dan terganggu dengan kejadian tadi

Akhirnya disa menundukkan kepalanya dan berjalan cepat untuk menemukan TU

"Sial!" dalam hati disa

✡✡✡

"selamat pagi anak-anak"

"Selamat pagi buk" jawaban serentak dari kelas XI ipa 2 membalas sapaan bu neni. Wanita berkacamata itu meletakkan bukunya dan berdiri di depan kelas

"Jadi anak-anak hari ini kalian mendapatkan teman baru, masuk nak"

Sedangkan gadis yang berada di depan pintu itu tersenyum gugup dan mengeratkan pegangannya pada tali tasnya, kakinya melangkah masuk dengan perlahan dan seketika disambut ribut riuh penghuni kelas

"Perkenal kan diri kamu nak"

Pemilik mata caramel itu maju selangkah, menghembuskan napas pelan dan berusaha menetralkan suaranya agar tidak terdengar gugup

"Hai namaku adisa silviana bisa di panggil disa, mohon bantuannya ya teman-teman" kemudian tersenyum mengeluarkan senyum manisnya yang disambut antusias kaum adam di sana

"Aduhh manis bener"

"INI NAMANYA REZEKI"

"SAMA ABANG PASTI BAHAGIA NENG"

Dan bual-bualan lainnya, disa hanya tersenyum karena dia tau pasti semua itu hanya bercanda saja. Dan untungnya lagi disa sudah mengganti seragamnya dengan yang diberikan TU

"Sudah-sudah jangan berisik, kamu duduk di bangku kos- loh mana si meteor?" bu neni yang sedang mengarahkan tempat duduk disa berubah dengan pertanyaan yang tidak di mengerti disa

Gadis itu berfikir meteor itu nama? Atau sejenis apa?, yah yang dia tau sampai saat ini meteor itu adanya di luar angkasa tetapi sekarang meteor ada di kelas ini. Luar biasa bukan?

"Belum dateng bu, telat lagi kali bu" celetuk salah satu murid di kelas itu menyadarkan disa dari pemikiran konyolnya

"Aduhh anak itu, ibu bingung liatnya. Yasudah disa kamu duduk di sana ya"

"Makasih bu" disa kembali tersenyum dan melangkahkan kakinya ke bangku deratan ke 2 dari belakang

"Ya sudah ibu kembali kekelas sebelah, oh iya bu sri gak masuk kalian jangan ribut ya. Ibu mengajar di sebelah!"

"Siap bu" jawaban serentak dengan wajah berbinar menyambut pemberitahuan bu neni

Ketika bu neni keluar semua memandang kearah disa, disa yang merasa diperhatikan memastikan bahwa tak ada yang aneh dengan dirinya. Lalu kenapa semua memandang kearahnya?

Disa memandang bangku disebelahnya, kenapa juga dia sebagai anak baru disuruh duduk sendiri.

Kelas yang semula memandangnya mengalihkan pandangannya kearah pintu ketika mendengar bantingan pintu.

Disa ikut melihat kearah pintu dan pandangannya berhenti di bola mata abu-abu, dia mengenali mata ini.
'Si pengemudi bego!' batinnya

Disa melihat beberapa melirik kearahnya kemudian kedepan pintu, apalagi sekarang yang salah?

Disa berdiri sedikit menggebrak meja menyorot kesal pada bola mata abu-abu itu sedangkan yang ditatap hanya menampakan wajah datar.

Meteor berjalan kearah bangkunya kemudian berhenti enggan untuk duduk.

"Lo itu gak ngerasa bersalah? Minta maaf lo sama gue!" disa menunjuk wajah meteor, emosinya kembali tersulut

Meteor mengedikkan bahunya "gue gak punya salah"

Disa mendengus, mengeluarkan senyum miringnya kemudian tanpa aba-aba menjambak rambut meteor sehingga laki-laki itu meringis kesakitan

"Lepasin tangan lo bego!" meteor berteriak mencoba melepaskan tangan cewek aneh di hadapannya ini

Merasa sakit dikepalanya semakin bertambah meteor akhirnya ikut menjambak rambut disa, menarik rambut sebahu itu sampai kuncirnya terlepas

"Setan lepasin, kepala gue sakit" disa berteriak merasakan kepalanya nyeri

"Lepasin tangan lo duluan!" meteor semakin menarik rambut disa

Disa tak mau mengalah tangannya masih bersarang dirambut meteor, mereka sudah di kerumuni murid-murid bahkan dari kelas lain berdatangan melihat pertengkaran mereka

"DISA, METEOR IKUT SAYA KERUANG BK" terdengar teriakan bu neni membuat kedua murid yang sedang berjambakan itu menoleh kesumber suara.

"Sial lagi" keduanya mengumpat.

28 maret 2018

lluviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang