seis

11 2 0
                                    

Sudah tiga kali alarm berbunyi dengan masing-masing selisih waktu 10 menit tak juga membangunkan seseorang yang sedang pulas ditempat tidur

Tak lama alarm ke empat berbunyi, meteor bangun masih memejamkan matanya.

Cowok itu berjalan mengambil handuk kemudian masuk kekamar mandi entah memang dengan mata tertutup atau terbuka sedikit yang pasti meteor tidak tertabrak barang apapun

Setelah mandi dan berpakaian yang menghabiskan waktu 15 menit, meteor mengambil hoodie tanpa tudung, matanya melirik kearah jam dinakas

07.30

Meteor membulatkan matanya melotot hari ini ia tidak boleh telat tidak boleh!

"Mampus dah ini!"

Meteor bergegas mengambil topinya kemudian berlari keluar rumah sambil memakai sepatunya.

Jangan tanyakan lagi kecepatan motor yang dibawa meteor yang pasti penuh dengan umpatan pengendara lain.

pada akhirnya memang sudah telat ya pasti telat, gerbang sudah di tutup dari 15 menit yang lalu dan sialnya hanya dia yang terlambat.

Kakinya melangkah memutari pagar belakang dan dengan ringan meteor memanjat tembok tinggi dengan beling diatasnya

Tapi memang dia yang sedang sial, tidak sengaja ketika mendongakkan kepalanya keningnya tergores beling membuat meteor sempat mengumpat dan mendarat sedikit oleng

Tangannya memegang keningnya sambil meringis rasanya perih sampai membuat ia sedikit pening.

Baru saja selangkah berjalan matanya membulat medengar teriakan seseorang, ini bisa dikatakan bencana!

"Sstt, berisik!" meteor berkata ketus sambil membetulkan topinya agar wajahnya tidak terlihat

"E-eh ehh k-kak meteor nga-"

"Bisa diem gak sih? Awas lo ngadu ke guru piket!" meteor meilirik sinis

Adik tingkat itu tertunduk takut, melihat itu meteor mendengus kemudian kembali berjalan mengendap-endap sampai kedepan kelasnya

Alhamdulillah gak ketahuan

Meteor mengusap dada bersyukur, sekarang tinggal mengurus bu rita yang sedang mengajar didalam kelas.

"Permisi bu maaf saya terlambat tadi saya disuruh  fotokopi sebentar sama pak olan" meteor berkata sopan agar bu rita percaya dan keuntungannya meteor pandai fisika dan bu rita guru fisika, jadi intinya bu rita suka sama meteor

"Ohh ya udah meteor silahkan duduk"

Meteor menyeringai kemudian mengangguk, sedangkan murid lain mendesah pelan melihat meteor berjalan santai. Selalu seperti itu jika mereka yang terlambat pasti tidak dikasih masuk paling tidak harus mengerjakan soal yang membuat otak panas terlebih dahulu.

Meteor duduk di bangkunya melepaskan tali tasnya.

"Dimas kan gue udah bilang tadi jangan duduk disini nanti kalo meteor datang dia marah-marah lagi" desisan pelan terdengar dari bangku sebelah meteor

Cowok itu menoleh mengangkat sebelah alisnya, ah iya dia hampir lupa kalau sekarang ia punya teman sebangku yang menyebalkan.

Disa memutar kepalanya masih dengan posisi membaringkan kepalanya kemeja beralaskan lipatan tangan, disa sedikit terkejut tapi tertutupi dengan senyum tipis

"Eh meteor udah dateng?"

Meteor tak menanggapi masih terus memandangi disa. Meskipun mereka baru 'berkenalan' beberapa hari tapi meteor bisa melihat perbedaan dari gadis didepannya hari ini.

Bibir cewek itu pucat, badannya tampak lemas dan rambut nya tidak memakai aksesoris yang sering dipakai disa bahkan rambutnya tampat berantakan

Sedangkan disa menyadari meteor tak merespon akhirnya kembali berucap "meteor gue tidur ya? Jangan digangguin dulu hari ini" disa masih tersenyum kemudian memejamkan matanya

Meteor kembali menghadap depan sambil memainkan pena didepanya.
Iya perempuan itu sepertinya sedang sakit.

Meteor mengangkat bahu acuh, biar lah cowok itu tidak peduli. Toh mereka tidak ada hubungan apa-apa juga bukan dia yang membuat perempuan itu sakit.

Meteor kembali menyimak penjelasan bu rita.

~~~

Disa bersyukur dirinya masih kuat sampai bel pulang berbunyi.

Gadis itu memasukkan semua buku dan peralatan dimeja kedalam tas dengan cepat kemudian berjalan tertatih keluar kelas.

Sebenarnya disa kesal kenapa hari ini ia bisa tiba-tiba demam padahal niatnya ingin bertanya pada meteor keadaan topinya dan berceloteh cerewet kepada laki-laki itu.

Kakinya terus melangkah kearah gerbang kepalanya terasa pening, keringat juga mulai tampak dikeningnya.

Ketika sampai didekat gerbang tiba-tiba saja tangannya ditarik membuat badannya ikut tertarik dengan refleks menolehkan kepalanya

"Denan?!" disa berteriak yang terdengar tidak seperti seharusnya, kepalanya juga semakin pusing melihat laki-laki dihadapannya.

"Disa ternyata bener lo sekolah disini, ayo gue anterin pulang"

Disa menggeleng mencoba melepaskan cekalan pada tangannya

"Gak mau, aku bisa pulang sendiri. Lepasin!" disa berkata ketus tapi tak juga tangan denan lepas dari tangannya

"Gue kangen sama lo, lo pergi gitu aja tanpa ngabarin" denan menyeret disa kearah mobilnya dengan disa yabg sudah tampak lemas.

ketika denan membukakan pintu mobil, disa ambruk sudah tidak kuat. Disa masih bisa melihat sekitar samar dan ia merasa badannya tidak menyentuh aspal.

"Meteor?" disa berucap pelan sedangkan meteor menoleh kemudian melepas topinya untuk dipakaikan kepada disa

Meteor sengaja memasangkan topinya sampai menutupi wajah disa agar tidak terkena terik matahari

"Lo itu banci? Lo gak liat dia lagi sakit?"

Denan mengerutkan dahinya merasa tidak terima telah disalahkan

"Maksud lo apa hah? Emang lo siapa ?!"

Meteor menyelipkan tangannya dilekukan kaki disa, mengendong perempuan itu kemudian berjalan mendekat kearah laki-laki didepannya

"Ganti aja kelamin lo kalo gak bisa menghargai perempuan"

denan mengancang akan memberikan bogeman pada meteor tetapi terhenti ketika meteor mendorong keras dengan kakinya tepat di dada laki-laki itu mengakibatkan denan tersungkur dijalan.

"Banci tetap banci" Meteor tersenyum miring

18 juni 2018

lluviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang