"Alen" Suara mamanya menggema di seisi ruangan.
"Mama, jangan teriak-teriak didengar tetangga gak bagus" Tegur Satya lembut. Renita tersenyum dan meninggalkan Satya beralih menuju kamar Alen
"Alen, kamu udah bangun belum?"
"Beluuum" sahut Alen , mamanya mendengus
"Belum kok bisa ngejawab?" Tanya mamanya
Alen yang sedang asik ngeringkuk dikamar, bangkit dan berjalan gontai hendak membuka pintu.
"Ada apa sih ma?" Suaranya parau khas orang bangun tidur
"Ada Tamu tuh dibawah" mata Alen membulat.
"Siapa ma?, cowok atau cewek?"
"Cowok, udah sana cuci muka terus turun kebawah. Perawan kok males banget" Gerutu Renita dan berlalu dari hadapan anaknya. Sedangkan Alen masih menerka-nerka Pria yang mendatangi rumahnya. Elo ataupun Rendy pasti langaung memberi Pesan jika ingin Bertemu denganya kecuali jika dia memberikan kejutan.
Alen tak mau pusing, setelah selesai membersihkan wajah. Dirinya langsung menuju keruang tamu, menemui tamu yang bikin paginya terasa buruk.
Jantung Alen hampir keluar dari rongganya. Melihat laki-laki yang menyunggingkan senyum kearahnya.
Lagi-lagi senyumnya menghipnotis.
"Nak Terra Janaa silahkan diminum" Ujar mamanya melewati Alen yang berdiri mematung di ujung anak tangga.
"Eh tante, gak usah repot-repot" Ujar Terra tidak enak
"Gak papa, dan jangan panggil tante. Panggil mama aja" Ujar Renita bangga.
Betapa senangnya hatinya pagi ini, hal yang diifam-idamkan akan segera terwujud.
"Iya Ma" Jawab Terra malu
"Eh Alen, kok jadi patung disituh to? Ini lo pacarnya dari tadi nungguin kamu" Betapa tidak, Alen dan Terra membelalakan matanya mendengar penuturan Renita
"Eh i-iiya ma," Ujar Alen kikuk dan berjalan menghampiri Terra. Kemudian duduk disebelahnya
"Kok Kamu bisa tahu rumah saya?" Tanya Alen
"Iya, Tadi nanya-nanya sama tetangga kamu" Jelas Terra, Alen manggut-manggut
"Maaf ya nak Terra, Alen memang kurang ajar. Pacarmya gak dikasih alamat rumahnya" Ujar mamanya , Terra menggaruk tengkuknya yang tak gatal
"Iya Ma nggak papa Terra bisa maklum"
"Ya udah kalau gitu Mama tinggal dulu ya, mau masak. Kamu jangan pulang dulu ya nanti kita sarapan bareng" Ujar Renita
"Jadi ngerepotin Ma" Ujar Terra
"Nggak papa kok nak" Renita lalu masuk kedapur.
"Mama kamu humble ya" Tutur Terra setelah kepergian Renita
"Iya. Mmmm kamu kesini ada perlu apa?" Tanya Alen
"Nggak ada perlu apa-apasih Len, Cuman kangen aja sama Anak kamu" Alen Langsung menegang, bagaimana Bisa laki-laki disampingnya ini percaya jika dirinya memang seorang janda beranak satu
"Masih tidur ya?" Tanya Terra
"Mmmm" Alen mengangguk , Terra BerOhria
"Eh, Diminum tehnya" titah Alen.
"Len"
"Hmm"
"Aku suka kamu" Ujar Terra, Sedangkan Alen bergeming bagaikan patung dengan jantung yang hampir copot.
Perlukah dia memeriksa kesehatan jantungnya?. Ahkir-ahkir ini banyak sekali seseorang yang membuat jantungnya berdetak hebat, entah apa karena Alen mempunya penyakit jantung atau apa?.
"Loh, ada tamu" Sapa Satya
"Eh, Iya" Balas Terra kikuk
"Saya kakaknya Alen. Panggil saja Satya" Satya mengulurkan tanganya
"Terra" Balas Terra sambil tersenyum dan melepaskan jabatan tangan mereka
"Alen memang suka gitu, kalau punya pacar Masnya gak di kasih tau" Ujar Satya menggoda Alen, sedangkan Alen mendelik kearah Satya membuat satya menahan tawanya
"Tinggal dimana Ter?"
"Di apartemen Jaya mas"
"Kuliah, atau kerja?"
"Kerja Mas, Buka bisnis kedai kopi" Tutur Terra
"Wah, bisa dong kapan-kapan mampir?"
"Boleh Mas, boleh. Tempatnya gak jauh dari sini. Di jalan Senggati dekat persimpangan jalan" Satya mengangguk
"Kapan-kapan ya"
"Iya Mas"
Mereka terdiam, dengan pikiran masing-masing. Dan Terra dengan pikiran yang Ketar-ketir akan ucapannya tadi, akankah Alen menerima rasa sayangnya? Terra takut jika ini terlalu cepat tapi begitulah yang ia rasakan. Saat pertama melihat Alen ada rasa yang tidak bisa dijelaskan Olehnya apalagi Melihat Alen yang single parent , Mbuat Terra Tergugah untuk memiliki Alen siwanita tangguh itu.
Sedangkan Alen gugup dan gelisah bercampur jadi satu. Bagaimana tidak, setelah enam tahun terahkir dirinya tidak oernah merasakan apa itu jatuh dan cinta. Pacaran? Mungkin sudah menjadi kalinat yang sakral untuknya. Dan yang membuat Alen semakin tidak karuan adalah, atas dasar apa Terra menyukainya? Apakah karena Alen yang berstatus janda?. Dan apakah Terra juga seorang duda?. Jika ia berarti dirinya bukan seorang Perjaka. Ini semakin membuat kepala Alen pening.
"Mas, Tinggal dulu ya" pamit Satya dan diangguki Oleh mereka
Terra berdehem. " Alen, Apa kamu mau menjadi istri saya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kayaknya Perjaka
ChickLitAlen adalah gadis masa bodoh dengan yang namanya jodoh padahal umurnya sudah Pantas untuk berkeluarga. Tetapi Dirinya lebih menyibukan Diri dengan Hal hal yang tidak berguna. Walaupun Masa bodoh tetapi Kriteria Pria idamanya Adalah Pria yang masih P...