Gone

70 3 0
                                    

'Cause you are the piece of me

I wish I didn't need

Chasing relentlessly

Still fight and I don't know why

If our love is tragedy, why are you my remedy?

If our love insanity, why are you my clarity?

Clarity – Zedd ft Foxes

------------------------------------------------------------------------------------------------

Dia pergi, benar-benar pergi.

Tak ada lagi pesan manis darinya atau senyum cerah ketika aku datang menghampirinya.

Kenapa? Padahal aku bisa saja tetap menjadi sahabatnya. Aku tak apa terjebak di friendzone asal masih bisa tetap dekat dengannya. Tapi ia tak mau dekat denganku, lagi.

Hari-hari aku lalui, aku rasa itu hal terberat bahkan kehilangan Sigit tak ada apa apanya jika dibandingkan dengan itu.

Aku menangis hampir setiap hari, mengutuk diri sendiri. Kenapa aku merasa masih punya banyak waktu dengannya, kenapa aku begitu bodoh menganggap cintaku berbalas.

Sampailah pada hari ulang tahunnya, aku memberikan hadiah video stop motion yg aku buat sendiri, lukisan fotoku dengannya dan sebuah dompet. Dia masih tetap baik, berusaha untuk tetap terlihat biasa saja. Tapi tidak denganku, rasanya sesak sekali setiap kali melihatnya. Bahkan disekolah, ketika hanya punggung nya yg aku tatap, rasanya sesak sekali.

Berbulan-bulan pula aku jatuh menangisinya, tak henti. Aku bahkan berdoa kepada Tuhan untuk memperlihatkan keburukannya. Agar aku membencinya. Dan benar saja, banyak sekali hal yang baru aku ketahui.

Mulai dari dia yg ternyata pacaran dengan temannya sewaktu dekat denganku, dia yang mendekati teman satu angkatanku, padahal aku percaya bahwa hanya aku, hanya aku yang dekat dengannya saat itu. bajingan, brengsek, topengnya banyak sekali.
Padahal ia meninggalkan ku dengan alasan janji nya untuk tidak berpacaran dengan siapapun selain Intan. Nyata nya itu cuman alasan saja, dia berpacaran kesana kemari dibelakangku.

Tapi tetap, aku mencintainya. Dengan segala kebusukkan yang Tuhan perlihatkan, aku tetap mencintainya. Hebat sekali kebodohanku ini, tak ada yg lebih bodoh lagi selain wanita yang membiarkan dirinya tersakiti.

Lalu ada suatu waktu ketika aku dan Reza menjadi panitia sebuah acara. Acara itu berlangsung hingga malam hari, disekolah. Ya, kami menginap disekolah. Pada malam itu, ada acara api unggun. Kami semua berdiri mengelilingi api unggun tersebut. Lalu, ketika sambutan dari ketua acara, seperti sebuah renungan dan pesan dari kami para kaka kelas yang akan segera lulus. Aku menangis disitu, kami saling memeluk satu sama lain bergantian, hingga sampai aku berdiri didepan Reza. Ya, aku memeluknya. Kau tau? Pelukan itu hanya berlangsung beberapa detik. Ia memelukku erat sekali, akupun begitu. Mereka yang ada disana tau kisah kami sejenak hening menatap kami berpelukan. Ah, rasanya hatiku hancur saat itu. Memang entah sudah berapa kali hatiku hancur selama mencintai lelaki itu.

Ketika acara bebas, semua panitia saling mengobrol. Tapi Reza memisahkan diri sendiri, aku mengampirinya. Aku duduk disampingnya sambil menundukkan kepala, ia bertanya "ada apa?". Aku senyum sambil menatapnya namun air mata terus saja jatuh kepipiku, "terimakasih" ucapku. "untuk apa?" tanya nya lagi. "untuk semuanya" sahutku.

Dia tertawa.

Dia tertawa.

Sebercanda itu kah perasaan ku? Apa selucu itu melihatku menangisimu berbulan-bulan?

Lalu tanpa sepatah kata apapun, ia beranjak pergi meninggalkanku sendiri.

Mungkin ia memang punya hobi untuk meninggalkanku.

What Is Happy Ending?Where stories live. Discover now