Broke

104 7 2
                                    

"tell me a lie" - she said

"I Love You" - he said

-------------------------------------------------------------------------------

Entah kenapa sejak Jessy menyebut adik kelas itu ganteng, aku secara tidak sadar malah sering memperhatikannya dan mencari tahu dimana letak 'kegantengannya'. Ya, siapa lagi kalau bukan si Reza itu. Aku bahkan mencari tahu dia kelas mana dan siapa nama lengkapnya, "hei kamu udah punya cowok!" Gerutuku dalam hati. Tapi tetap saja aku mencari tahu tentangnya dan diam-diam memperhatikannya. Reza Aditya, anak kelas 11 dengan tinggi badan sekitar 175cm, sorot matanya yang tajam, hidung mancung, rahang nya yang tegas, ekspresinya selalu datar, aku jarang melihatnya tersenyum atau merespon dengan baik ketika cewek-cewek mendekati atau mengajaknya ngobrol, dia hanya akan menjawab singkat dan berlalu, sikapnya dingin tapi tidak terkesan sombong, terlihat pendiam dan berkulit sawo matang hmm mungkin memang tipe ku adalah cowok yang berkulit sawo matang dan pendiam? Ah apa yang barusan aku pikirkan, tipe? Yang benar saja memangnya aku sedang tertarik dengan dia? No! Lupakan, aku mungkin sudah gila.

Ngomong-ngomong, kemana Sigit? Hari ini dia sama sekali tidak keliatan. Aku kangen, "apa aku samperin ke ruang OSIS aja ya?" gumamku. Detik selanjutnya aku langsung bergegas keruang OSIS tapi sesampainya aku disana hanya ada adik kelas yang merupakan anggota OSIS juga, "mana Sigit?" tanyaku. "oh kak Sigit ke ruang Kepala Sekolah minta tanda tangan" jawab adik kelas itu. Aku masuk dan duduk didalam ruang OSIS itu lalu melihat handphone Sigit yang mungkin tertinggal, aku mengambil handphone nya yang password nya saja aku tidak tahu, "eh, kamu tau password HP Sigit?" tanyaku asal ke adik kelas yang sedari tadi duduk didekatku. Dan benar saja dia tahu, bagaimana mungkin aku yang pacarnya saja tidak tahu sedangkan anak ini tahu? Aku asal buka apapun, chat, sms... ada sms dari nama seseorang yang aku rasa familiar. Dewi, mantan sigit, mereka masih berhubungan? Aku kira Sigit sudah gak berhubungan dengan mantan-mantannya setelah pacaran denganku? Pikirku sambil membuka isi pesan dan menscrool up ­asal-asalan dan tiba-tiba aku membaca ada tertulis namaku dipesan itu.

"gimana hubungan kamu sama Dita?" – tanya perempuan itu. "ya gitu, aku udah bosen sama Dita asikan sama kamu, bi. Besok kita jadi kan nonton?" – balas Sigit. "Bi? Maksudnya baby? Sayang?" pikirku langsung. Seketika aku shock, jantungku rasanya berhenti, aku menutup mulutku rapat-rapat agar tidak berteriak tapi raut wajahku tidak bisa berbohong, "kak Dita ada apa? Kenapa?" tanya adik kelas itu, dia panik entah kenapa. Apa aku terlihat seperti ingin pingsan? Entahlah. Aku berusaha mengatur nafas dan memasang wajah datar seperti yang biasanya orang lihat dan meletakkan HP nya ke tempat semula, seolah tidak terjadi apapun, seolah tidak mengetahui apapun aku tetap setia duduk menunggu Sigit kembali dari ruang Kepala Sekolah. Ketika aku berhasil menormalkan nafasku dan mengendalikan pikiranku yang kacau berantakan dan mataku rasanya panas, aku tidak kuat lagi ingin menangis. "Hai, sayang udah lama nungguin?" – sapa Sigit yang baru saja datang, dengan riang tanpa rasa bersalah atau apapun. Aku hanya mengangguk dan tersenyum. "aku balik ke kelas ya, udah mau bell masuk juga" kata ku. "oh yaudah" sahut Sigit dengan senyum manis sembari mengelus kepala ku dan sempat menggenggam tanganku. Aku bergegas berbalik dan kembali ke kelas, menahan semuanya, aku gak mau menangis disini.

Jam pulang sekolah aku langsung bergegas pulang, sesampainya dirumah aku langsung ke kamar dan menangis sejadi-jadinya. "jadi selama ini? Aku dengan sabar menunggu kabarnya setiap hari, aku berusaha memahami kesibukannya dan percaya dengan semua yang dia katakan tentang rutinitasnya yang padat sampai-sampai aku tidak dihiraukan. Bodoh, bodoh, bodoh, kenapa gak tampar aja tadi cowok brengsek itu? kenapa diem aja?" aku mengutuk diriku sendiri dan menyesalkan semua pengorbananku dan pikiran positif ku tentang Sigit. Selama beberapa saat aku menenggelamkan wajahku ke bantal dan menangis hingga aku lelah dan tertidur dengan masih menggunakan seragam sekolah.

Esoknya Sigit masih seperti biasa, bersandiwara, demi apapun aku sudah muak melihat wajahnya yang menipu itu. Aku sudah mendiamkannya sedari kemarin dan menjawab seadanya ketika dia berbicara atau bertanya apapun denganku. Lalu dia kehabisan kesabaran dan membawaku ke ujung koridor yang sepi dan mulai terlihat kesal dengan terus menerus menanyakan ada apa denganku. "merasa kehilangan sesuatu karna selama ini aku selalu mengejarmu kesana kemari, huh?" pikirku dengan menatap tajam ke Sigit tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dia frustasi dan membentak "kamu kenapa sih?! Jangan diem gini dong kalo ada apa-apa tuh bilang jangan disembunyiin" jelasnya. "kalo balikan sama mantan, jalan, selingkuh juga musti bilang gak?" sindirku. Dia langsung diam sesaat dan mulai berbicara lembut lagi "kamu kenapa sayang? Aku ada salah?" jawabnya. "pake tanya lagi, brengsek" pikirku. Dia masih mencoba merayu, "coba diomongin kalo ada apa-apa jangan diem gini kamu kira aku bisa baca pikir---", "kita putus" potong ku langsung yang membuat dia membeku. "apa?" katanya memastikan. "kamu dengar aku bilang kita putus" terangku. "kenapa?" tanyanya, wah dia masih bisa bersandiwara. "aku udah muak sama muka dua kamu tuh, sana pacaran aja sama Dewi yang LEBIH ASIK dan GAK NGEBOSENIN" tukas ku dengan menekankan kata lebih asik dan gak ngebosenin biar dia sadar salahnya apa. Dia masih berusaha menjelaskan tapi aku benar-benar tidak mau dengar dan pergi menjauh. Aku benar-benar marah dan kecewa, bagaimana bisa? Ah lupakan saja memangnya cowok cuman dia aja? lebih baik aku fokus belajar.

Aku berusaha untuk kuat menghadapi semuanya sampai ketika aku sadar bahwa aku belum memikirkan konsekuensinya : "GIMANA BISA MOVE ON KALO KETEMU TIAP HARI?"

-------------------------------------------------------------------------------

update kalo lagi ada waktu luang^^

jangan lupa Vote and Comment yaaa biar penulis semangat buat bikin chapter selanjutnya!

jangan lupa bahagia! ^^

What Is Happy Ending?Where stories live. Discover now