Harapan

1.1K 73 11
                                        

Pagi menjelang, Vano beserta Diandra pun berencana kembali lagi ke Jakarta.

Perjalanan tak begitu padat, sehingga mereka sampai dengan waktu yang lebih singkat. Mobil yang di kendari Mamang pun masuk kesebuah rumah megah bercat putih milik Diandra.
Dengan muka bantalnya Diandra beserta Vano turun dari mobil itu.

Karna keduanya sama-sama dalam keadaan ngantuk berat, Vano pun hanya mengantar Diandra sampai didepan pintu.

Sebelum Diandra masuk kedalam rumah. Vano terlebih dahulu menahan tangan milik Diandra, dan Mencium lama kening wanita yang dicintainya itu.

"Langsung istirahat ya, nanti kalo udah segeran baru deh ngasih kabar ke aku."

Diandra pun hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Aku pulang dulu. Sampai ketemu besok dikampus."

"Hati-hati dijalan ya. Suruh mamang jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya."

"Iya sayang. Yaudah gih masuk, terus lanjutin lagi tidurnya."

"Kamu aja dulu yang masuk mobil, aku mau nungguin kamu sampai pergi."

"Yaudah, aku masuk mobil, jangan kangen ya."
Kata Vano dengan nada jailnya.

Tak urung tangan Diandra pun langsung meraup muka milik Vano.

"Pede banget bapak negara ini."

Vano tak kuasa menahan tawa liat tingkah laku perempuan didepanya ini.

"Lho kan memang fakta kalo aku itu ngangenin."

"Iyain aja deh. Udah gih sana pulang, jangan lupa sampe rumah langsung istirahat, dan nggak usah ngasih kabar dulu, kalo udah segeran baru boleh."

"copy past kata-kata milik siapa buk itu."

"Milik Bapak, Udah gih sana-sana pulang."

"Ngusir nih ceritanya?"

"Iya aku usir, gih masuk mobil."

"Oke aku pulang. Love you."

"too."

Setelah mobil yang ditumpangi Vano keluar dari pekarangan rumahnya, Diandra pun segera memasuki rumah.

Dengan badan yang terasa lemas dan kepala pusing, Diandra berusaha melangkahkan kakinya menuju kelantai dua tepat kamar tidurnya berada.

Namun saat ia ingin menaiki anak tangga pertama, tubuhnya limbung, jatuh dan tak sadarkan diri.

Teteh Sari yang bekerja dirumah pun langsung berlari saat melihat anak majikanya itu pinsan. Tanpa menunggu waktu lama lagi si teteh itu pun langsung menelfon Arga.

Diandra semenjak tiga tahun belakangan ini menjadi prioritas utama Arga. Jadi, tidaklah salah tindakan yang dilakukan teh Sari saat ini.

Dengan tangan gemetar, si teteh mencari-cari nomer milik Arga. Setelah terdengar nada tersambung, dengan gugup dan rasa takut teh sari memberitahukan keadaan Diandra kepada Arga.

Tak perlu waktu lama. Setelah sambungan telfon itu dimatikan, teh sari sebisanya segera menolong keadaan Diandra.

Sepuluh menit berlalu, Arga datang dalam keadaan kacau balau. Entah apa yang baru saja dilakukan laki-laki ini. Baju berserakan, rambut acak-acakan, begitu juga dengan keringat yang menempel diwajahnya.
Berasa habis memenangkan lari maraton.

Dengan wajah khawatirnya Arga segera menggendong tubuh lemah adiknya itu menuju lantai dua dimana kamarnya dan kamar Diandra berada.

Dengan perlahan Arga meletakan tubuh Diandra diatas kasur. Kemudian dengan cepat dirinya segera mengambil minyak kayu putih untuk membantu Diandra sadar dari pingsanya.

Tak berselang lama, mata yang tadinya tertutup itu, perlahan membuka. Masih dengan wajah pucatnya, Diandra memberikan senyum kekuatan kepada sang Kakak.

Arga yang sebenarnya merasa tak tega dengan keadaan sang adiknya itu pun terpakasa membalas dengan senyum manisnya walau sebenarnya didalam hati ia miris melihat keadaan adiknya sekarang.

"Masih pusing."
Tanya Arga saat melihat gerak -gerik Diandra yang terus memeggangi kepalanya.

Diandra pun mengangguk sebagai tanda jawaban.

"Buat tidur aja lagi, kelihatan banget itu mata ngantuk."

"Enggak bisa tidur."
Kata Diandra dengan nada merajuk.

"Manjanya kumat."
Cibir Arga.

"Tidur ditemenin Abang boleh."
Kata Diandra dengan mata memohon seperti anak kecil.

Arga menampilkan senyum gelinya.
Namun mau tak mau Arga langsung ikut berbaring disamping Diandra.

Beginilah kalo adik terkasihnya sudah mulai manja, tanpa Diandra harus meminta sampai dua kali, Arga pasti akan langsung mengabulkan keinginanya.

Posisi ternyaman Diandra kala sedang manja yaitu berada didalam dekapan sang Abang sampai matahari pagi menyinari bumi kembali. Dekapan paling nyaman yang Diandra rasakan setelah dekapan Ayah dan Bundanya.

Tangan Arga dengan penuh kasih sayang mengelus kepala Diandra. Begitu pun dengan Diandra sangat amat menikmati apa yang sedang Abang terkasihnya lakukan saat ini.

"Bang."
Sentak Diandra dari keheningan.

"hem"

"Abang"
Panggil Diandra untuk kedua kalinya

"Apa"

"Abang."

"Apa Nata, adik Abang yang manja."

Diandra merubah posisinya yang tadinya berbaring diatas bantal menjadi bersender dan mengamati wajah tampan Abangnya.

"Tuh kan aneh. Kamu itu mau apa, tadi manggil Abang, sekarang malah bengong liatin muka abang."

"Enggak,
Cuma mau nanya."

"Mau nanya apa."

Diandra memejamkan mata sejenak. Mencari sedikit kekuatan untuk mengutarakan pertanyaan yang akan dilontarkan keAbangnya itu.

"Kalo misal Nata pergi, Abang janji ya bikin Bunda sama Ayah harus tetap bahagia."

"Emang kamu mau pergi kemana."

"Semisal Nata udah nggak ada. Abang janji ya.?"

"Abang nggak ngerti sama yang kamu omongin. Omong yang jelas, kamu itu mau pergi kemana. Kalo soal membahagiakan Ayah sama Bunda kan udah tugas kita berdua."

"Nanti saat tiba waktunya Allah manggil Nata, Abang pokoknya harus janji jangan bikin Ayah sama Bunda nangis ataupun sedih."

Arga terdiam sejenak, masih syok dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh adiknya itu.

Dengan tangan gemetar, Arga memegang bahu adiknya.

"Denger Nat, Abang yakin kamu pasti sembuh. Kamu kuat, membahagiakan Ayah dan Bunda itu udah menjadi kewajiban kita. Abang akan selalu ada disamping kamu. Kamu kuat Nat, kamu kuat."

Suarga Arga bergetar menahan tangis. Jika sudah begini apa yang harus dirinya lakukan.

Ditariknya Nata kedalam pelukan.

"Jangan pernah ngomong kaya gitu lagi. Abang nggak suka. Abang nggak mau sedikitpun kamu pergi dari hidup abang. Percaya Nat, kamu bakalan sembuh."

"Tapi Bang?"

"Nggak ada tapi-tapian, sekarang udah kamu istirahat, dan ini diotak kecil kamu, fikiran negatifnya dibuang isi sama fikiran positif."

Nata mengeratkan pelukanya, satu hal yang sangat diinginkan Nata saat ini hanyalah sembuh dari penyakitnya.


Lama banget ya nggak update ini cerita, hihihi makasih yang udah mau nungguin....

Lope-lope dari akyu yang sedang dilanda rindu.
Bahahahahahhaha



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Origami Burung BangauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang