Vano menggeliat saat cahaya matahari menampar wajahnya melaui celah gorden. Vano terlihat masih enggan untuk bangun dari tidurnya. Malah laki-laki ini menarik selimutnya agar menutupi semua anggota tubuh miliknya. Namun dentingan nada diponsel mengalihkan dirinya yang ingin melanjutkan kembali tidur. Vano sedikit duduk dan langsung mengambil ponsel yang berada dinakas sebelah ranjang tidurnya.
Dilayar handponenya tertera nama yang selama tiga hari belakangan ini diharapkan keberadaanya. Vano segera membuka pesan itu. Senyum bahagia tercetak jelas dibibir Vano. Tak ingin membuang waktu lama. Vano pun segera meninggalkan selimut dan melangkahkan kakinya menuju ketoilet. Setelah beberapa menit, Vano terlihat rapi dengan penampilanya. Kaos warna putih dan juga celana berwarna khaki dengan rambut yang ditata sedemikian rupa. Membuat siapa saja yang melihat penampilan Vano saat ini pasti akan memandangnya dengan pandangan kagum.
Vano segera melangkahkan kakinya menuju kelantai bawah. Rumah ini terlihat sudah sangat sepi. Sang Ayah dan Bundanya pasti sudah berangkat kerja. Begitu juga sang adik pasti sudah berangkat kesekolah. Vano pun langsung menuju kearah tempat mobilnya. Tak ingin lama-lama Vano segera menancapkan pedal gasnya membelah jalan ibu kota.
Selama perjalanan, tak henti-hentinya mulut Vano menyungingkan senyum bahagianya. Sesekali Vano juga mengikuti lagu yang mengalun indah didalam mobilnya.
Deringan ponsel milik Vano mengalun mengalahkan lantunan lagu yang sedang didengarnya. Dihandphonenya tertera nama Diandra. Vano pun segera mengangkat panggilan dari perempuan yang saat ini sangat dicintainya.
"Hallo."
"......"
"Iya bentar lagi aku nyampe. Tunggu ya."
"....."
"Hahaha. Dasar."
"...."
"Iya-iya. 15 menit deh ya."
"....."
"Oke. Tunggu ya cantik."
"...."
"Sejak sama kamu."
"....."
"Bener deh nggak bohong."
Vano yang masih asyik bertelfon ria dengan Diandra pun tak menyadari bahwa didepanya ada seseorang yang akan menyebrang jalan. Vano yang tak ingin menabrak orang itu membanting setirnya kearah kanan. Didepan sana berdiri pohon besar yang sangat kokoh. Vano yang tak sempat menginjak pedal rem pun mobilnya menabrak pohon itu. Brakkk bunyi dentuman yang sangat keras. Diandra yang mendengar bunyi tabrakan itu pun tak berhenti memanggil - manggil nama Vano.
Vano yang mendengar suara panggilan dari Diandra hanya bisa menggeram kesakitan. Vano berusaha mengambil handphonya yang terpental dijok sebelah, dengan kekuatan yang masih dimilikinya, Vano mengambil handphone itu. "Di tolong aku." Setelahnya Vano tak merasakan apa-apa selain pusing dikepalanya. Kesadaran Vano pun menghilang.Sudah lebih dari tiga puluh menit Diandra menunggu kedatangan Vano dengan cemas. Handphonenya pun sama sekali tak bisa dihubungi. Diandra yang masih setia mondar-mandir dikamarnya dikejutkan dengan suara deringan dihandphone miliknya. Dilayar tertera nama Vano. Diandra pun segera mengangkatnya.
"Hallo Vano kamu dimana."
"Maaf Mbk, apa Mbk temenya anak yang punya ponsel ini."
"Ehh.. iya pak. Ada apa ya."
"Begini mbk. Pemilik ponsel ini baru saja mengalami kecelakaan. Orangnya dilarikan dirumah sakit persada."
"Astaghfirullah." Pekik Diandra kaget.
" terimakasih atas infonya pak. Baik saya akan segera kesana."Setelahnya Diandra mematikan sambungan telfon dan segera turun dari lantai dua. Diandra bahkan berlari saat menuruni tangga dirumahnya. Tak ayal sang Bunda yang melihat pun kebingungan dengan tingkah anaknya.
"Nat, kamu kenapa. Jangan lari dong. Kamu bisa jatoh."
"Maaf Bund. Tapi Vano ?"
"Vano kenapa. Terus kok pake acara nangis segala."
"Vano kecelakaan Bund. Nata izin pergi kerumah sakit ya."
"Astaghfirullah. Kalo gitu Bunda ikut.
Tunggu dulu. Kamu tenangin diri, nggak usah panik. Bunda percaya Vano baik-baik saja."Tak membutuhkan waktu lama, sang Bunda sudah selesai dengan keperluanya. Kemudian keduanya pun pergi menuju ke Rumah Sakit dengan diantarkan oleh Supir keluarga. Selama diperjalanan Diandra sama sekali terlihat tak tenang.
Kurang lebih hampir empat puluh lima menit. Diandra dan sang Bunda baru sampai dirumah sakit persada. Sang Bunda pun membawa Diandra kearah ruangan UGD berada, setelah tadi sempat bertanya kepada perawat terlebih dahulu.
Diandra mununggu dengan cemas. Dokter belum juga kunjung keluar. Setelah dirinya dan sang Bunda menunggu hampir satu jam lebih. Kecemasan Diandra teralihkan saat mendengar suara pintu kebuka. Sang Dokter keluar dari ruangan UGD itu. Diandra pun segera bangkit dari duduknya.
"Gimana keadaan pasien Dok."
"Apakah anda keluarganya."
"Iya."
"Begini, pasien mengalami retak tulang dibagian tanganya dan juga luka dibagian pelipis sebelah kiri."
"Apakah lukanya sangat parah."
"Dibagian tanganya pasien harus menggunakan gips,ini mengakibatkan pasien sulit untuk bergerak secara normal. Selebihnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
"Trimakasih Dok."
"Sama-sama. Kalo begitu saya permisi. Pasien sebentar lagi sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat inap."
Diandra sang Bunda pun menganggukan kepalanya.
Saat ini Vano sudah berada dikamar VIP ruang rawat inap yang berada dirumah sakit persada. Diandra masih setia menemani Vano. Diruangan ini tatapan Diandra tak pernah lepas dari pria yang tengah tertidur lelap dihadapanya.
Putra beserta Andin juga sudah berada diruangan ini. Andin saat pertama kali melihat keadaan Vano tak bisa membendung air matanya. Bahkan sampai sekarang Andin masih menangis dalam pelukan Putra.
Diandra belum juga beranjak dari kamar rawat Vano. Sudah hampir tiga jam Vano belum ada tanda-tanda untuk bangun. Jam dinding yang tergantung didinding rumah sakit pun sudah menunjukan pukul tujuh malam. Dengan berat hati Diandra meninggalkan Vano untuk pulang kerumahnya. Sebenarnya Diandra menolak tawaran itu. Namun Putra memaksa Diandra agar pulang terlebih dahulu.
"Tenang saja Di. Om pasti akan kasih tau kalau nanti Vano sadar."
"Bener ya Om."
"Iya. Hati-hati dijalan. Jangan kebanyakan fikiran. Om yakin Vano anak yang kuat."
Diandra pun hanya menganggukan kepalanya. Setelah itu Diandra dan sang Bunda pergi dari ruangan inap Vano untuk kembali kerumahnya. Diperjalanan Diandra tak pernah berhenti berdoa untuk kesembuhan Vano.
Datang lagi.. jangan lupa Voted dan comenya.
Selamat membaca. 😊

KAMU SEDANG MEMBACA
Origami Burung Bangau
Genç KurguSquel I Love You CEO Kau pergi dengan meninggalkan kenangan indah yang sulit untuk dilupakan. Tetaplah menjadi penyemangat walaupun hanya dalam mimpi tidurku. Ku terbangkan ORIGAMI BANGAU ini, sebagai saksi bahwa kebahagiaan yang pernah kita ciptaka...