2. Petuah Nini

5.6K 625 34
                                    

Seperti hari-hari sabtu pada umumnya, kami sekeluarga berangkat ke rumah Aki-Nini, untuk kumpul keluarga. Kali ini, Papa mengizinkan aku membawa mobil sendiri, ngangkut Yuri dan Sasi tentu saja. Kedua adikku itu pasti pilih semobil sama aku dibanding menghabiskan waktu satu jam lebih denger omelan Mama sepanjang perjalanan.

"Mami Bian dateng gak ya?" Tanya Sasi saat kami sedang di perjalanan.

"Ya kali, dek. Kan dari Jakarta." Sahut Yuri.

"Ihh padahal mau ngobrol tau sama Mami Bian, nanya kuliah di Jakarta gimana."

"Eh? Emang kamu gak mau di SU?" Tanyaku.

"Gak ah, semua keluarga kita kuliahnya di situ, Kakak-kakak juga, aku gak mau. Mau cari yang beda."

Seperti biasa, Sasriya Danastri memang selalu punya pilihannya sendiri. Saat kami semua masuk sekolah formal, dia sendiri yang pengin home schooling. Kedua adikku ini memang unik-unik.

Tak berapa lama menyetir, kami sampai di rumah Nini, aku langsung turun, begitu juga dengan Yuri dan Sasi.

Kalau melihat dari mobil-mobil yang terparkir, sepertinya sudah ada Papi dan keluarganya di dalam rumah. Jadi aku langsung menggandeng Sasi masuk ke dalam rumah.

"Kata Mama, Papi Rafi udah selesai urusin sekolah Kakak, serius beres wisuda Kakak mau ke London?" Tanya Sasi.

"Iya, dek."

"Terus aku tidur sendiri dong?"

Aku tertawa, Sasi memang sering masuk ke kamarku, dia takut tidur sendiri. Kadang, dia mengetuk pintu kamar Mama dan Papa, terus tidur bertiga deh. Ajaib memang dia. Padahal umurnya cuma beda empat tahun lebih muda dariku.

Tahun ini, dia sudah masuk dunia perkuliahan. Sama seperti dua sepupu perempuanku yang kembar.

"Kak Gara sini deh woy!" Seru Elva ketika aku dan Sasi bergabung di ruang keluarga.

"Apaan?" Tanyaku sambil mendekatinya.

"Keren gak?" Elva menunjukan ponselnya, ada foto sebuah mobil, kalau dilihat dari logonya sih Maserati, tapi aku gak tau jenisnya apa.

"Tipe apa?" Tanyaku.

"Gran Turismo, ganteng ya?"

"Banget, minta dibeliin kamu ke Papi?" tanyaku.

"Pengennya sih."

"Kamu kan doyannya Aston Martin atau Porsche, Va?"

"Papi pelit banget gak mau pinjemin Aston Martinnya, mentang-mentang limited edition, jadi cuma dibikin pajangan." Jelas Elva.

"So? Emang dikasih kalo minta Maserati?"

"Selama gak pinjem mobil Papi, kayaknya dikasih sih Kak, tapi aku belum berani bilang."

Aku tersenyum, Elva dan aku punya kesamaan. Kami sama-sama pecinta mobil, sama seperti Papi Rafi. Mobil koleksi Papi itu banyak, banget! Bayar pajaknya aja bisa buat jalan-jalan keliling Eropa tujuh putaran. Kebayang kan harga-harga mobilnya seperti apa?

Beda sama Papaku, Papa gak terlalu suka mobil, doyannya motor. Punya mobil pun cuma satu, Range Rover, itu juga dapet dikasih dari Kakiyang. Papa males banget beli mobil.

"Bilang dong, kali aja dibeliin."

"Kakak kaya gak tau Papi aja. Aku kudu jadi volunteer tujuh hari tujuh malem di panti asuhan baru bisa dapet apa yang dimau, Kak."

Seperti itulah Papi Rafi mendidik anaknya. Kamu akan diberi apapun yang kamu mau kalau kamu sudah menolong orang, meringankan pekerjaan orang lain, atau membuat banyak orang bahagia.

CONSCIENCE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang