STATEMENT

27 3 0
                                    


Sesampainya di dalam kamar, zen merebahkan mika di kasur. Zen sedih melihat keadaan wanita yg ia sayangi wajahnya begitu pucat pasi. Dia khawatir terjadi apa apa dengannya.

"Cepatlah sadar, mika". Zen mengelus pipi mika dan mengecup bibir mika sekilas.

"Oyasumi"

****

"Kak, apakah kita harus memberitahunya sekarang?" zen memulai percakapan ketika mereka berada di balkon kamar pangeran achille. "Hm,kurasa lebih baik segera beritahu dia. Sebentar lagi muncul blood moon , dan aku takut jiwa kedua mu itu akan menguasai tubuhmu".

"Ta-tapi kak, memangnya mika mau membantu kita? Aku membawa dia kesini dia tidak mengetahui masalah kita". Mata zen menatap langit yg penuh bintang bintang.

''Sudahlah, lebih baik kau istirahat sana. Besok pagi kita lanjut bicaranya". Zen segera kembali ke kamarnya.

"Apa yg harus ku katakan padanya. Aku takut dia malah shock saat mendengarnya''.

****

Sinar matahari yang masuk membuat mata mika perlahan lahan membuka. Dia mengucek ngucek matanya yang gatal. Dia bangun dan duduk diatas kasur. "Hm? Di mana aku?". Mika melihat sekitar dan merasa asing dengan kamar itu. "Ini bukan kamarku. Ini dimana?".

Mika turun dari kasurnya. Dia menelusuri jalan yang sebelumnya belum ia ketahui.

Tap..tap..tap..

Suara langkah mika menggema. Lalu ia menuruni tangga. "Sepertinya aku tersesat. Coba jalan terus aja deh".

Mika akhirnya tiba di sebuah taman bunga. Ia dibuat takjub dengan bunga yang berwarna warni. '' indahnya" . dia berjalan jalan lagi dan matanya mendapati zen sedang duduk di gazebo.

"Zen!" panggil mika. Zen yang merasa namanya di pangugil, dia menengok dan melambaikan tangannya.

Mika berlari menghampiri zen. Saat ia berlari, kakinya tersandung batu "akh!". Dengan cepat,zen menahan tubuh mika agar tidak jatuh.

"Makasih. Hampir saja". "Makanya jangan lari larian. Nakal sih!" zen mencubit pipi mika.

"Aw,sakit. Oiya, sedang apa kau disini?" tanya mika. "Hanya melihat bunga bunga saja". Mika memerhatikan zen dari ujung rambut sampai ujung kaki. Mika terkesima dengan penampilan zen. Hal itu membuat jantung mika berdegup kencang dan wajahnya memerah.

"Tampan sekali" ucap mika. Mendengar pujian darinya,wajah zen ikut memerah karna malu. "Aku memang selalu tampan dari dulu. Kau saja yang baru sadar akan hal itu".

Mika hanya tertawa kecil menanggapinya. "Nah,mumpung kau disini, aku akan menunjukan sesuatu padamu. Duduklah"

Mika menuruti perkataan zen. "Kau siap?" tanya zen. "Ya". "sialy fliur" zen merapal mantra. Lalu banyak bunga yang terbang mengelilingi mika.

"Wah. Bagaimana kau melakukannya?".

"Kau tidak tahu? Disini semua orang bisa menggunakan sihir. Dan aku pun bisa melakukannya" ungkap zen.

"Benarkah? Apa aku juga bisa menggunakannya?"

"Ah,, soal itu.. Kemungkinan sih bisa"

"Yess!" mika sangat senang mendengarnya.

Angin berhembus menerpa semua yang di lalui nya. Menerpa rambut panjang mika yang tergerai itu. Zen memandangi terus wanita yang ia sangat sayangi itu. Kemudia zen teringat untuk meminta bantuan ke mika soal kemarin yg ia bicarakan dengan kakaknya.

"Hei,aku ingin bicara sesuatu padamu. Tapi sebelumnya, kita bicaranya sambil duduk saja ya". Mika hanya mengangguk nurut.

"Mau ngomong apa zen?"

Glekk..

Zen ragu untuk mengatakannya. Dia bingung harus mulai dari mana.

"Zen? Kok malah bengong? Katanya tadi mau ngomong?"

"Siapa juga yang bengong" zen mengelak.

"Tadi?"

"Enggak kok" elak lagi.

"Fuhh, udah cepetan ngomong sih. Jangan bikin penasaran" kesal mika.

"Tapi janji ya, sebelum aku selesai ngomongnya kamu gk boleh ngomong duluan"

"Iya janji"

Jari kelingking mereka dikaitkan satu sama lain.

"Jadi gini, yg masalah buku yang lagi kamu cari cari itu sebenarnya rencanaku. Aku menyuruh rin dan teman temannya itu. Dan sampai guru yang memberimu tugas kelompok itu, aku juga yang menyuruh. Aku menghipnotisnya. Kenapa aku melakukan itu semua? Aku butuh bantuan kamu,mika. Semua yang terjadi denganmu itu semua dari rencanaku. Dari pertama kali aku datang ke kyoto, aku sudah merencanakan semua nya"

Zen mengambil napas dalam dalam lalu berhenti sejenak.

Kemudian dia melanjutkannya.

"Kau tahu, kenapa semua teman teman mu menjauhimu? Tidak ada yang mau berteman denganmu? Itu semua juga dari rencanaku. Agar kau menganggapku teman satu satunya. Dan agar kau hanya percaya padaku.

Dan kalung yang kamu pakai itu," zen menunjuk ke arah kalung mika, "itu juga rencanaku. Maafkan aku mika. Maafkan atas pengakuan ku yang baru kukatakan selama ini. Aku tau ini sangat egois, tapi aku butuh bantuanmu dan membawamu kesini".

Zen menggenggam tangan mika. Mika hanya diam dengan menunjukkan ekspresi antara tidak percaya,sedih,kesal. Hatinya bercampur aduk setelah mendengar itu.

Tess..

Air mata mika jatuh dan mengenai tangan zen yang sedang menggenggam tangan mika. Semakin deras tangisan mika. Kemudian zen memeluk mika dan membiarkan mika menangis di balik tengkuk zen.

Dia bisa mendengar suara isak tangis mika ditelinganya. Hatinya juga ikut sakit. Dia tahu akan jadi seperti ini jadinya.

"Sekarang kau boleh bicara, mika" zen mengatakannya dengan posisi masih memeluk mika.

"Kau tahu zen? Dadaku semakin sesak mendengar semua itu. Kenapa kau tidak jujur dari awal?. Kau tahu? Setiap malam aku selalu memikirkannya mengapa aku mengalami itu semua? Aku berpikir aku sudah tak pantas untuk hidup lagi".

Zen semakin mengeratkan pelukannya. Dia membiarkan mika mengeluarkan semua unek uneknya. Dia siap untuk mendengarnya jika itu kata katanya menyakiti hati zen.

"Aku masih bersyukur punya teman sepertimu zen. Kau selalu ada buatku. Tapi aku juga butuh teman yang lain juga. Aku gak mau terus terusan bergantung padamu. Aku gak mau jadi bebanmu".Lanjut mika.

Tidak lama kemudian,zen melepaskan pelukannya. Dia menatap dalam dalam mata indahnya. Mata mereka bertemu satu sama lain. Zen mengambil napas dalam dalam lalu menghembuskannya..

"Tidak. Kau tidak membebaniku. Kau tidak usah merasa bersalah. Harusnya aku yang merasa bersalah. Aku selalu memanfaatkanmu selama ini".

Zen mengapus air mata mika. Lalu dia mengelus pipi mika. Kemudian, tidak lama kemudian bibir mereka sudah saling menempel.

Angin berhembus dengan lembutnya. Mereka masih meresapi ciuman diantara mereka. Dan zen melepas bibirnya duluan.

"Bagaimana? Kau sudah tenang?". Mika hanya menundukkan kepalanya dan mengangguk. "Makasih zen".

"Lalu, kau butuh bantuan apa dari ku?" tanya mika.

"Soal itu.. "

****

Setelah pulang sekolah, agi menghampiri ruangan itu. Dia penasaran. Dia ingin masuk kedalam. Dia ingin melihat apa yang ada di dalam.

Kemudian dia mencoba mendorong pintunya. Ajaib. Pintu nya langsung terbuka.

Agi masuk kedalam ruangan itu. Tidak lupa ia menutup kembali pintunya. Dan tiba tiba...

Bersambung...






❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
Yeay,akhirnya update again..
Yang udah baca jangan lupa vote ya..
See you~*tebar kiss 💋






I Know.. My Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang