Part 5 - Shadow

955 33 6
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi, akhirnya kuputuskan untuk menyudahi latihan ini. Meskipun teman - temanku belum.

Aku pun duduk dipinggir lapangan, sambil masih memikirkan cewek tadi pagi.

Setelah 30 menit duduk, aku pun berganti pakaian. Kuguyur tubuhku dengan air untuk menghilangkan keringat yang menempel ditubuhku.

Bayangan akan cewek itu terlintas begitu saja dalam benakku. Untung saja aku sudah selesai membilas tubuhku.

Aku pun mengenakan pakaianku segera. Setelah lima langkah keluar dari kamar mandi. Kudengar suara isak tangis, suara tangis itu suara seorang gadis.

Sebenarnya bulu kudukku mulai berdiri. Apalagi tadi Juan bercerita tentang film horor yang baru ia lihat.

Tapi aku pun mendekati kamar mandi itu. Setelah kubuka dan aku masuk ternyata disalah satu bilik kamar mandi itu ada seorang cewek, yang pastinya cewek asli. Dia mungkin terkunci di kamar mandi itu karena ada alat pel yang menahan pintu itu dari luar. Mungkin ada orang yang iseng dengannya. Segera kusingkirkan alat pel itu dan segera kubuka dan ternyata dia. Ya. Dia cewek dengan senyum manis. Dia tengah menangis sambil menenggelamkan wajahnya. Setelah mengetahui pintu terbuka, cewek itu langsung bangkit, dan tanpa menantap dan meminta ijin dia langsung memelukku, dia menabrakkan kepalanya ke dada bidangku. Ya mungkin karena dada bidangku ini sangat nyaman untuk dijadikan sandaran. ( Jovi alay lu set dah )

Aku pun segera melepaskannya, karena tak ingin aku mendengar gosip tentangnya dan membuat ia mendapat banyak masalah, cewek itupun pergi meninggalkanku. Ya, tanpa mengucapkan terima kasih.

Karena tak mau terlalu baper, akhirnya aku pun langsung keluar dari kamar mandi cewek. Dan segera menuju ke parkiran.

Di koridor sekolah, kulihat cewek itu berjalan dengan tergopoh - gopoh, mungkin dia sudah dijemput. Aku pun segera menuju ke parkiran.

" Joviiii, set dah ganteng amat "

" Joviiiiii, follback dong "

Segera kupasang earphone agar aku tak mendengar jeritan histeris para cewek alay.

Aku pun segera mengenakan jaket dan memasang helmku. Dari kejahuan aku melihat dia tengah menunggu jemputan. Wajahnya yang cantik, tubuhnya yang mungil, senyum manis yang terukir seperti datangnya komet Halley . Dia sangat sempurna apalagi sekarang cahaya matahari sore tengah menyinarinya.

Segera kutancap gas, aku tak mau berlama - lama disini karena kulihat Marva tengah berjalan kearahku. Dan saat didepannya ku memberhentikan motorku dan kubuka helmku.

" Lo gak papa kan? " tanyaku

Dia hanya mengangguk dan segera menunduk malu. Setelah mendapat jawaban aku pun melanjutka perjalananku pulang.

Dari kejahuan kulihat ia dijemput sebuah mobil. Mobil yang sangat aku kenal. Ya itulah mobil Adrian.

Pupus sudah harapanku untuk berkenalan dengannya karena ia adalah adik dari musuhku. Dan musuhku sudah mengancamku. Aku pun segera menancap gas dan melajukan motor sportku diatas rata - rata.

Perjalanan kerumah hanya butuh waktu 8 menit biasanya 15 menit, mungkin karena jalanan sepi juga karena rasa kesalku.

Kumasuk ke rumah dan segera menuju ke kamarku.

" Walaikumsalam kak Jovi " ingat adikku untuk mengucapkan salam.

" Assalamualaikum " balasku singkat dan tak menatapnya.

Aku tak memperdulikannya, karena aku sangat kesal. Aku tak pernah sekesal ini. Tapi kenapa? Kenapa setiap aku ingin merasakan yang namanya jatuh cinta selalu saja seperti ini? Dulu dia sekarang cewek ini?

Shy Girl And Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang