2. Promise

1.4K 281 1
                                    




Aroma tidak sedap menguar pada ruang sempit berjeruji yang dinamakan penjara.

Hanya beralaskan tikar jerami usang.

Kotor, berdebu, dan jauh dari kata nyaman.

Rasa dingin menyelinap tanpa segan.

Menyerang seluruh indera setiap tahanan yang ada disana.

Bilik terakhir, di sebelah kiri, berada dipojok. Seorang pria duduk terasing di pojok ruang penjara.

Tubuhnya belum begitu kotor, menandakan bahwa ia adalah tahanan baru.

Kedua mata tertutup rapat, seolah tengah memikirkan sesuatu. Lupakan soal perasaan lapar, dingin, dan takut yang menghantuinya. Saat ini hanya ada satu nama yang selalu di pikirkan oleh pemuda itu.

'Apakah ia sudah tahu apa yang terjadi?'

'Bagaimana reaksinya?'

'Aku harap ia tidak berbuat ceroboh.'

"Tetsurou..."

'Sial! Apakah aku benar-benar merindukannya?'

"Tetsurou..."

Tetsurou merasa geram pada dirinya sendiri, sedari tadi ia terus mendengar suara 'perempuan itu'

Ini terlalu menyakitkan.

Tolong hentikan.

"Berhenti berdelusi! Kau-" Bibir dikatup rapat, manik hazel melebar. Tetsurou bergegas bangkit dari posisi duduk dan menghampiri (Name) dari balik jeruji besi.

"Yang Mulia!"

Kerinduan yang tertahan tertumpah ruah.

Tangan mungil digenggam erat.

Mereka saling menatap untuk waktu yang lama.

"Apa yang Anda lakukan disini?" Sungguh, Tetsurou merasa sangat bahagia sekali bisa bertemu Sang Kekasih. Tetapi, ia tidak mungkin bersikap begitu lancang.

"Apa yang terjadi?" Cicit (Name) lemah, jemari gadis itu mengelus wajah Sang Jendral.

Dari tulang pipi,

hingga pada rahang yang tegas.

"Aku sama sekali tidak mengerti," Sang Gadis tersenyum miris.

"Jangan khawatirkan itu! Aku tidak apa-apa. Tuan Putri tidak seharusnya berada disini." Tetsurou berusaha untuk bersikap baik-baik saja. Baginya ini sudah biasa, berada dipenjara maupun medan perang, semua sama saja.

Manik (e/c) menatap tajam kearah sang kekasih. "Katakan padaku bahwa Kau memang bukan seorang pengkhianat. Mereka pasti salah bukan?"

"Bagaimana mungkin aku mengkhianati negeri ini, negeri tempat kita dipertemukan."

"Aku pasti akan membebaskanmu."

"Tuan Putri..."

"Aku berjanji."

"Berhenti membahayakan diri Anda." Tetsurou menggeleng pelan.

"Kau sudah menyelamatkanku!" Tanpa sadar (Name) meninggikan suaranya,

"biarkan aku menyelamatkanmu kali ini," lirih Sang Putri.

Sang Jendral hanya bisa terdiam merespon ucapan nekat (Name).

Netra (e/c) berkilat penuh keyakinan, sorot wajah menjadi lebih tegas. (Name) berusaha mengeluarkan sebuah aura penuh intimidasi.

Desah resah mengisi keheningan pada ruangan lembab dan pengap.

"Tetsurou, sebagai seorang Putri aku memerintahkanmu untuk tetap hidup."

Bagi Tetsurou, mungkin ini akan menjadi perintah termutlak diantara semua perintah –tak berguna—yang selalu di berikan oleh perempuan di hadapannya saat ini.

Raut serius (Name) telah membuktikan bahwa ia yakin dengan apa yang harus dilakukannya sebagai seorang putri.

Lupakan sosok Putri ceroboh yang selalu kabur dari Istana.

Lupakan sosok Putri bar-bar yang selalu merepotkan semua orang.

Karena sekarang gelar tersebut akan benar-benar dimanfaatkan oleh pemiliknya.

Bukan untuk bermain-main, mengisi waktu luang, ataupun mengganggu orang-orang.

Tetapi untuk sesuatu yang lebih bernilai lagi.

  Ⓗⓘⓢⓣⓞⓡⓘⓐ  

Ia berjanji sebagai seorang Putri


[tbc]


Tale : Historia 💍 || Kuroo TetsurouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang