10. Last

1.5K 277 43
                                    

.

.

"Begitu? Pada akhirnya kisah cinta mereka berakhir tragis?!"

Seorang gadis dengan syal merah muda, memasang wajah penuh simpati. Sirat kekecewaan tercetak jelas pada saat ia mendengar akhir cerita dongeng tersebut.

"Kenapa? Apa Kau pikir semua dongeng itu berakhir indah dan menyenangkan?" Suara khas seorang wanita tua menimpali ucapan Sang Gadis. Terdengar amat sarkas.

Sebuah kota yang dipenuhi gedung bertingkat.

Di pinggir jalanan yang sepi.

Sebuah kios aksesoris.

Awal sebuah musim semi yang indah.

Sang Gadis berambut hitam hanya memasang wajah manyun, "Ini terlalu menyedihkan Nenek, kenapa Kau menceritakan cerita sesedih ini padaku." Jemari mengacak-acak tumpukan gelang yang dijual.

"Memangnya Kau ini anak umur lima tahun." Sang Wanita tua pemilik kios mengomel singkat.

"Lalu? Apa judul dongeng ini?" Manik (e/c) mengedip genit. Terlihat jelas usaha Si Gadis yang bersikap sok imut.

"Kenapa Kau sangat ingin tahu?"

"Aku berniat menceritakannya sekali lagi pada teman-temanku." Sebuah cengiran lebar di perlihatkan.

"Historia." Jawaban yang singkat diterima oleh Sang Gadis.

"Hah?!"

"Dalam bahasa Yunani berarti sejarah, cinta mereka melahirkan sejarah." Si Wanita Tua mulai menjelaskan, meski terdengar agak malas.

"Hee? Bagaimana Nenek bisa begitu yakin?"

"Dasar bodoh! Jika tidak jadi sejarah, aku tidak mungkin menceritakannya padamu sekarang." Jidat mulus menjadi korban sentilan penuh emosi.

Bibir mungil mengeluarkan ringisan penuh kesakitan, "Nenek! Aku ini pelanggan tahu!"

"Kau selalu mampir kesini memintaku bercerita tanpa membeli apapun. Apanya yang pelanggan!" Raut kekesalan begitu kentara terlihat pada wajah keriput yang telah menua.

Lagi-lagi Si Gadis hanya bisa manyun. Jemari bergerak mengacak tumpukkan cincin, namun sedetik kemudian, netra berbinar menatap sebuah cincin perak dengan ornamen mawar.

"Indah sekali, aku merasa cincin ini bersinar sendiri untukku!" Si Gadis mulai bersorak lebay sembari mengenakan cincin tersebut di jemarinya –yang mengejutkan ternyata sangat cocok sekali—

"Hentikan sikap norak itu, Kau ini sudah mahasiswa bukan anak SMP." Ucapan si Wanita tua terdengar meledek dan penuh sarkasme. Namun diabaikan.

Sang Gadis masih sibuk dengan cincinnya. "Aku beli ini!"

"Oh bagus! Akhirnya Kau membeli juga nona."

Ⓗⓘⓢⓣⓞⓡⓘⓐ

(Putar ost biar makin jos yah sobatQ)

.

.

Selesai membayar cincinnya, Sang Gadis berniat untuk pulang.

Langkah terhenti kala menyadari bunyi notifikasi yang berasal dari ponselnya.

Gadis itu berhenti sesaat untuk mengecek ponsel.

Namun sesuatu yang tidak terduga menimpa gadis berambut hitam tersebut.

Seorang pemuda berambut hitam dengan model bedhair menabraknya hingga terjatuh.

Sang Gadis meringis kesakitan, ia segera bangkit untuk memarahi pria tersebut.

"Hei! Kalau jalan pakai mata dong!"

Si Pemuda hanya menoleh sekilas sebelum melanjutkan lari.

Krek

Sang Gadis menjerit kecil menatap ponselnya yang tanpa sengaja diinjak oleh sneakers hitam milik sang pemuda.

Pemuda itu tampak tidak begitu peduli, ia malah melanjutkan untuk lari. Mengabaikan omelan Sang Gadis.

Namun usahanya gagal, Gadis itu menarik lengan pria–yang dinilai kurang sopan tersebut.

"Berhenti disana!"

Wajah Si Pemuda tampak panik, begitu kentara kala manik hazel menatap liar kearah jalanan di belakang Si Gadis.

Mata mereka bertemu untuk beberapa detik.

"Aku sibuk. Maaf." Ucapan yang begitu singkat dan terdengar kurang memuaskan telinga Sang Gadis.

"Kau merusaknya!" Gadis itu menunjuk layar ponsel yang retak dengan penuh emosi.

Si Pemuda berusaha lari, namun Sang Gadis terus menghalangi langkah.

Wanita tua pemilik kios hanya memperhatikan tingkah–konyol—mereka berdua.

"Aku perintahkan untuk tetap diam di sana! Dan jangan pergi!" Telunjuk mungil diarahkan ke wajah Si Pemuda.

Manik hazel melebar, ekspresi jengkel berubah menjadi panik kala menatap beberapa orang pria berpakaian preman berlarian sembari menunjuk dirinya.

Si Pemuda mengumpat dalam hati, mengetahui dirinya yang tertangkap basah.

Tanpa ba bi bu, tangan Sang Gadis ditarik paksa.

Pekikan kecil kecil terdengar saat Gadis itu terpaksa harus ikut berlari bersama Si Pemuda.

"HEI BERHENTI BRENGSEK!"

Mereka berlari menjauh disusul oleh segerombolan pria yang berteriak mengejar Sang Pemuda.

Senyuman kecil terpantri dari wajah penuh kerutan yang telah menua.

Wanita tua pemilik kios hanya tersenyum menatap Gadis pelanggan kiosnya yang berlari bersama pemuda bermata hazel.

Sebuah gumaman kecil meluncur dari bibir.

"Senang melihat kalian bersama kembali."

.

.

.

Ⓗⓘⓢⓣⓞⓡⓘⓐ

[Their Story Never End]

Tale : Historia 💍 || Kuroo TetsurouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang