summer rain

1K 135 11
                                    



"Eunha!"



Eunha yang merasa terpanggil mebalikkan tubuhnya, lalu tersenyum menatap orang tersebut.



Dia, Eunwoo.

Lelaki yang sudah menjadi pacarnya selama satu tahun belakangan ini.

Lelaki yang selalu membuat senyumnya mengembang,

Lelaki yang selalu menjadi tempatnya berbagi beban,


Dan, juga lelaki yang sangat ia sayangi setelah ayahnya.








"Nu, kok nggak bilang bakalan ke kelas?"


Eunwoo tersenyum, menampakkan eyesmilenya begitu saja.


"Nggak apa-apa, tadinya emang nggak mau nyamperin. Tapi, aku kangen mendadak, jadi nggak bisa ngabarin, harus melesat cepat. Karna, kangen itu berat." ujar pemuda itu sambil mengelus pucuk kepala gadisnya.




Eunha memerah. Tentu saja ini bukan kali pertama Eunha seperti ini. Bersama Eunwoo, Eunha akan selalu merona seperti ini. Eunwoo benar-benar sumber kebahagian Eunha.




***



Karena ujian praktik, beserta ujian-ujian sekolah lainnya, Eunha dan Eunwoo jarang bertemu dan hanya beberapa saat menukar kabar chat.


Gedung kelas mereka terpental sangat jauh, dimana Eunwoo IPA 1 yang harus berada di lantai 2. Dan Eunha di lantai paling bawah di kelas IPA 4.


Setelah selesai ujian. Eunha dan Eunwoo kembali berkomunikasi.

Jujur, Eunha kangen Eunwoo.

Tapi..,


Eunha rasa Eunwoo tidak.


Di mulai, dari saat seminggu belakang semenjak mereka kembali berkomunikasi, Eunwoo berbeda.

Tidak ada Eunwoo yang rela berdagang larut malam demi berbincang dengan Eunha lewat chatting ataupun freecall.

Tidak ada Eunwoo yang membuat kedua pipi Eunha merona saat di sekolah.


Tidak ada Eunwoo yang mengajak Eunha untuk pulang sekolah bersamanya.






Dan, Eunha tahu alasannya. Semenjak, Yuju berkata;


"Na? Lo putus dari Eunwoo? Kok dia ngebonceng Binnie?"



Eunha percaya Eunwoo. Karna Eunwoo bilang kepercayaan itu penting dalam sebuah hubungan agar menjadi langgeng.



Maka dari itu, Eunha berdiri di depan rumah Eunwoo sore ini.

Iya, Eunha pergi sendiri menggunakan grab pergi ke rumah Eunwoo, sepulang sekolah.




Pintu rumah Eunwoo terbuka, setelah beberapa ketukan dari kecil dari tangan Eunha.


***




Eunha menjilat sekilas bibir bawahnya, sembari menatap Eunwoo yang juga menatapnya.

Mereka sama-sama duduk di sofa ruang tamu.


"Eunwoo udah makan?"


"Sudah Na." jawab Eunwoo cepat. Dan juga singkat. Tidak ada lagi, jawaban Eunwoo yang panjang.


"Bunda belum pulang dinas, Nu?" tanya Eunha bergetar. Karna, gadis itu menahan dirinya untuk tak mengeluarkan pertanyaan yang berada di otaknya. Menahan, agar dirinya bisa berlama-lama bersama Eunwoo. Karna, Eunha rindu Eunwoo. Sangat-sangat rindu.



Eunwoo hanya menggeleng pelan. Tak menjawab sepatah katapun.









"Nu?"



Eunwoo mengangkat wajahnya, kembali menatap Eunha dengan mata mulai berair. Eunwoo ingin saja berdiri, memeluk gadis itu, menghapus jejak air matanya.

Namun tak bisa,


Karna jujur.


Dua minggu belakangan ini, semenjak ujian-ujian praktir sekolah berlangsung, dan komunikasi Eunha dan Eunwoo terbatas. Eunwoo menjadi mengenal Binnie. Seorang gadis, anak IPS yang baru saja menjadi tetangga Eunwoo, gadis yang bawel setiap hari mengunjungi Eunwoo dengan kue-kue buatannya, dan mengganggunya belajar. Binnie dan Eunha memiliki sifat yang berbanding terbalik.


Eunwoo pikir, selamanya bersama Eunha itu akan indah. Karna, sifatnya dan Eunha sama. Prinsip hidupnya dan Eunha juga sama. Bahkan sifat mereka juga sama.

Ternyata Eunwoo salah.



Menemukan sosok Binnie yang bisa membuatnya keluar dari zona nyaman hidupnya, membuatnya gampang menjadi sayang pada gadis itu. Hingga, lebih dibanding perasaanya saar bersama Eunha.






"Nu, kit--kita ini apa?" tanya Eunha dengan nada bergetar.


Eunwoo tau bahwa dia merupakan definisi lelaki brengsek lainnya, karna tak menjelaskan apapun namun berubah karna memperbolehkan orang ketiga masuk dalam hubungan satu tahunnya ini.






Tapi sekali lagi,




Cinta nggak bakal kenal tempat, dan mendadak.








"Maafin gue."




Hanya itu yang keluar dari mulut Eunwoo.


Tanpa penjelasan apapun.






Dan tanpa kata aku yang biasa mereka gunakan.




"Gue rasa. Hubungan kita cukup disini aja Na. Gue sayang sama dia."






Dan itu benar-benar penyelesaian semua permasalahan mereka.


Nggak ada apapun lagi. Cuman itu yang Eunwoo ucapkan.





***





Eunha tersenyum menatap langit, dengan bulir-bulir air yang menetes deras ke arahnya.



Anehnya, cuaca hari ini panas. Namun, hujan.


Dan Eunha suka.


Eunha membenci hujan di hari yang panas, dulu.

Karna kata Eunwoo, hujan di hari yang panas bisa menyebabkan demam. Dibanding hujan karna mendung.



Kata Eunwoo, Eunha harus lari saat ia kehujanan.


Kata Eunwoo, Eunha nggak boleh ceroboh dan harus memakai payung.





Kata Eunwoo, kata Eunwoo dan kata Eunwoo, Eunha selalu turuti.



Dan kali ini ia langgar, karna tidak akan ada lagi kata-kata Eunwoo lainnya.







***


Fairy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang