Empat

523 80 7
                                    

¦¦Sabtu, 08.13¦¦

Kyla's POV

"Aneh?" tanya ayah. "Apa maksudmu?"

"Biasanya, berita tentang kasus ini ditayangkan sekitar pukul tujuh pagi. Tetapi, hari ini ditayangkan pukul delapan," ucapku.

"Sama-sama berita, kan? Apa masalahnya?"

"Aku rasa, jenis beritanya berbeda," kataku. "Dan ... kurasa ayah dan ibu lupa membersihkan buktinya."

"Bukti apa lagi?" tanya ayah.

"Coba nyalakan kembali TV-nya," usul ibu.

Dengan berat hati, aku pun menyalakan kembali televisi yang sempat kumatikan barusan.

Petugas kebersihan menemukan rambut di tempat pembuangan sampah. Rambut tersebut diduga rambut milik salah satu korban pembunuhan berantai akhir-akhir ini. Setelah para petugas memeriksa rambut tersebut, sudah dipastikan adalah milik korban.

Tidak ada tanda-tanda kehadiran rambut lain di tempat pembuangan sampah. Kami menduga bahwa pelaku menaruh jasad korban di banyak tempat dan baru satu ini yang berhasil ditemukan. Polisi akan lebih waspada dan berjaga di tempat-tempat yang memungkinkan.

"Saya sedang memindahkan sampah ini ke dalam truk sampah. Lalu saya merasa ada yang janggal. Ada sesuatu berwarna hitam yang menggumpal. Saya pun menghampiri benda itu. Saya sangat terkejut karena itu adalah rambut. Jika beberapa helai rambut, mungkin saya tidak curiga. Tetapi, ini seakan seluruh rambut dicukur habis.

"Saya awalnya berpikir positif. Mungkin rambut itu berasal dari salon. Tetapi, saya curiga karena terdapat beberapa tetes darah di rambut tersebut. Saya pun segera menghubungi pihak polisi. Ini adalah kali pertama saya menemukan hal semacam ini. Sebelumnya, tidak ada yang aneh dengan sampah-sampah di sini," kata Bapak L, petugas kebersihan.

Karena pada plastik itu hanya terdapat rambut, kemungkinan besar korban dimutilasi oleh pelaku. Sekarang, petugas setempat sedang memeriksa satu per satu plastik sampah di tempat tersebut. Mereka mencari potongan tubuh yang lain.

PRANGG!!

Ayah membanting vas bunga dengan keras. "Sialan!"

"Kau bilang, kau sudah membersihkannya dengan sempurna!" bentak ibu. "Sempurna apanya?!"

"Aku tidak pernah menduga ini semua. Petugas kebersihan sialan!" kata ayah.

"Bagaimana kita mengurus mayat lagi nanti? Mau taruh di mana, hah?!"

"Tch. Pikirkan saja sendiri."

"Kyla, kau punya ide?" tanya ibu.

"No comment," jawabku cepat.

"Sekali tidak berguna, selamanya tidak berguna," oceh ayah.

Aku tidak peduli lagi. Jika aku angkat bicara pun, pendapatku tidak akan dihargai.

Seharusnya aku khawatir karena bukti sudah ditemukan. Tetapi, di dalam lubuk hatiku yang terdalam, aku merasa sangat lega. Akhirnya, ada orang yang menyadarinya.

Ayah, ibu, ini baru permulaan.

***

¦¦Senin, 09.03¦¦

"Whoa! Bukti lain sudah ditemukan!" teriak salah satu murid.

"Gue dengar, seluruh potongan tubuhnya sudah ditemukan," sahut yang lain.

"Tapi jantung dan ginjalnya tidak ditemukan. Gue rasa, orang sinting itu menjualnya."

"Pelakunya... pasti sedang kaya raya sekarang," Ryan angkat bicara.

Orang seperti Ryan tertarik dengan kasus ini? Pfft. Padahal, ia adalah orang yang aku percayai untuk membantuku. Tetapi, dia bahkan tidak peka saat aku memberinya petunjuk. Persetan juara kelas. Ia tidak sepintar yang diharapkan.

Prediksinya pun salah. Aku sedang tidak kaya raya. Aku miskin, sangat miskin.

Orang tuaku menggunakan seluruh uangnya untuk melunasi hutang. Mereka menyelamatkan hidup mereka sendiri dengan menghancurkan hidup orang lain. Bodohnya lagi, aku ada di tengah-tengah mereka.

"Korbannya dimutilasi? Matinya tragis banget! Gak kebayang gimana korban yang lain mati," seru yang lain.

Hei! Korbannya bukan mati karena dimutilasi! Ia diberi obat nyamuk. Ketika sudah mati, baru dimutilasi. Argh. Aku ingin sekali angkat bicara. Tetapi, jika aku mengatakan semuanya, akulah yang akan mati.

Tetapi, apakah pihak mereka tidak menemukan tanda-tanda keracunan? Meski sudah dimutilasi, seharusnya masih ada tandanya. Ah, entahlah. Tidak seharusnya aku mengurusi hal semacam ini.

"Kalau ia orang yang sangat tepat waktu, pasti ia disiplin dan perfeksionis. Sepertinya, tubuh itu dimutilasi dengan rapi. Jika disatukan kembali, mungkin masih berbentuk utuh," ucap Ryan.

Ayah? Disiplin? Perfeksionis? Hahaha. Orang yang memiliki kelainan jiwa, dipuji seperti itu?

"HEI! Sudah lihat berita terbarunya? Terdapat sehelai rambut lain yang bukan milik korban!" seru salah satu murid. "Kasus ini makin seru saja."

Ada yang tidak beres. Ayah tidak mungkin meninggalkan bukti seperti ini.

"Rambutnya berwarna hitam pekat, panjang, dan lurus," sahut yang lain. "Apakah pembunuhnya adalah gadis yang cantik?"

"Untuk apa gadis cantik membunuh orang lain? Apa yang kurang darinya sehingga melampiaskannya pada orang lain?" jawab yang lain.

"Gue penasaran. Gimana kalau suatu saat, salah satu dari kita semua adalah pembunuh?" ucap Fiora.

Tidak perlu membayangkan suatu saat, sekarang pun sudah terjadi. Aku adalah pembunuh, secara tidak langsung. Akulah kaki tangan pembunuh.

=====

02-03-2018

The BillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang