Bab 10

25 2 0
                                    

"Selamat Pagi Sayang".
Sapa cowok manis itu dengan senyum tulusnya.

"Eh... Pagi juga".

"Kamu udah sarapan belom? Yuk kantin!!".

"Ngga Di. Gue udah sarapan dari rumah".

Cowok itu mengangguk mengerti.
"Eemm yaudah kalo gitu.. Kamu temenin aku makan aja dech, mau ya!! Pleace".
Mohon Adiba dengan tampang memelasnya.

"Aku ngga bisa. Aku mesti nyalin tugas".
Ucap Rifa yang sok serius mengobrak-abrik isi tasnya.

"Udah dech Fa ikutin aja, punya cowok ganteng kok di anggurin. Lagian ya Di, hari ini itu jam pertama kosong, kan Pak Parman ngga masuk".
Sambar Vifian.

Rifa melotot tak terima. Usahanya menghindar selalu gagal kalo ada Vifian.

Sementara Adiba tersenyum penuh kemenangan.

"Jadi?".

Rifa masih diam, enggan menanggapi Adiba.

"Aku udah laper sayang, cacingnya udah manggil-manggil. Yuk buruan, jangan diem aja Rifaa".
Rayu Adiba dengan menoel-noel lengan Rifa.

Rifa mengangguk terpaksa. Namun sebelum pergi Rifa mencubit lengan Vifian pelan, ia hanya merasa kesal karena Vifian selalu mengagalkan acara menghindarnya dari Adiba.

Vifian melotot tak terima, ingin membalas namun Rifa telah terlebih dahulu pergi di gandeng Adiba. Vifian hanya tersenyum getir karena nyatanya semua keinginannya tak selalu harus menjadi kenyataan.

***


"Loh... itu Rifa bukan ya?"
Ungkap Fahmi menyelidik dengan mata menyimpit.

"Sama cowok? Apa itu Adiba ya atau Fahri??". Batin Fahmi

"Wiiss mentang-mentang sekarang udah kenal Rifa".

"Yaelah apaan sih lo".

"Tapi itu beneran cewek preman itu sob. Kok bareng cowok, tumben. Eh itu Diba. Gue samperin ah".
Marko melenggang pergi menuju meja ujung.

"Assalamu'alaikum Pak Haji".
Sapa Marko ramah dan sedikit ngelawak.

"Wa'alaikumussalam -,
Balas Adiba dengan senyum tulusnya.

Duduk-duduk ko".

"Wokeh".

Marko menduduk kan tubuhnya di depan tempat duduk Adiba. Dan memandang gadis di sebelah Adiba dengan intens.

"Apa lo liat-liat".
Sambar Rifa jutek.

"Fa... ngga boleh gitu ah".
Jawab Adiba kemudian melanjutkan makannya.

"Di gue heran, lo masih betah aja sama preman ini -,

Rifa melotot tak terima.

cantik si, kaya artis. Bening. Rambut udah kaya jalanan rossi, klimis. Bau-bau udah kaya jum'at kliwon. Beeh wangi Di -,

Marko mengacungkan jempol sambil nyengir sesuai khasnya yang tengil.

tapi dia kaya preman, ngga cocok ame elu. Ngga ada alus-alusnye. 5tahun Di 5tahun, lo bayangin aja -,

Marko menggeleng seolah tak percaya.

kalo gue udah ngga kuat Di. Berat. Sumprit".
Aku Marko panjang kali lebar.

Sementara Rifa masih menahan amarahnya karena Marko. Adiba cuma senyam-senyum ngga jelas.

Adiba dehem kecil. Melirik Rifa sekilas.

"Aku suka Rifa apa adanya. Aku sayang dia. Jadi seperti apapun dia aku akan selalu menyayanginya, kan setiap orang pasti punya kekurangan Marko".
Jelas Adiba dengan merangkul Rifa dan tersenyum tulus.

"Lo bodoh Di. Lo bodoh". Batin Rifa.

"Waaaw... sumpah gue kagum bro. Lo emang the best. Gue mesti belajar ni sama lo".

Adiba tersenyum malu-malu dan melanjutkan makannya.



"Ko gue cabut kelas dulu ya".
Teriak Fahmi dari tempat duduknya.

"Woy Mi. Sini dulu lah, gue kenalin sama sohib gue dari jaman brojol".
Jawab Marko dengan teriak juga.

Sampainya Fahmi di meja ujung, ia meneguk air liurnya. Merutuki kenapa dia mau mengikuti perkataan Marko.

"Dih... ada cowok tengil. Kalem Fa, jangan sampe lo salting dan senyam-senyum kek kemaren". Batin Rifa.

"Di kenalin ini Fahmi anak pindahan. Satu kelas sama gue".

"Oww. Gue Adiba, panggil aja Diba".

"Fahmi".
Jawabnya dengan tersenyum.

Adiba melirik sekilas Rifa ingin tau apa responnya. Setelah Diba mengetahui gadisnya kemarin tidak menangis di danau melainkan tersenyum karena lelaki ini. Apa lagi yang akan dia ketahui selanjutnya. Diba masih berusaha tenang, seolah memang dia tak mengetahui apapun yang terjadi dengan gadisnya selama ini.

"Kalo Rifa ngga usah kali yaa, kan udah kenal".

Adiba menaikan alisnya, seolah meminta penjelasan.

"Kemaren bro waktu geng gue ketemu sama gengnya cewek lo kita bincang-bincang gitu dan terjadilah perkenalan Fahmi dengan gengnya dia".
Jelas Marko.

Adiba kembali melirik Rifa, ingin tahu apa respon dia selanjutnya.

"Iya bener banget Di. Biasalah Selia kalo sama cowok yang asing suka gatel-gatel gitu".
Ucap Rifa meyakinkan.

"Oww gitu".
Adiba tersenyum tulus dan membelai pelan rambut Rifa.

Diam-diam Rifa dan Fahmi bernafas lega, mendengar reaksi Adiba yang sama sekali tidak curiga.

Namun di luar dugaan mereka berdua. Justru hati Adiba merasa tidak tenang, ia takut gadisnya akan berpaling. Karena nyatanya 5tahun ini tak ada perubahan untuk perasaan gadisnya terhadap dirinya. Masih cuek dan seolah tidak menganggapnya.

.
.
.
.
.
Thank's 😘😘😘

Love Is MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang