Bab 7

26 2 0
                                    

Bagaimana perlakuan mereka padaku,itu urusan mereka.
Yang terpenting,bagaimana perlakuan ku terhadap mereka.
_KeynanAdiba_

***

"Assalamu'alaikum".
Reno memasuki rumah dengan nafas terpengal-pengal.

"Kok sepi? Kok tv nyala? -,

Reno melangkah kan kakinya keruang keluarga dan mendapati Rifa yang tengah menonton tv dengan mulut terbuka. Iya dia tidur di depan televisi yang menyala.

Reno menghela nafas jengah.

Dia berusaha membangunkan adiknya,yang kalau tidur udah kaya mayat bernafas.
Rasa capeknya karena perjalanan jauh jakarta-jogja semakin terasa,membuat emosinya menjadi-jadi.

"RIFAAAA... . .."
Reno mengeluarkan seluruh tenaganya,merasa kan hawa panas menjalar diseluruh tubuhnya,rupanya emosinya telah diujung tanduk membuatnya menaikkan beberapa oktaf suaranya.

"Woy berisik".
Rifa membuka matanya dan menyeka air yang berada diujung bibirnya.

Reno bertolak pinggang. Menatap Rifa intens.

"Eeh abang,kapan pulang? Salim dulu ah".
Rifa nyengir-nyengir kuda.

Reno menghela nafasnya sekali lagi. Kemudian ia mendudukkan tubuhnya di sofa sebelah Rifa.

"Mama papa mana?"

"Kondangan".
Jawab Rifa cuek,sambil ngutak-ngatik remot tv mengganti chanel tvnya secara berulang-ulang.

Reno menatap Rifa seram.
"Dek,lo ngapain sih?".

"Nggak usah ganggu dech,baru pulang juga cerewet banget".
Ketus Rifa.

"Yee lo. Abang pulang bukan disambut malah dijudesin kek gini".

Rifa masih cuek memencet-mencet tombol remot sesukanya,tanpa memperdulikan omelan abangnya,bahkan saat handphone kesayangannya berdering nyaring pun dia masih tak perduli.

"Sumpah dek handphone lo tu".
Reno menunjuk handphone yang tergeletak diatas meja sambil menutup sebelah kupingnya.

Rifa hanya meliriknya sekilas,kemudia dia kembali fokus pada remot tvnya.

"Berisik. Angkat noh telpon".
Reno merebut remot dari tangan Rifa secara paksa.

Rifa menghela nafas pasrah.

Diambilnya handphone kesayangannya,ia menatap nama yang tertera dilayar itu tanpa minat.

"Dari Diba ya?".
Tanya Reno namun matanya masih asik memandang acara televisi di hadapannya.

Rifa diam,enggan untuk menjawab.

"Angkat napa dek. Kasian anak orang".
Reno kembali bersuara.

Bukannya diangkat Rifa justru mematikan sambungan teleponnya.

"Kok lo matiin? Lagi berantem ya?".
Tanya Reno lagi.

Rifa hanya menggeleng lemah.

Reno mengalihkan pandangannya dari acara televisi ke wajah cantik adik semata wayangnya.

Reno tersenyum hangat. Memeluk adiknya kemudian melepasnya.

"Abang tau lo belom move on dari Fahri,tapi lo nggak bisa gini terus dek,kasihan Adiba".

"Tapi bang gue-,

"Iya tau. Lo susah move on. Tapi lo nggak bisa gini terus dek,di hidup lo ada Adiba,dia tulus sama lo,gue bisa liat itu. Kalo lo nggak cinta,mending putus aja deh dek".

"Kok putus bang? Nggak ah,lo nggak ngasih saran,bantuin gue apa gimana,eeh lo malah mau buat masalah di hidup gue".

"Yah ini gue bantuin lo. Jangan egois lah,lo mau dia stay,lo mau dia sayang,perhatian sama lo,tapi lo nggak kaya gitu ke dia. Sabar juga ada batasnya dek,sewaktu-waktu Diba bisa berontak kalo lo giniin terus".


Rifa menunduk pasrah. Berusaha mencerna setiap kata yang Reno ucapkan dan entah mengapa hati kecilnya membenarkan setiap perkataan Reno.

.
.
.
Thank's 😘😘😘

Love Is MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang