Dari dulu sampai sekarang gue itu sulit untuk mencintai.
Ralat, gue itu sulit untuk dicintai oleh cewek. Tampang? Gue udah merasa kaya Zayn Malik. Tapi tetep aja, gue susah untuk menjadikan cewek jadi pacar gue.-----------------------------------------------------------
Seperti kejadian saat gue kelas 3 SD. Gue suka dengan cewek bernama Dinda, dia manis, alisnya tipis, matanya agak merem (alias sipit). Dulu gue menganggap bahwa dia itu memiliki senyum yang sangat indah. Setelah gue dewasa, gue sadar bahwa itu menjijikan.
Gue satu kelas sama dia. Jadi, setiap hari gue bisa menatap dia sampai kenyang. Tapi, lama kelamaan menatap, akhirnya mata gue pun sakit, karena ada cahaya di belakang dia.
Dalam hati gue berkata, "Dinda.. kamu imut banget, tapi sayang.. aku belum mencintaimu" (SALAH NOVEL!).Dari gerak-gerik Dinda, gue merasa dia juga suka sama gue. Gue pun semakin percaya diri. Saat gue lihat dia, dia tersenyum lalu mengalihkan pandangannya dari gue seperkian detik. Gue denger-denger bahwa cewek yang seperti itu, pasti dia juga suka ke kita.
-----------------------------------------------------------
Hari Jum'at pun tiba, saatnya pake baju koko. Eh. Saatnya gue untuk memberanikan diri mengungkapkan perasaan gue ke Dinda.
Setiap Jum'at pagi, sekolah gue selalu mengadakan pengajian di masjid dekat sekolah.Di luar masjid gue melihat Dinda. "Dinda!" Gue sedikit berteriak. Gue lari menghampiri dia dengan kaus kaki yang masih menempel di kaki. Jadi, gue selalu hampir jatuh karena licin.
"Kenapa Aldi?" Dia mengerutkan dahinya.
"Uhhh.. ini. Gu.. gu.. gu.." Gue sangat grogi saat itu, karena, siapa coba yang gak grogi saat nembak cewek yang dia suka secara langsung.
"Gu.. apa? Guguk?" Tanya Dinda, dengan muka penasaran sekaligus sedikit menyebalkan.
Nah loh. Anjing dong? Kata gue dalam hati."Bukan.. ini.. Uhh.. kamu masuk ke masjid dulu aja. Nanti pas udah duduk kamu lihat ke sebelah kanan ya.." Kata gue dengan jelas.
Di sebelah kanan masjid itu ada jendela, walaupun pemandangannya bukan jalan atau pepohonan, tapi toilet. Gue sempat berpikir kenapa harus ada jendela disitu?
Tapi, disaat kaya gini jendela itu justru menguntungkan gue banget.Gue berlari ke arah jendela. Saat sudah dekat dengan jendela, gue merasakan kaus kaki gue mulai basah. Ternyata, lantainya becek. Gapapa, demi cewek yang gue suka.
Gue melihat Dinda sudah duduk dan menatap gue. Gue mulai menggerakkan mulut gue, "Aku Suka Kamu". Tapi gapake suara. Pe'a kan?
Di sebrang, Dinda hanya berteriak, "APA?". Sambil menempelkan tangannya di telinganya. Tapi setelah itu, dia tersenyum-senyum. Gila nih orang? Kata gue dalam hati.
Rencana untuk mengungkapkan perasaan gue pun gagal.Gue masuk ke dalam masjid, bergabung dengan teman-teman gue. Widzar temen gue mengendus kaya anjing, "Bau apaan nih?"
Gue teringat bahwa kaus kaki gue basah. Gue gatau air apa yang gue injek.Tapi, gue tidak berputus urat nadi. Berputus asa maksudnya. Saat di kelas, gue mulai menemukan ide baru. Gue merobek kertas buku gue lalu menuliskan Aku Suka Kamu dengan pensil. Biasalah anak SD.
Gue memasukan kertas yang sudah gue tuliskan dengan kata-kata yang terasa asin di lidah ke dalam tas Dinda. Sambil berkhayal dia akan menjawab Aku Juga Suka Sama Kamu! Kamu Keren atau Nikahi Aku Saja!. Waduh, terlalu jauh.
Gue itu dulu bukan hanya pemalu, tapi juga gendut. Jadi, gak ada salahnya kalau gue grogi atau hanya sekedar memasukan kertas ke dalam tas.
-----------------------------------------------------------
Keesokan harinya....
Jam pulang sudah tiba, jam pulang sudah tiba. Hore, hore, hore! (Siapa yang nyanyi hayo?). Seperti biasa, gue menunggu jemputan di depan masjid.
Sesampainya di rumah, gue langsung ke kamar menyimpan tas. Setelah itu, mandi kembang. Gak lah!
Setelah mandi, gue langsung membuka tas, disana ada securik kertas. Aku Suka Sama Kamu Juga:) tertulis di kertas itu. Gue kenal tulisan itu."HOREEEE!!!!" Gue senengnya bukan main. Gue lompat lompat di kasur, guling guling di kasur, gigitin tembok (ini.. serius loh). Gue merasa bahwa rencana gue berhasil.
Dulu, gue itu gak peduli sama pacaran. Bahkan gatau pacaran itu apa. Yang penting gue suka, dia juga suka gue. Itu udah buat gue seneng banget.
Saat malam tiba, gue gabisa tidur, gak sabar ingin buru-buru sekolah bertemu dia. Sambil masih membaca tulisan yang ada di securik kertas tadi. Tanpa sadar, gue pun tertidur.
"ALDII!! BANGUN! UDAH JAM BERAPA INI? DARITADI DIBANGUNIN GAK BANGUN BANGUN!" Itulah nyokap gue, dimana suaranya itu mengisi seluruh rumah.
Bahkan, tetangga pernah cerita ke nyokap, "Aldi kalau pagi-pagi susah dibangunin ya?". Yang membuat gue merasakan malu luar biasa."Huh? Apa? Ada gempa?" Kata gue yang membuka sedikit mata. Gue masih ngantuk banget.
"Kalau ada gempa udah mati lagi kali kamu! Gak bangun bangun.. Cepet mandi! Sekolah!" Kata nyokap dengan sedikit nge-gas.
Eh buset Kata gue dalam hati.Lalu, gue bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi. Kebiasaan gue saat SD adalah saat di kamar mandi, gue bukan mandi, malah tidur lagi di WC sambil menunggu sesuatu keluar. Hal itu menyebabkan nyokap gue darahnya naik dengan cepat.
Jemputan sudah datang, gue sudah siap. Dengan hati yang berdebar, gue menuju sekolah. Di jemputan gue senyam-senyum sendiri, sampai temen gue bilang, "Di.. lu kenapa? Kerasukan bukan?".
"Huh? Apa? Enggak.. gue gak kerasukan! Gile aja.. pagi-pagi gini kerasukan" Kata gue sambil memanyunkan bibir.
"Ya.. kirain aja gitu. Kan kalau kerasukan bisa gue video-in.." Kata dia cengengesan.
Kampret nih anak Gue membatin.Sesampainya di sekolah, gue liat-liat dia. Dia juga liat gue. Kita tersenyum-senyum.
Semenjak dia mengungkapkan perasaan suka ke gue. Gue tidak berani bicara dengan dia, ya kaya cuek gitu lah. Bukannya sombong, tapi gue malu.-----------------------------------------------------------
3 Bulan kemudian....
Sudah kurang lebih seminggu gue jadi anak kelas 4 SD. Gue beda kelas sama dia yang membuat gue sedih, sampai harus beli 3 kardus tissue, saking sedihnya.
Saat gue dan temen ke kamar mandi, gue ngeliat dia sama temennya juga. Emang jodoh gak kemana Kata hati gue sambil senyum-senyum.
Begonya. Gue itu gak ngajak dia ngobrol. Tapi, dia ngobrol sama temen gue. Setelah mereka ngobrol, temen gue menghampiri gue lalu berkata, "Di. Kata dia, lu gak usah deketin dia lagi. Dia sekarang suka sama Adit. Jadi lu gak usah deket-deket dia lagi."
Bagaikan petir menyambar, angin berhembus kencang, dan rasanya akan ada tsunami. Gue terdiam. Mencoba menenangkan diri.
"Emangnya gue suka sama dia?" Kata gue dengan percaya dirinya depan temen gue.Tapi itu bohong. Di rumah gue nangis-nangis. Sampai habis 5 tissue. Tapi, pas nyokap masuk kamar gue iklan dulu nangisnya, supaya nyokap gak khawatir. Pas nyokap keluar, gue lanjut nangis sambil mendengarkan lagu.
Kau pikir kau menarik? Oh tidak..
Kau wanita munafik.. yeah yeah yeah.Don't judge me. Lagu itu cukup popular banget jaman gue SD. Akhirnya, pemikiran gue untuk nikah sama dia, sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ngewedang Jahe
Humor(Cerita ini mengandung keaslian yang buat saya sakit hati, mungkin Anda juga mau ikut merasakan) Di bandara saat sedang menunggu pintu pesawat terbuka, gue duduk di pinggiran eskalator yang jalannya datar lurus tanpa tau tujuan (itu bukan namanya?)...