Seorang Alim Rabbani

651 18 0
                                    

Ilmu berbisik kepada amal

Dan amal mesti menjawabnya

Jika tidak, ilmu menjadi sia - sia

Pengalaman syair itu diungkapkan oleh Sang Gerbang kota ilmu, Ali bin Abu Thalib. Umat bersepakat bahwa Ali menyimpan khazanah pengetahuan yang sangat luas. Kedekatan dan pergaulannya bersama Nabi saw. serta kecintaanya yang sangat besar kepada ilmu telah memberinya pengetahuan yang kaya dan berharga. Inilah keutamaannya yang paling cemerlang, nyaris tanpa banding. Semua orang mengenalnya dengan sahabat yang berpengetahuan luas. Ia memili beragam pintu ilmu. Ali juga punya semangat dan gairah yang tinggi untuk menuntut ilmu. Ia berkata, "Sepanjang hidupku bersama Rasulullah saw., tidak pernah sekalipun mataku terpejam dan kepalaku terbaring tidur kecuali aku mengetahui pada hari itu apa yang diturunkan oleh Jibril a.s. tentang yang halal dan yang haram atau tentang yang sunat, atau kitab, atau perintah dan larangan, dan tentang siapakah ayat itu turun."

Ali mencapai keistimewaan dalam bidang ilmu karena dua sebab. Pertama, karena anugerah yang diberikan Allah kepadanya berupa akal yang cerdas dan lisan yang fasih. Ia pernah berkata, "Allah menganugerahiku akal yang cerdas dan lisan yang fasih." Kedua, Nabi selalu mendorongnya untuk mencari ilmu. Ali berkata, "Jika aku bertanya, aku pasti mendapatkan jawaban dan jika aku diam, beliau akan mengajariku."

Kendati demikian, tetap saja ada sebagian orang menolak keutamaan Ali bin Abu Thalib dalam bidang ilmu dan pemahaman syariat, termasuk di antara mereka adalah kalangan Qadariyah dan Khawarij.

Umat, bahkan Nbai saw. mengakui keluasan ilmu dan kecerdasan Ali bin Abu Thalib. Alangkah baik jika kita dengarkan nasihatnya tentang etika orang yang berilmu. Ali r.a. berkata, "Pelajarilah ilmu, niscaya kau di kenal dengannya. Amalkan ilmumu, pasti kau menjadi ahli amal. Kelak, akan datang suatu zaman, yang pada saat itu sembilan dari sepuluh orangnya mengingkari kebenaran. Hanya orang yang bertobat dan tunduklah yang akan selamat dari zaman itu. Merekalah pelita ilmu. Setiap langkah dan tindak mereka tak pernah tergesa atau sisa - sia. Mereka juga tak banyak cakap dan menyia - nyiakan waktu."

Dalam kesempatan lain ia berkata, "Wahai orang yang berilmu, amalkanlah ilmu kalian karena seorang alim adalah yang mengetahui kemudian mengamalkan. Seorang alim adalah yang ilmunya bersesuaian dengan amalnya. Akan muncul kaum yang membawa ilmu namun tidak mengamalkannya; apa yang tersembunyi pada diri mereka bertolak belakang dengan yang terlihat, ilmunya bertentangan dengan amalnya, mereka duduk saling berhadapan membangga - banggakan ilmunya seraya melecehkan orang lain. Akibatnya, setiap orang marah kepada teman semajelisnya dan meninggalkannya. Ketahuilah, amal mereka itu tidak akan naik kepada Allah Yang Mahasuci."

Kepada para pencari ilmu ia menyampaikan nasihatnya, "Seorang murid mesti menghormati dan menghargai guru. Tak pantas ia bebani seorang alim dengan banyak pertanyaan. Tak boleh ia memaksanya ketika seorang alim enggan; tidak mendesaknya ketika ia malas, tidak menunjuknya dengan tanganmu, tidak menatapnya dengan pandanganmu, tidak bertanya di dalam majelisnya, tidak memohon apa yang tidak ada. Ketika seorang alim tidak hadir, berharaplah agar ia segera kembali dan terimalah dengan baik ketika ia kembali. Tidak patut mengatakan kepada seorang alim, 'pendapat seseorang berbeda dengan pendapatnya.' Ia tidak boleh mencari - cari rahasianya, tidak bergibah tentangnya, tidak mengawasinya, baik di dalam maupun di luar majelis. Ia mesti mendoakan keselamatan untukknya. Ia harus menghormatinya dan duduk sopan di hadapannya. Jika seorang alim butuh sesuatu, bergegaslah melayaninya sehingga tidak didahului orang lain. Berusahalah untuk selalu di dekatnya. Seorang alim bagaikan setandan kurma yang hendak jatuh dan memberimu manfaat. Kedudukan seorang alim seperti orang yang berpuasa dan berjuang di jalan Allah. Jika seorang alim mati, terkoyaklah bendera Islam yang tidak bisa ditutupi hingga hari kiamat. Dan akan memintakan ampunan untuknya tujuh puluh ribu penduduk langit."

Kisah Hidup Ali Bin Abu ThalibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang