Suasana sekolah sudah ramai pagi itu, terlihat di kejauhan sana anak-anak murid SMA Pembangunan Bangsa sedang bersenda gurau. Kebanyakan dari mereka adalah anak perempuan. Tiba-tiba seluruh sekolah dikejutkan oleh teriakan seorang anak perempuan. Teriakan itu begitu nyaring, juga begitu keras, sehingga seluruh penghuni sekolah berlari menuju asal suara. Denis-lah orang yang pertama sadar asal suara itu berasal dari kamar mandi gedung utama sekolah. Ketika ia sampai di kamar mandi itu, Denis melihat Karina yang duduk begitu saja di lantai kamar mandi itu, dengan wajah yang pucat pasi dan keringat yang mengucur di dahinya. Ternyata suara teriakan tadi berasal dari mulut Karina.
"Karina ? ada apa ?" Tanya Denis sambil berjongkok menatap Karina. Karina diam saja, tatapan matanya kosong menatap ke depan.
"Jingga .. Jingga, Nis .. Jingga .." Ucap Karina lirih.
"Jingga ? Jingga kenapa Kar ?" Denis semakin penasaran, detak jantung Denis seketika berdegup kencang. Ia teringat akan teman sekelasnya itu yang tiba tiba hilang sejak jumat kemarin.
"Didalam sana..." Ucap Karina lagi sambil menunjuk ke arah salah satu bilik kamar mandi, kali ini suaranya makin bergetar.
"Jingga ??" Kata Denis dalam hati, kemudian ia berdiri dan menuju ke arah bilik kamar mandi yang ditunjuk oleh Karina tadi. Dengan perlahan dan sedikit gemetar ia pegang gagang pintu bilik kamar mandi itu.
"Mudah mudahan sesuatu yang buruk gak terjadi pada Jingga. Ya Tuhan, semoga gak terjadi apa apa pada temanku ini.." Doa Denis dalam hati, ia berharap suatu yang buruk tak terjadi pada Jingga, namun keadaan ini memaksa Denis untuk berpikir bahwa Jingga baik baik saja adalah hal yang sangat tidak mungkin.
KRIEEETT ...
Dan benar saja, kenyataan yang ada di balik pintu bilik kamar mandi ini, memang tak seperti yang ada dalam bayangan Denis. Denis tercekat ! mulutnya terkunci, apa yang ada di depan matanya tak bisa dipercaya. Denis melihat Jingga yang masih memakai seragam sekolah hari jumat itu, terlihat pucat, bibirnya kering mengeluarkan busa, matanya sudah tertutup rapat dan tubuhnya sudah terkulai lemas. Miris memang, namun Denis adalah teman Jingga, dia tau bagaimana harus bersikap. Menyingkirkan semua rasa sedihnya dan memenuhi isi kepalanya dengan kalimat "JINGGA HARUS DITOLONG !! BAGAIMANAPUN CARANYA JUGA !". Tiba-tiba suara gaduh terdengar dari arah luar, suara langkah kaki yang menderu-deru, Ya ! Itu mereka !
"Tolong !! Tolong !!" Denis berteriak minta tolong. Terlihat Rio, Lukman dan Trias masuk paling pertama ke kamar mandi, mereka melihat Karina yang sudah jatuh pingsan, mungkin karena shock melihat Jingga dengan kondisi seperti itu.
"Tolong !! Woi !! Siapa aja tolongin gue !" Teriak Denis lagi.
"Nis !! Denis !"
"Gue disini ! masuk ke kamar mandi nomer tiga !! cepet !" Teriak Denis. Ketika sampai di depan pintu toilet, mereka terkejut. Rio, Lukman dan Trias diam tercekat.
"Woi ! Ngapain sih lu ?! tolongin si Jingga nihh !" Kata-kata Denis menyadarkan ketiganya.
"Ini Jingga, Nis ?" Tanya Trias kemudian.
"Iya !! Lu mau nolongin gak sih ?!" Kata Denis gusar.
"Ehh, iya iya.." Kata Trias tergagap. Kemudian mereka mengangkat Jingga, tapi ...
"Ah !! Dingin ! Jingga udah mati !!!" Teriak Lukman tiba-tiba.
"Ssst !! Bodoh !! Gue juga udah tau Jingga udah gak ada, jaga mulut lo !! Berita duka ini jangan nyebar dulu, lo gak mikirin perasaan Tian ?!" Ucap Denis. Memang sebenarnya Denis sudah tau bahwa Jingga yang di depan matanya ini sudah tak bernyawa lagi, tetapi jenazah Jingga harus mendapat perlakuan yang layak. Namun, teriakan Lukman tadi malah membuat seluruh siswa siswi SMA Pembangunan Bangsa masuk ke dalam kamarmandi tempat dimana jenazah Jingga, Karina yang pingsan dan empat orang laki laki itu berada.
"Mana Jingga ?! Jinggaaa !!!" Teriak Tian mencari cari.
"Tuh kan !! Itu suara Tian ! kalo sampe Tian tau Jingga beg..." belum selesai Denis berkata, Tian sudah berdiri tepat di depan bilik kamar mandi nomor tiga.
"Jingga ?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hingga Denyut Nadi Terhenti
Teen FictionPersahabatan antara cewek dan cowok tak akan murni sebagai sebuah persahabatan. Itu pula yang terjadi pada Tian dan Jingga. Tentang persahabatan dan ke-egoisan mereka tentang cinta, akan menjadi sebuah penyesalan yang takkan ada habisnya.