Tian menyendiri di dalam kamarnya.
Walaupun sudah 2 minggu sejak kematian Jingga, namun kenangan akan kebersamaannya masih sangat terasa di dalam lubuk hati Tian.
Tian mengubah posisinya yang tadinya duduk menghadap tembok, kini berbaring dengan posisi kepala menatap ke langit-langit rumahnya. Wajah Jingga terus menghantui Tian.
Sejujurnya, Tian memang cinta pada Jingga, namun ia tak mau perasaan itu merusak persahabatannya dengan Jingga, itu juga yang terjadi pada Jingga, mereka terlalu menghargai persahabatan diantara mereka dan mengorbankan perasaan mereka, sampai Tian juga tau bahwa Jingga merasakan perasaan yang sama dengannya.
Namun waktu berkata lain, perasaan itu terungkap tapi sudah terlambat, Jingga telah tiada, kini hanya sesal yang dirasakan Tian. Tian bangkit dari tempat tidurnya. Mengambil Handphone dan mengotak-atiknya sebentar, lalu jemari tangannya berhenti pada threads sms-nya dengan Jingga.
Air mata Tian menetes. Masih berat baginya buat melupakan Jingga, Sahabat yang sangat dicintainya. Tian membuka folder-folder sms-nya dengan Jingga. Masa lalu mereka yang indah kini terbayang dalam benak Tian. Tian tersenyum namun air mata masih menetes deras dari kelopak matanya, Tian tersenyum dalam tangis.
(***)
Ngga, lu masih inget pertama kali kita ketemu?
Awkward banget. Tapi gue gak nyangka itu awal dari semua alasan bahagia dan sedih gue.
Adisya Jingga Puri. Nama terindah yang pernah gue denger.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hingga Denyut Nadi Terhenti
Teen FictionPersahabatan antara cewek dan cowok tak akan murni sebagai sebuah persahabatan. Itu pula yang terjadi pada Tian dan Jingga. Tentang persahabatan dan ke-egoisan mereka tentang cinta, akan menjadi sebuah penyesalan yang takkan ada habisnya.