"Hai, stubborn!" sapa Leon. Gadis itu mengangguk lalu tersenyum. Leon pun duduk dihadapannya.
"So, kamu mau ngomong apa?" tanya gadis itu. Leon agak ragu untuk mengatakan hal itu. Bagaimana mungkin dia menyakiti hati gadis yang dia cintai. Tapi hanya itu pilihannya.
"Umm.. Zar. Aku mau minta maaf," ucap Leon gantung.
"Maaf karna aku nyakitin hati kamu," tambahnya sambil menatap Zarra sendu. Zarra terhenyak, tapi dia berusaha mengendalikannya di depan Leon.
"Pasti udah punya pacar," batin gadis itu lalu berdehem.
"Aku gak maksud buat gantung kamu. Tapi-"
"Udahlah, Leon. Kamu udah punya pacar kan?" tanya Zarra to the point. Leon menegang ditempatnya. Bagaimana bisa gadis itu tahu?
"Lagian juga wajar kok kamu punya pacar. Gak usah minta maaf sama aku. Toh aku ga ada hak buat ngelarang kamu. Ngapain juga kamu minta maaf sama aku? Takut aku marah?" ucap Zarra. Leon menaikkan alisnya sebelah.
"Aku tuh temen kamu. Harusnya aku seneng dong kamu udah punya pacar," tambah gadis itu lalu tersenyum. Senyum fake nya.
"Jadi selama ini kita cuman temenan yah, Zar," batin Leon.
"Heheh.. Iya yah. Lebih tepatnya teman dekat," ucap Leon lalu tertawa. Gadis itu mengangguk lalu tersenyum.
"I'm starting fake again. Sorry," batin gadis itu. Dia tidak bisa menahan tangisnya lagi. Dia harus segera pergi sebelum ketahuan. Dan dengan perfect act, gadis itu melihat jam tangan yang melingkar di tangannya dan langsung berdiri.
"Well, i gotta go. Aku mau ke perpus dulu," ucap gadis itu.
"Loh kok ga pulang?" tanya Leon heran. "Hmm.. Pasti lagi males pulang, kan?" tambah laki laki itu. Zarra mengangguk lalu terkekeh. Dia memang pembohong handal.
"Bye," ucap Zarra dan langsung ancang ancang lari. Namun lengannya terlanjur ditahan. Dan dengan gerakan cepat Leon memeluk gadis itu. Hal itu semakin membuat Zarra ingin menangis. Zarra langsung melepas pelukan Leon lalu tersenyum dan lari.
Gadis itu berusaha menahan tangisnya dan terus berlari. Untungnya para siswa sudah pulang. Gadis itu memang sengaja pulang terlambat. Karna ada latihan futsal. Namun semangatnya terlanjur hilang tanpa sisa.
Serasa seperti tengah meloncat loncat di gumpalan awan, lalu seseorang menembakkan meriam sehingga gumpalan awan yang akan diloncatinya bolong dan jatuh. Lalu gadis itu jatuh kedalam laut, tenggelam dan mendarat di palung terdalam. Setelah itu dimakan para ikan karnivora yang ada disana dan menjadi serpihan daging menjijikkan. Menyakitkan. Itu lah yang dirasakan gadis itu.
"Aww!" pekik gadis itu karna menabrak bahu seseorang dengan kencang.
"Zarra?" panggil Bimo tidak percaya.
"Lo kenapa?" tanya Bimo. Gadis itu menggeleng dan langsung masuk ke dalam kelasnya yang kosong melompong dan menangis di pojokan kelasnya.
"Ni anak kenapa lagi sih?" batin Bimo dan menyusul gadis itu.
Saat masuk kelas itu, Bimo mendengar isakan gadis itu. Dia pernah mengalami ini. Ini bukan yang pertama kalinya. Bimo pun mendekati gadis itu. Zarra yang tahu bahwa ada yang mendekatinya langsung mengusir laki laki itu.
"PERGI!" perintah gadis itu. Bimo tetap mendekati gadis itu dan mengelus bahu gadis itu. Namun gadis itu langsung menyikut perut laki laki itu. Dan gadis itu tetap menangis dengan posisi kepalanya diatas meja.
Bimo yang kesakitan itu tetap nekat mendekati gadis itu. Dia kembali mengelus bahu gadis itu. Namun sekarang tidak ada serangan lagi. Bimo pun duduk di sebelah gadis itu dan langsung menarik gadis itu kepelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Grey Girl
Подростковая литератураtentang DIA si cewek jutek dan misterius. Tentang DIA yang selalu terlihat baik-baik saja.tentang DIA yang apik menyembunyikan masalah, luka dan rahasianya. Tentang DIA yang kelabu dan penuh dengan teka-teki. "I'm just a grey girl!"