Chapter 9

37 3 0
                                    

"Sialan lo!" rutuk gadis itu sambil sesekali berdehem untuk menetralisir tenggorokannya itu.

"Sorry, sorry. Aku ga maksud," ujar seseorang yang membuat Zarra tersedak.

"Yang lain udah pada pulang. Lo ngapain disini?" tanya Zarra.

"Aku ma-"

"Eh, Bimo! Kirain maling," ujar Revan - sepupu Zarra. Ternyata Bimo yang membuat Zarra tersedak.

"Giliran gue udah bahaya aja baru nongol. Gue panggil ajak pergi kagak mau lu, kampret!" tukas Zarra dan langsung disuguhi dengan jitakan oleh Revan.

"Abang lu nih! Kampret, kampret! Gue bocorin rahasia lu mampus!" tukas Revan dan langsung pergi.

"Taik lo!" teriak Zarra sedangkan Revan hanya mencibir.

"Kagak bisa akur, apa? Giliran jauh aja kangen kangenan. Pas deket kek pemimpin perang dunia," ucap Bimo sambil geleng geleng.

"Jadi gak nih pergi?" tanya Bimo. Zarra menautkan alisnya heran.

"Emangnya gue ngajak lo pergi?" tanya Zarra. Bimo menghela nafas panjang. Menghadapi seekor Zarra itu sangat sulit.

"Aku yang ngajak kamu pergi, Zar. Aku bisa nemenin kamu," ucap Bimo. Zarra menatap Bimo heran.

"Gak usah pake aku-kamu gimana? Mual gue dengernya," ucap Zarra. Bimo kembali menghela nafas.

"Kenapa susah banget bikin lo peka, Zar!" gumam Bimo namun masih bisa didengar Zarra dengan jelas.

"Ngapain lo nyuruh gue peka? Mau PHP in gue?" ucap Zarra lalu menyeringai.

"Gosh! Kenapa lo buta banget sih, Zar. Kalau gue naksir sama lo, salah?" tanya Bimo. Zarra hanya menjawab dengan gelengan kepala.

"Yang salah tuh, lo cool dan bisa dibilang most wanted, trus mau naksir sama gue. Nyesel berat lo ntar," ujar Zarra. Bimo mengusap mukanya kasar lalu menghela nafas panjang.

"Whatever. Sekarang aku mau nemenin kamu pergi. Gimana?" tanya Bimo. Zarra menaikkan alisnya agar Bimo meralat ucapannya.

"Fine! Gue mau nganterin lo pergi. Sekarang buruan mandi! Entar gue jemput," ucap Bimo. Zarra menunjukkan kedua jempolnya dan mendorong Bimo keluar rumahnya.

"Kita omongin masalah perasaan lo nanti, yah. Dan lo juga harus nemenin gue seharian ini. Bye!" ucap Zarra dan langsung menutup pintu rumahnya. Gadis itu langsung berlari ke kamarnya untuk mandi dan bersiap siap.

***

"Zar? Boleh masuk gak?" tanya Revan pada adik nya itu.

"Masuk aja, Kak!" sahut Zarra agak berteriak. Kak Revan pun muncul dan duduk di pinggir tempat tidur Zarra.

"Mama sama Papa udah pulang, Kak?" tanya Zarra. Revan hanya menjawabnya dengan gelengan.

"Kakak ngasih saran boleh gak?" tanya Revan. Zarra menautkan alisnya lalu terkekeh.

"Yaa, kasih aja. Kan lo gimana pun kakak gue, bego!" ujar Zarra. Revan menghela nafas panjang dan membuang nya kasar.

"Coba buka hati buat Bimo," ujar Revan. Zarra menautkan alisnya heran.

"Coba buka mata kamu. Masa kamu gak tau Bimo naksir sama kamu?" tanya Revan. Zarra hanya mengedikkan bahu. Dan tak lama kemudian, terdengar ada yang membunyikan klakson di depan rumahnya.

"Gue mau pergi dulu," ujar Zarra dan pamit.

"Zar!" panggil Revan. Zarra pun berhenti di depan pintu rumahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Grey GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang