Chapter 8

19 5 2
                                    

Semua temannya sudah terlelap dan memasuki alam mimpinya masing masing. Para cowok tidur di kamar Kak Revan dan Para cewek aka Donna, Lana dan Kanya di kamar Zarra. Namun dua perempuan yang memiliki sifat sangat bertolak belakang ini memilih untuk menunda jam bertemu pangeran impiannya di alam tidur mereka. Zarra dan Donna.

"Harus gitu warna Pink! Kenapa juga gue dateng minggu ini! Udah hari pertama lagi! Sialan!" rutuk gadis itu.

"Alan bangsat!" rutuk Zarra lagi. Donna memutar matanya jengah karna Zarra sedari tadi tidak berhenti henti merutuk.

"Kenapa sih ga suka warna pink?" tanya Donna akhirnya.

"Gue bosen sama warna pink. Dari gue kecil disodorin pink melulu. Tas, sepatu, baju, kamar, lemari, sepeda, pokoknya barang gue pink semua. Begah juga liat pink mulu," jelas Zarra. Donna pun mengangguk mengerti.

"Berarti lo dulu feminim dong?" tanya Donna lagi.

"Waktu gue jaman masih ingusan yah suka lah warna pink, tolol!" tukas Zarra sambil menoyor kepala Donna. Donna hanya terkekeh.

"Emang gue feminim kok. Kalian aja yang buta!" ujar Zarra. Donna memutar matanya lagi.

"Lo yang buta! Kalo feminim tuh kayak gue. Pakenya dress, wedges, higheels, warna soft yang imut imut. Lah elu?! Kemeja, jeans, sneaker. Warna gelap semua lagi!" tukas Donna.

"Eh gue suka warna terang loh ya!" sanggah Zarra. 

"Warna apa?!" tanya Donna agak nyolot.

"Abu-abu," jawabnya. Donna menepuk dahinya.

"Itu mah ga masuk itungan!" ucap Donna jengah.

"Weh! Siapa nyuruh lo bikin motif bunga di kelingking gue?" tanya Zarra. Donna dengan polos menunjuk dirinya. Giliran Zarra yang menepuk jidatnya.

"Kan udah gue bilang! Po-los!" ujar Zarra seperti mendikte. Donna memutar matanya.

"Biar sama ama gue!" ujar Donna sambil memperlihatkan kelingkingnya. Zarra pun hanya bisa mengangguk.

"Dah selesai!" seru Donna senang. Ya walaupun hanya memasang kutek polos, setidaknya Zarra tidak meminta yang berukiran bunga di kelingkingnya tadi dihapus.

"Thanks!" ujar Zarra. "Eh lo laper?" tanya Zarra. Donna menyahutinya dengan anggukan dan mereka pun menuju dapur.

"Spaghetti lagi dong, Zar," pinta Donna. Zarra memutar matanya lalu tersenyum.

"Iya, bawel!"

***

Gadis itu mencoba mengedipkan matanya berkali kali. Berusaha memperjelas bayangan yang dilihatnya. Dia pun meregangkan tubuhnya dan duduk di sofa yang ia tiduri tadi malam.

"Hai," bisik laki laki itu. Zarra masih belum bisa melihat sosok itu dengan jelas.

"Gosok gigi sana gih! Aku udah bikin roti," ujar laki laki itu. Zarra hanya mengacungkan jempolnya dan kembali tidur di sofa.

"Zar?" panggil laki laki itu. Gadis itu hanya diam dan memberi isyarat '5 menit'.

"AAAAA! TURUNIIN GUEEE!!" teriak gadis itu karna laki laki itu menggendongnya.

Ini parfum bau Bimo. Sialan!, batin Zarra.

"BIMOOO! TURUNIIIIN GUEE!" teriak nya lagi. Bimo pun menurunkannya di depan pintu kamar mandi.

"Maksa lu mah ih!" tukas Zarra sambil memukul pundak Bimo. Bimo hanya meringis kesakitan.

"Sana! Awas ngintip! Melayang nyawa lo ntar!" tukas gadis itu dan membanting pintu kamar mandi. Bimo hanya menggeleng lalu tersenyum.

The Grey GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang