Happy readings😊
-----------------------------------------------------------
Setelah selesai makan, Jonathan mengajak Cellia ke toko kamera. Cellia tidak tahu ke mana Jonathan membawa dirinya.
Cellia baru tahu saat dirinya dan Jonathan memasuki toko kamera tersebut. Jonathan menanya kamera mana yang lumayan mahal pada penjualnya. Cellia hanya diam sembari memainkan ponsel karena ia tahu kamera yang Jonathan beli bukan untuk dirinya.
"Ayo, Cell." Cellia melihat Jonathan sudah selesai membeli kamera.
Jonathan dan Cellia kembali berjalan-jalan di sekitaran pusat perbelanjaan tersebut. Cellia membeli beberapa makanan untuk dibawa pulang. Cellia juga berbelanja untuk keperluan di rumah.
Jonathan mengikuti Cellia dari belakang dengan kereta dorong di tangannya. Cellia memasukkan beberapa barang ke dalam kereta dorong. Setelah Cellia merasa cukup, Cellia membayar di kasir.
"Kamu mau membayar? Enggak usah. Uang aku cukup, kok." Cellia menghentikan aksi Jonathan saat ia hendak membayar belanjaan Cellia.
"Enggak apa-apa, Cell. Aku ikhlas."
"Aku bilang enggak, ya enggak." Cellia mengatakannya cukup tegas dan membuat Jonathan menciut.
Lagi pula mengapa Jonathan harus membayar belanjaan Cellia? Biar Cellia yang membayar belanja keperluannya. Cellia memberikan kartu kredit pada kasir tersebut. Jonathan membawa tas belanjaan Cellia, Cellia juga membawa satu kantong belanjaan.
Mereka menuju ke tempat parkir. Cellia dan Jonathan meletakkan kantong belanjaan ke kursi belakang mobil. Jonathan tak lupa mengambil kamera yang ia beli. Jonathan memberikan kamera tersebut pada Cellia.
"Untuk aku?" tanya Cellia saat Jonathan memberikan kamera baru pada Cellia.
Jonathan mengangguk.
"Kamu yakin? Setahu aku kamera ini lumayan mahal. Lagi pula aku enggak ulang tahun."
"Anggap saja hadiah karena sudah menerima aku sebagai kekasih kamu." Jonathan tersenyum.
"Aku jadi enggak enak sama kamu. Padahal baru-baru ini, aku baru membeli kamera baru. Terima kasih banyak." Cellia memeluk Jonathan untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya.
"Sama-sama. Dijaga baik-baik kamera kamu." Jonathan menjalankan mobilnya.
"Iya, pasti." Cellia tersenyum.
Jonathan mengantar Cellia hingga depan rumah. Cellia melambaikan tangan saat Jonathan pulang dari rumahnya. Cellia bergegas membersihkan dirinya.
Cellia membuka kamera baru yang diberikan Jonathan. Ia memotret beberapa gambar. Benar saja, hasil potret yang diambilnya begitu sempurna. Cellia pasti menjaga baik-baik kamera tersebut.
Cellia hendak memotret ayahnya. Ia tahu ayahnya sudah pulang. Cellia melihat mobil ayahnya tadi di garasi. Cellia mengetok pintu ruangan kerja ayahnya.
Tok...Tok...Tok..
"Ayah" Cellia memanggil ayahnya.
"Masuk."
"Ada apa sayang?" tanya ayah Cellia. Cellia melihat ayahnya masih mengenakan pakaian kantor. "Cellia, ingin memotret ayah." Cellia mengarahkan kamera dan bersiap mengambil gambar ayahnya.
Ayahnya langsung bergaya saat Cellia mulai memotret.
"Satu, dua, tiga."
Ckrek..
"Bagus, ayah. Sekali lagi." Cellia mengambil gambar terakhir.
"Ayah kenapa keren banget? Ayah cocok jadi model tahu," Cellia melihat hasil jepretan ayahnya.
"Dulunya, ayah ingin menjadi model, tapi kakek kamu enggak memberi izin. Jadi, ayah disuruh untuk melanjutkan perusahaan kakek."
Ayah Cellia dahulu pernah ditawari model. Sayangnya, kakek Cellia tidak mengizinkan ayahnya menjadi model. Ayah Cellia hanya pasrah dan kecewa saat kakek Cellia tidak mengizinkan dirinya menjadi model.
"Almarhum mama pasti bangga banget sama ayah. Ayah ganteng, tinggi, dan pekerja keras."
"Percaya diri banget, sih, Ayah." Cellia mematikan kameranya.
"Banyak wanita-wanita yang ingin berkenalan dengan ayah, tapi ayah sudah memacari mama kamu. Ayah cinta banget sama mama kamu." Ayah Cellia menampilkan senyuman pada Cellia.
"Kamu tahu tapi ini rahasia kita berdua saja, ya?"
"Rahasia apa, Ayah?" Cellia mendekat ke arah ayahnya.
"Dulu mama Jonathan pernah cinta sama ayah." Ayah Cellia membisikkan pada Cellia.
"Yang benar, Ayah?" Cellia masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan ayahnya.
Ayah Cellia mengangguk.
"Papa Jonathan dengan ayah satu sekolah. Sampai sekarang kami masih bersahabat. Dari dahulu kami sangat menginginkan apabila punya anak kami ingin menjodohkan kalian." Cellia masih setia mendengarkan perkataan ayahnya.
"Seiring berjalannya waktu, ayah dan papa Jonathan merasa tidak perlu menjodohkan kalian. Kalian sudah dewasa dan bebas menentukan pilihan sendiri."
"Sekarang Cellia pacaran dengan Jonathan."
"Iya, tapi kita enggak tahu ke depannya akan bagaimana. Apakah kalian bertahan sampai ke pelaminan atau tidak."
"Ayah doanya kok begitu, sih?" Cellia tidak suka dengan perkataan ayahnya.
"Sudah-sudah, ayah mau lanjut kerja. Kamu jangan lupa makan."
"Seharusnya Cellia yang mengatakan seperti itu pada ayah. Ayah sibuk kerja tetapi makan saja jarang." Cellia keluar dari ruangan kerja ayahnya lalu kembali ke kamarnya.
Cellia pun kembali ke kamar. Cellia mencetak hasil potret yang ia ambil. Cellia tersenyum saat memandang hasil gambarnya.
Cellia akan memberikan hasil gambarnya pada ayahnya. Cellia mendengar ada suara air dari dalam kamar ayahnya. Cellia kembali ke kamarnya, Cellia akan memberikannya nanti saat ayahnya selesai mandi.
Ayah Cellia sangat suka mengumpulkan hasil potret Cellia. Bahkan, hasil potret Cellia banyak yang diletakkan di dinding kamar ayahnya. Itu adalah salah satu bukti bahwa ayahnya sangat menyayangi putrinya.
Cellia melihat ponsel dan ada beberapa panggilan tak terjawab. Siapa lagi kalau bukan Jonathan. Cellia menghubungi Jonathan kembali.
"Halo"
"Halo" Cellia merebahkan dirinya ke ranjang.
"Aku sudah sampai di rumah. Jalanan macet banget. Om Nicholas sudah pulang?"
"Sudah. Papa kamu?"
"Kalau papa masih ada rapat dan aku akhir-akhir ini sering sendiri di rumah."
"Kalau kamu bosan, kamu bisa ke rumah kok. Kamu izin dulu sama ayah aku." Cellia mengusulkan Jonathan agar kekasihnya tidak sendiri di rumahnya.
"Iya. Kapan-kapan deh, aku main ke rumah kamu. Sepertinya besok aku main ke rumah kamu."
"Kenapa tiba-tiba?"
"Cell, rumah aku itu sepi banget. Aku juga enggak tahu mau main sama siapa."
"Kamu izin dulu sama ayah aku. Nanti ayah curiga lagi sama kita."
"Aman, kamu tenang saja."
"Ya sudah, aku tidur duluan, ya. Sampai jumpa." Cellia mematikan panggilannya tanpa menunggu jawaban dari Jonathan.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Halo 👋👋
Trimakasih yang sudah membaca part ini 💜
THANK YOU,
-AngelEst-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Man Is Possesive
RomanceCover by: @Rahel18703 [SEDANG TAHAP REVISI] ======================================= Cellia Caroline Wiranata sudah berteman dengan Jonathan dari kecil. Namun, Cellia baru bertemu Jonathan Ferdy Padhnoto kembali saat usia remaja. Cellia bertemu denga...