Raffa buru-buru memarkirkan mobilnya, karna lima menit lagi upacara akan dimulai setelah mobilnya terparkir rapi, Raffa langsung berlari menuju gerbang. Tetapi sialnya gerbang sekolah sudah ditutup dan kebetulan ada satpam yang menjaga gerbangnya.
"Pak, tolong buka pintu gerbanganya pak, ini kan belum telat banget masih ada waktu lima menit lagi" ujar Raffa memohon.
"Maaf tapi ini sudah menjadi peraturan sekolah, jadi mending kamu pulang aja, besok baru datang kesini lagi, tapi jangan sampai telat" jawab satpam itu.
"Yah pak, saya kan udah jauh-jauh kesini, plisss kali ini aja yaa" ujar Raffa lagi, mana mungkin ia mau pulang dengan tangan kosong tanpa mendapatkan ilmu.
"Maaf saya gak berani, kalo siswa yang sudah telat tidak akan diperbolehkan untuk masuk!" Jawab satpam itu kekeuh.
"Raffa, tumben kamu telat" ucap seorang wanita paruh baya, yang diyakini adalah wali kelasnya
"Iya bu, tadi dijalan macet, tolong izinkan saya masuk bu" kali ini Raffa memohon pada wanita paruh baya itu.
"Huh... baiklah tapi dengan terpaksa sehabis upacara kamu harus mengitari lapangan sampai sepuluh kali, bagaimana?"
Dengan terpaksa Raffa mengangguk, daripada ia harus pulang lagi.
.
Upacara pun selesai, sekarang waktunya Raffa menjalani hukumannya, sebenarnya dari tadi malam ia belum makan dan meminum obatnya, ya karna kejadian semalam jadi ia tidak sempat makan apalagi meminum obat.
Sudah delapan putaran, sekarang tinggal tiga putaran lagi, tapi kepala Raffa sudah sangat pusing dan dadanya kembali sesak rasanya ia ingin sekali memejamkan matanya. Tubuhnya sudah tidak kuat lagi, ditambah terik matahari pagi yang cukup panas, ya meskipun sinarnya sehat untuk tubuh tapi Raffa brnar-benar sudah tidak kuat, jika saja tidak ada Vio dibelakangnya sudah dipastikan Raffa jatuh tersungkur di lapangan itu.
"Yaampun Raff, kamu gapapa kan?" Tanya Vio panik.
Vio membantu Raffa mendudukkan bokongnya di kursi dekat lapangan.
Wajah Raffa terlihat sangat pucat, dan keringat masih terus mengalir deras diwajah tampannya, membuat Vio semakin khawatir. karna jujur, Vio sudah menganggap Raffa seperti adikknya sendiri, entah mengapa ia sangat menyayangi Raffa dari pertama ia mengenal nya.
"Aku gapapa kak" jawab Raffa lesu.
"Yaudah aku anter kamu ke UKS ya" tawar Vio, tapi Raffa langsung menggelengkan kepalanya.
"Gak kak, Raffa pengen ke kelas aja" jawab Raffa cepat.
Terpaksa Vio mengangguk mengiyakan, dan membantu Raffa untuk pergi kekelas.
Entah mengapa semua mata tertuju pada mereka, ada yang menatap nya bingung, dan juga tidak suka. Mungkin mereka fikir Raffa dan Vio adalah sepasang kekasih, tapi bagaimana mungkin? Mereka semua kan sudah mengetahui jika Vio adalah kekasih dari Revan, Most wanted disekolah ini.
Merasa ditatap seperti itu, Raffa jadi tidak enak dan risih. Bagaimana kalo Revan tahu? Sudah pasti Raffa habis ditangan kakaknya sendiri. Raffa mencoba melepas rangkulannya pada Vio, tetapi Vio kembali menarik tangan Raffa.
"Udah kak, Raffa bisa kok jalan sendiri," ucap Raffa
"Udah lah Raff, gak usah dipikirin tatapan mereka. Toh mereka tau kan kalo aku itu pacarnya Revan, jadi gak usah merasa gak enak kaya gitu" jelas Vio.
Raffa menganguk, toh Revan kan hari ini tidak masuk, jadi Revan tidak akan mengetahuinya dan jujur badannya pun terasa sangat lemas, jadi untuk berjalan sendiri sepertinya Raffa tidak kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Up? (Complete)
Teen FictionBagaimana perasaanmu jika kau dibenci dan tidak pernah dianggap oleh kakak kandungmu sendiri? Sakit bukan? Itulah yang saat ini dialami oleh Raffael delavano william,entah mengapa Revan, kakaknya membencinya tanpa sebab. Dimana seharusnya seorang ka...