Setelah keluar dari ruangan dokter, William dan Wiji melihat anak sulung mereka tengah duduk dengan menatap kosong kedepan, begitupun dengan Vio yang kini masih terisak.
"Revan, Vio" panggil Wiji seraya menghampiri mereka berdua.
Revan dan Vio lantas mendongak, dengan cepat Vio menghapus jejak air matanya dengan kasar, dan memasang senyum yang sudah pasti ia paksakan.
"Gimana keadaan Raffa tan?" Tanya Vio seraya berdiri
"Raffa koma" ucap Wiji lemas
Vio tersenyum miris, apakah Tuhan akan mengambil Raffa? Seperti Tuhan mengambil Vito,adiknya? Bagaimana bisa Tuhan sejahat itu pada dirinya, bahkan Tuhan tidak memberikan sedikitpun kebahagian padanya. Apakah itu adil? Tidak!
Revan hanya bisa menundukkan kepalanya. Lagi-lagi kelakuan buruknya pada Raffa berputar kembali diotaknya.
***
2 minggu kemudian...
Sudah 2 minggu berlalu, dan sudah 2 minggu juga sosok Raffael Devano William belum membuka mata, ia masih enggan beranjak dari alam mimpinya.
Di tempat yang sama tengah berkumpul keluarga Raffa yang menantikannya untuk sadar.
Tidak ada yang membuka suara, semua masih larut dalam pikiran mereka masing-masing. Sampai Revan pun tak tahan dengan keadaan ini dan mulai membuka suara.
"Revan mau lihat keadaan Raffa mah, boleh?" Tanya Revan
Wiji mengangguk sambil tersenyum manis dan mempersilhkan Revan untuk masuk kekamar rawat Raffa.
Revan memasuki ruang rawat Raffa dengan hati-hati. Ia melihat Raffa tengah terbaring lemas diranjang pesakitannya dengan berbagai alat medis yang terpasang ditubuhnya, bahkan bernafas pun ia dibantu oleh masker oksigen yang terpampang manis diwajah tampannya.
"Kenapa lo belum bangun juga?" Tanya Revan lirih
Yang pasti tidak ada jawaban,hanya terdengar suara mesin EKG yang menandakan jika jantung Raffa masih berdetak.
"Gue mau minta maaf sama lo Raff. Pliss kasih kesempatan buat gue perbaikin semuanya. Gue mau belajar jadi kakak yang baik, dan lebih bisa menghargai orang lain"
Tak terasa cairan bening berbentuk kristal itu keluar begitu saja, padahal ia sudah mati-matian menahannya untuk tidak keluar.
"Gue mau keluarga kita kaya dulu lagi Raff, gue mau kita main bareng, belajar bareng dan lakuin hal-hal konyol bareng lagi hiks..hiks... g-gue mohon buka mata lo Raff. Kalo sampai terjadi apa-apa sama lo, g-gue gak akan maafin diri gue sendiri, sekali lagi maaf hiks.."
"Gak usah nangis" pelan sangat pelan bahkan terdengar sangat lirih.
Kalian tahu siapa yang berbicara barusan? RAFFA ya Raffa sudah tersadar dari komanya. Revan awalnya terkejut tapi setelah memastikan jika Raffa memang sudah sadar,Revan langsung bersorak ria tanpa sadar jika sekarang ia sedang berada dimana.
"Lo beneran udah sadar? Ini Raffa adik gue kan? Bukan makhluk yang menjelma jadi adik gue?" Tanya Revan beruntun karna saking senangnya.
Raffa hanya tersenyum simpul karna keadaannya juga yang membuat seluruh tubuhnya sangat lemas. Jujur ia senang bahkan sangat senang melihat kakaknya sudah tidak mengacuhkannya seperti sebelumnya. Tapi apakah Raffa mempunyai waktu yang banyak? Atau mungkin Revan sudah terlambat untuk menyesali semua kesalahannya.
Wiji, William dan Vio yang berada diluar kamar Raffa cukup terkejut karna mendengar suara Revan yang berteriak. Mereka khawatir, takut jika terjadi sesuatu pada Raffa. William langsung masuk kekamar Raffa diikuti oleh Wiji dan juga Vio.
William membulatkan matanya saat melihat Raffa tengah tersenyum dibalik masker oksigen yang ia kenakan, bahkan mata yang mereka rindukan kini sudah kembali terbuka dan menggambarkan rasa kebahagian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Up? (Complete)
Teen FictionBagaimana perasaanmu jika kau dibenci dan tidak pernah dianggap oleh kakak kandungmu sendiri? Sakit bukan? Itulah yang saat ini dialami oleh Raffael delavano william,entah mengapa Revan, kakaknya membencinya tanpa sebab. Dimana seharusnya seorang ka...