Revan membaringkan tubuhnya di kasur king size miliknya. moodnya benar-benar hancur sekarang, belum selesai urusan keluarganya, ditambah oleh Vio yang marah pada Revan.
"Huh! Kenapa hidup gue jadi kaya gini sih! Gue rindu kehidupan gue yang dulu,!" Gumam Revan menangis.
"Terus kenapa lo ngomong aku-kamu sama Vio hah! Apa itu yang dibilang gak ada hubungan? Brengsek!"
Revan kembali mengingat kejadian beberapa hari yang lalu saat ia dengan teganya memukul adikknya sendiri, padahal ia belum tahu kejelasan yang sebenarnya.
"Apa ini semua salah gue?apa ini semua gara-gara keegoisan gue?Hiks..hiks...tuhan tolang kembalikan keadaan keluarga ku seperti dulu lagi" ucap Revan terisak.
.
.Vio sangat cemas pada Revan, karna sedari tadi nomornya tidak aktif. Vio takut jika Revan akan melakukan hal yang nekad jika pikirannya sedang kacau seperti ini. Ia terus mencoba menghubungi nomor Revan tapi nihil.
"Van, kamu dimana, jangan buat aku khawatir kaya gini dong" gumam Vio cemas, sambil sesekali menekan nomor kekasihnya itu.
"Raffa. iya Raffa aku coba tanya dia," ucap Vio sambil mencari kontak yang bernamakan Raffa.
Saat sudah menemukannya, Vio langsung menekan tombol panggilan, tapi sialnya nomor Raffa pun sedang tidak aktif, Vio semakin dibuat cemas. Ia bingung harus melakukan apa, sedangkan dia belum tahu rumah Revan, ya Vio dari dulu tidak diperbolehkan untuk main kerumah kekasihnya, oleh Revan sendiri, banyak berbagai alasan yang Revan lontarkan,.
.
Malam pun tiba. Tapi Wiliam, Wiji dan Raffa belum pulang membuat Revan semakin bingung. Revan sudah mencoba menghubungi mamah dan papahnya menggunakan telepon rumah, tapi tidak pernah diangkat ia semakin yakin, pasti ada sesuatu yang disembunyikan oleh keluarganya.
"Gue harus cari tau. Gue yakin ada yang disembunyiin dari gue, tapi apa?"
Revan baru mengingat kejadian tadi pagi, saat ia melihat tabung kecil untuk obat yang berada dikamar Raffa, tanpa menunggu lama Revan langsung kekamar adikknya untuk memastikan apa yang sebenarnya disembunyikan oleh keluarganya.
Saat sudah sampai dikamar Raffa, Revan langsung mengambil tabung yang berisi obat entah itu obat apa.
"Ini obat apa ya?" Tanya Revan bingung, karna penasaran akhirnya ia mengambil satu pil obat itu dan memasukkan kesaku jaketnya.
***
Saat ini Raffa tengah terbaring lemah diranjang pesakitannya berbagai alat medis tengah menempel manis ditubuh kurusnya. Wiji dan William hanya menatap kosong kearah Raffa yang sedang tertidur nyenyak. berapa jam lalu, Dokter mengabarkan kondisi Raffa semakin memburuk dan kanker yang dideritanya semakin parah. Mereka harus cepat menemukan donor hati untuk Raffa, tapi mereka bingung karna mencari donor hati tidak semudah mencari donor darah, karna apa? Mana ada orang yang ingin mati demi menyelamatkan orang lain.
"Pah kita harus cari kemana lagi," gumam Wiji lirih, tetapi masih dapat di dengar oleh William.
"Kamu tenang aja, aku akan berusaha untuk mendapatkan donor yang cocok untuk Raffa, bahkan sampai ke luar negri pun bakal aku cari yang penting malaikat kita tidak pergi" jawab William yakin.
"Aku belum siap jika kehilangan Raffa, aku gak pernah bayangin jika kehidupan keluarga kita tanpa adanya Raffa. hiks..hiks" ucap Wiji kembali terisak
"Gak! Raffa gak akan pernah tinggalin kita, Raffa akan tetap selalu ada di keluarga kita sampai kapan pun!" Tegas William.
Wiji kembali terisak pilu. sampai ia pun teringat pada Revan, ia lupa mengabarkan Revan karna terlalu larut dalam kesedihannya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Up? (Complete)
Teen FictionBagaimana perasaanmu jika kau dibenci dan tidak pernah dianggap oleh kakak kandungmu sendiri? Sakit bukan? Itulah yang saat ini dialami oleh Raffael delavano william,entah mengapa Revan, kakaknya membencinya tanpa sebab. Dimana seharusnya seorang ka...