2. Ahjussi

4.5K 155 9
                                    

★ Song Joong Ki

Aku memacu mobil menuju ke rumah pantai setelah menerima pesan singkat dari Tuan Lee yang berisikan alamat yang akan ku tuju. Dari kaca spion aku melihat 2 kotak kardus yang berisi beberapa pakaian dan buku bacaan yang ku ambil dari sasana tinju dan meninggalkan sebagian lagi tetap disana.

Aku menurunkan kaca jendela mobil dan mengeluarkan tangan kiri ku, merasakan angin yang bertiup. Sepanjang mata memandang, yang ku lihat kini adalah bibir pantai dengan hamparan pasir putih yang memanjang sepanjang perjalanan.

Aroma laut.

Aku merindukan mu.

Rumah pantai yang ku tuju bercat putih dengan dua lantai dan atap bewarna biru langit. Tak sulit bagi ku menemukannya karena memang tak banyak rumah seperti gambaran yang diberikan oleh Tuan Lee lewat pesan singkatnya itu. Aku menghentikan mobil ku tepat di depan rumah yang akan ku tinggali.

Aku memejamkan mata dan merebahkan kepala ku pada sandaran kursi.

"Argh...arrghh!!" Kepala ku langsung terasa berputar-putar.

"Anak sialan! Beraninya kau melawan ku!" Telapak tangan lebar itu kembali menampar wajah ku. "Apa kau masih belum jera! Memohonlah kepada ku!"

Aku tak menjawab. Aku meludahkan cairan anyir dari dalam mulut dan menyeringai tepat di wajah nya. "Aku tak mau!" Desis ku yang malah membuat pukulan yang ku terima semakin menghujam bertubi-tubi. Akhirnya aku jatuh tergeletak tak berdaya di lantai dan pria itu tetap tak menghentikan tendangan-tendangan kearah perut dan dada ku.

"Yeobo! Hentikan! Cukup aku saja..." Pria itu memutar kepalanya dan menatap tajam kearah eomma yang sudah babak belur dipukuli sebelum sempat menyelesaikan ucapannya.

"Takkan ku biarkan kau memukuli eomma lagi!" Tangan kecil ku langsung menangkap pergelangan kaki pria itu, mencoba menghentikan langkah kakinya yang berniat mendekati eomma.

"Sial! Panggil aku appa, bocah tengik!" Pria yang seharusnya ku panggil appa mengurungkan niatnya dan kembali menendangi perut, dada dan wajah ku. Saat ia melihat ku tak lagi bergerak memberikan perlawanan, ia meninggalkan ku. Ia mengambil uang yang sengaja disembunyikan oleh eomma dibalik tumpukan kasur tipis dalam lemari dan pergi dari rumah. Uang itu adalah uang yang eomma dan aku kumpulkan untuk kami pergi jauh meninggalkan kehidupan yang memuakkan ini.

"Eomma...kau baik-baik saja?" Dengan sangat kesulitan, aku berusaha bangkit dan menghampiri eomma yang menangis dalam diam. Aku langsung bersimpuh dihadapan eomma dan menarik tubuhnya dalam dekapan ku. Hati ku hancur setiap kali melihatnya seperti ini. "Hushh..." Aku mengusap rambut eomma yang kusut masai setelah menerima perlakuan kasar dari seorang pria yang seharusnya menjaga dan menghormatinya-suaminya sendiri. "Aku berjanji akan lebih kuat dari sekarang dan takkan mengijinkan pria itu menyentuh sehelai rambut pun milik eomma lagi." Tubuh ku bergetar kuat. Aku merasakan pelukan eomma semakin erat.

Dengan tertatih, aku mengambil kotak obat. Membersihkan luka-luka eomma dengan sangat hati-hati dan mengoleskan salep. Aku lalu membentangkan kasur tipis dan membimbing eomma berbaring. Appa takkan pulang hingga besok subuh. Itu pun pasti dalam keadaan mabuk dan diperparah dengan amukannya jika ia kalah di meja judi.

Aku menatap wajah eomma yang kini sudah tertidur tenang. Aku membenarkan posisi selimutnya dan perlahan berjalan ke luar rumah untuk menghirup udara segar. Aku sedang ingin sendiri karena jika aku tetap berada di rumah, aku tahu aku akan tumbang.

HAAA...

Aku membuka mata dan menatap kearah laut dengan nafas terengah. Semburat orange keemasan sudah tampak menyilaukan mata. Kenangan buruk itu akan selalu mengikuti kemana pun aku pergi sejauh apa pun itu dan takkan pernah melepaskan ku dengan suka rela.

THE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang