when i see u

15 2 0
                                    

hayyy.
maaf lama, alhamdulillah baru selesai PKL.
and laporannya udah setengah selesai so, mumpung ad waktu mau apdet satu part dulu.
please voment nya ya😘😘😘.
sorry typo masih bertebaran.

/potongan part kemaren/

woy” teriak laura dari belakang, sontak aku pun menoleh
“jadi mana fotonya” sambungnya kemudian penuh senyum, mendengar itu aku hanya menggeleng.
“ya udah challenge yang ke dua, ini pilih kertasnya” sambung laura sembari memberikaku beberapa gulungan kertas, aku mau tak mau mengambil satu dan membukanya XII 01  tertulis disana. Itu artinya aku harus menembak salah satu cowo disana,
“ayo sekarang” ucap laura bersemangat
“apa sekarang?” sahutku tak percaya
“iya kalo nanti nanti takut kamu bolos jadi gak ketemu” ucapnya santai, mendengar itu aku hanya menghela nafas panjang...
.
.
.
.
.

Aku berdiri tepat di depan kelas XII 01 bisa ku lihat wajah mereka menatapku heran, terlebih baru ku sadari bahwa irren jugas berasal dari kelas ini. Aku menarik nafas panjang, kemudian membuangnya kasar dan mengulanginya tiga kali, aku melihat kedepan, bisa ku lihat laura melihat dari jendela
“baiklah bagi kakak cowo di sini yang single ada yang mau jadi pacar naumy?” ucapku dengan wajah innocentku, mendengar itu semuanya diam, tak ada yang menyoraki ku, sukurlah, tak lama semuanya heboh, para kakak kelas menunjuk tangan dengan cepat, mereka tampak girang.
Namun tiba tiba dari arah pintu datang seorang pria dengan bola basket ditanganya, kemudian dia melempar bola tersebut ke arah murid laki laki yang sedang berkerumun memperebutkanku yang pasti. Setelah itu dia datang mendekatiku dan langsung merangkul pingganggku
“bi, iya iya aku salah, seharusnya aku sudah lama umumin bahwa kita sudah jadian ke semua murid, tapi aku takut kamu nanti dikejar fans aku bi, makanya aku belum umumin sampe sekarang, tapi karena kamu ngambeknya sampe kayak gini ya mau gimana lagi, sekalian kan” ucap pria tadi dan sedetik kemudian mencium bibirku.
Waktu terasa berhenti, wajahku terasa panas, jantung ku berpacu kencang, bibirku beku, tangan ku beku, otak ku beku, semuanya beku, aku hanya diam seperti patung, lalu pria tadi melepaskan ciumannya aku tetap membeku menatap wajahnya, dia tinggi. Tunggu dulu apa dia pria yang waktu itu aku siram, aku melihat ke jendela, bisa ku lihat bahwa laura menahan tawanya, kemudian mengangguk tanda setuju,
“lihat saja dia dan pria ini tak akan bebas dari bogemanku” aku melihat ke sekeliling para murid masih syok, dan bisa kulihat irren menggigit bibir bawahnya kesal kemudian ia berlari keluar dan semua murid kelas XII 01 keluar meninggalkan kami berdua.
.
.
.
.
Entah kenapa hari ini terasa begitu panjang, aku sama sekali tidak keluar dari kelas, dari bangku pun aku tak beranjak, dan entah kenapa pipiku selalu merah saat membayangkan yang terjadi tadi, setelah pelajaran olahraga selesai aku langsung berlari ke kelas, karena hampir semua murid memandangku kesal. Dan sudah ku pastikan bahwa pria tadi adalah pria yang waktu itu tak sengaja menabrakku, karena para siswa dan siswi tak berhenti menggosipkan kapten basket itu denganku.
“baiklah semua, cukup untuk hari ini. Ronald bawa buku latihannya ke meja madam” dikte madam sharon pada ronald, sedangkan ronald hanya mengangguk mengiyakan.
“kamu tidak membolos hari ini naumy?” tanya madam sharon dengan nada menyindir, mendengar itu aku hanya mengerucutkan bibirku kesal.
“iya madam” sahhutku panjang, sedetik kemudian madam sharon keluar di ikuti oleh ronald.
Aku tetap ditempatku, menyentuh bibirku yang dicium pria tadi, semua murid kelasku sudah keluar, aku masih tetap ditempat, saat hendak beranjak seseorang memasuki kelasku.
“ternyata kamu disini, aku menunggu mu dari tadi di depan” ucap seorang pria padaku yang tak lain adalah pria sialan tadi, aku berlalu mengabaikannya sedangkan dia membuntuti ku dari belakang.
“bagaimana kalau hari ini kita kencan bi?” ucapnya santai padaku, mendengar itu aku menoleh ke belakang mendekatinya, aku mendongakkan wajahku ke wajahnya, dia menatapku lekat.
Bugh bugh bugh tanpa aba aba aku melayangkan bogemku tepat di wajahnya, dengan kaki yang menjingkat tentunya, dia meringis aku pun berlalu.
“kau sungguh galak” ucapnya lagi tiba tiba tetap menyusul di belakangku
“sialan kau, pergi sana dasar anjing, se enaknya saja kamu menciumku. Apa lagi didepan keramaian seperti itu, kamu kira aku apaan setan, dasar kau” teriakku di depannya sambil mengepalkan tanganku menahan marah. Dia hanya tersenyum tipis
“bukankah kamu di suruh laura menembak seseorang dari kelas XII, dan dari pada kamu seperti tak punya harga diri melakukan itu di depan orang ramai, lebih baik begitu, coba kamu pikirkan” ucapnya padaku, mendengar itu aku hanya diam memikirkan ucapannya.
“ada benarnya juga” batinku, aku segera memasuki mobilku mengabaikannya. Dan dia dengan santainya ikut memasuki mobilku di bangku penumpang. Aku  menatapnya tajam
“turun” teriakku padanya,
“apa, kenapa?” tanya nya heran tanpa merasa bersalah, aku masih menatapnya tajam.
“bukankah sekarang aku adalah pacarmu, jadi apa masalahnya jika aku ingin tau di mana rumah pacarku” sambungnya santai. Aku pun menarik nafas panjang membiarkannya memasuki mobilku. Lihat saja dia, dia akan aku selesaikan dalam mobilku.
“baiklah, namaku Andrew Stephen Georgory, aku berasal dari kelas XII 01, dan aku adalah kapten basket dari sekolah kita” ucapnya memulai percakapan, aku mendengus kesal.
“kenapa, kenapa kau diam?” tanyanya sambil melihat ke arahku.
“bukan urusanmu” sahutku ketus, dia pun mengacak rambutnya prustasi.
“baikla turunkan saja aku disini, aku akan bilang pada laura kalau kamu tak mau jadian denganku” sahutnya padaku dengan nada mengancam, mendengar itu aku tesenyum puas dan segera meminggirkan mobilku, sana pergilah ucapku sambil mengusirnya pergi. Mau tak mau dia pun turun dengan berat hati.
Aku melajukan mobilku kencang tak berapa lama handphone ku yang berada di dashboard berbunyi, aku pun mengangkatnya
“kenapa”
“udah aku suruh turun anjing”
“iya iya lah emangnya dia siapa, se enaknya saja”
“tapi apa kamu serius, kamu tau aku seperti tidak ada harga dirinya saja tadi”
“ahhh dasar sialan kamu, iya baiklah aku akan menjaga hubunganku dengannya”
“iya aku akan berubah, sudahlah”
Aku melempar handphone ku bangku belakang,
“sial kenapa sih laura, apa masalahnya kalau aku jomblo toh lagian kan aku nggak tiap hari nyusahin dia” runtukku dalam hati sambil memutar mobilku kembali ke tempat dimana aku menurunkan kapten basket gila tadi.
“watde, apa dia akan terus menunggu di sini, bagaimana jika aku tidak datang tadi, apa dia akan berada disini sampai malam” batinku heran melihat ke kaca spion mobil karena pria tadi masih berada di tempatnya.
“masuklah” ucapku dingin padanya sambil membuka pintu dan berpindah di bangku penumpang.
Mendengar itu dia tersenyum sumringah, kemudian menggantikan posisiku untuk menyetir.
“di mana alamatmu?” tanyanya padaku sambill mulai melajukan mobilku
“kerumah mu saja, biar aku pulang sendiri” sahutku padanya hampir datar.
“tidak apa, aku bisa menyuruh seseorang untuk mengantarkan mobilku kerumahmu” ucapnya manis, mendengar itu aku menoleh ke arahnya, sungguh keras kepala.
“apartemen GreenPark lantai nomer 7” sahutku mulai lembut padanya, mendengar itu dia kembali tersenyum.
“namaku naumy angelina, panggil saja naumy. Aku berasal dari kelas XI 03, aku adik kelasmu, maaf memperlakukanmu tidak sopan tadi, aku tidak bergitu terbiasa dengan orang asing” ucapku lembut padanya, mendengar itu dia hanya menatapku diam sejenak kemudian berkata.
“kalau begitu, jadi aku tidak perlu berpura pura baik lagi denganmu” ucapnya dengan nada suara yang berbeda dari sebelumnya. Mendengar itu aku mentapnya tak percaya.
“tidak bukan begitu maksudku, sebenarnya aku tidak begitu dekat dengan banyak orang, hanya saja banyak siswa dan siswi yang sering mendekatiku, dan sebenarnya aku tidak suka itu , kamu tau tadi adalah kali pertamanya aku berbicara di depan kelas, karena aku tipe orang yang tidak banyak berbicara, dan hanya bicara pada orang terdekat saja” ucapnya panjang lebar padaku, mendengar itu aku kembali menatapnya tak percaya.
.
.
.
.
Perlahan kaki ku melangkah melewati koridor sekolah, jarang aku lewat sini karena aku lebih sering mengambil jalan yang sepi, namun karena aku datang pagi hari ini jadi aku rasa tidak masalah.
Saat aku memasuki kelas beberapa murid di kelasku melihatku khawatir,
“sial, pasti meja ku di coret coret lagi” batinku seakan tahu apa yang akan terjadi, dan benar saja meja dan kursiku penuh dengan coretan, kali ini tidak hanya dipenuhi pilok tapi baunya seperti di siram air comberan, aku menatap mereka satu persatu seakan bertanya siapa pelakunya.
“kami yakin pasti irren dan gengnya yang melakukan ini” sahut mereka serempak, mendengar itu aku mengatup gigiku geram, lalu aku menarik meja dan kursi ku keluar kelas. Siswa siswi yang berada di luar melihatku heran, dan serempak menutup hidung mereka karena bau. Setelah itu dengan penuh amarah aku meuju ke kelas XII 01.
Saat kakiku memasuki kelas XII 01, bisa ku lihat bahwa irren melihatku dengan senyum puas, aku pun tak tinggal diam, dengan cepat aku menghampiri irren, dan tanpa aba aba aku mendorongnya sehingga ia terbentur ke dinding. Namun tiba tiba aku dipegangi oleh teman teman irren, dua memegang tanganku dan dua lainnya mulai menjambak rambutku, dan yang lainnya juga menampar wajahku, bisa ku rasakan bahwa sudut bibirku mulai berdarah sekarang. Aku meronta dan mendorong orang yang memegang tanganku namun aku masih kalah jumlah, aku masih berusaha meronta. Lalu tiba tiba mereka berhenti dan mengarahkan wajahku ke hadapan irren dengan posisi melutut.
“aku bilangin ya jalang, kamu itu harus sadar diri, banyakin ngaca udah sok cantik, sok keren kamu pikir kamu itu siapa baru kelas XI juga udah mau famous, kamu itu bukan siapa siapa di sini. Kamu tidak tahu siapa aku? Kalau aku mau aku bisa saja mengeluarkanmu dari sekolah ini, tapi aku masih mau bermain main denganmu, sampai kamu pergi dari andrew. Kamu tau karena kamu jadian dengan andrew, aku semakin sulit untuk mendekatinya, karena kamu iya kamu, jadi mulai sekarang dan seterusnya aku bakalan bully kamu sampai kamu pergi dari andrew bahkan kalau bisa sampai kamu pergi dari sekolah ini” teriak irren sambil menunjukku . Mendengar itu aku benar benar berang, aku mendorong teman teman irren, sehingga mereka semua terjungkal kebelakang, lalu aku berlari ke arah meja guru dan mengambil vase bunga, kemudian aku melemparkannya tepat dikepala irren.
Prankkk vas bunga tadi pecah dan darah mengalir dari kening irren, aku pun mendekatinya dan mengambil pecahan kaca tadi sambil menyodorkannya ke arah wajah irren.
“ini bukan sinetron perek, kamu kira aku bakalan diem ketakutan karena kamu bully, hello kamu pun bisa aku beli kalau aku mau, jangan kamu pikir mentang mentang kamu anak kepala sekolah kamu bisa se enaknya disini, seharusnya kamu sudah dikeluarkan dari sini, apa kamu tidak malu mengirimkan spam masenger yang bersisi video porno ke guru kita. Lihat saja kamu sekali lagi meja dan kursi ku kamu coret coret lagi, bukan keningmu lagi yang berdarah tapi seluruh kepalamu” ucapku penuh penekanan, mendengar itu irren diam tak berkutik dia nampak menahan tangis, aku pun membuang pecahan vas tadi sembarang dan mengambil tas irren yang berada di meja, kemudian melemparkanya ke arah teman teman irren yang tadi memeganggku dan mengeroyokku.
“dan kalian semua, kalau kalian berani ayo lawan satu persatu, jangan berani main keroyokan, kalau aku mau, aku akan panggil teman temanku, dasar tak punya otak” teriak ku pada teman teman irren hampir tak bisa mengontrol emosiku lagi. Setelah itu aku menarik meja irren keluar kemudian memanggil ronald yang kebetulan sedang lewat untuk membawakannya. Dan tentu saja ronald akan mengkhawatirkan ku, karena dia tahu aku akan di skors.
.
.
.
.

Seven Days To Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang