0.5

10.8K 2K 17
                                    

Rapat berjalan dengan lancar, walau ada sedikit kendala pada bagian pengisi acara. Kami masih bingung menempatkan posisinya, siapa yang ada di sini, siapa yang ada di sana. Namun sebagian besar sudah beres dan akan diserahkan pada rapat besar besok, bersama wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan petinggi-petinggi lain.

“Kau yakin Kim Jungwoo akan mengisi pada malam puncak?” tanya Pak Leeteuk.

Aku mengangguk mantap.

“Seratus persen yakin, Pak,” ucapku menggebu-gebu. “Jungwoo memiliki bakat yang luar biasa dalam dunia tarik suara. Bapak tidak akan menyesal menempatkan dia di malam puncak.”

Pak Leeteuk mengangguk-angguk mendengar ucapanku yang persuasif itu. Tapi, Jungwoo memang memiliki suara emas yang bergema. Suaranya begitu menggetarkan jiwa.

Saat aku pertama kali mendengarnya dulu, aku langsung merinding. Sensasi yang sama pasti akan dirasakan semua yang yang mendengar suaranya—entah sudah beberapa kali.

“Oke. Untuk para talents, saya serahkan ke kamu dan Mark,” Pak Leeteuk menunjukku. Aku hampir tersedak.

Bagaimana mungkin?

Aku sudah menjadi koordinator lapangan sekaligus supervisor bersama satu rekanku, bagaimana mungkin aku sanggup mengurusi para talents?

“Siap, Pak,” respon Mark. Aku langsung menoleh ke arahnya sambil menahan hasrat untuk tidak memukulnya.

Dengan kursi.

Tepat di wajah.

“Iya, ‘kan?” Mark tersenyum dan menoleh ke arahku. Alisnya berkedut, matanya melotot tak kentara. Jelas sekali ia sedang memaksaku.

Aku—yang juga sedang memelototinya—mau tidak mau membalas senyumannya.

“Iya, Pak,” ucapku terpaksa. Pak Leeteuk tersenyum.

Aku  beberapa kali menguap, sedikit bosan dengan rapat kali ini. Aku hampir jatuh tertidur kala suara Pak Leeteuk tiba-tiba terdengar begitu menggelegar.


***

Pamit | Kim Jungwoo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang