Treaty

2.6K 290 70
                                        

"Ka-Kak Neji?"

Jaket parka yang dikenakan lelaki itu sedikit basah. Bulir-bulir air tampak di bahunya. Di luar memang sedang gerimis. Presipitasi jatuh menyentuh siapa saja yang berdiri di bawahnya.

Hinata mundur dua langkah. Hatinya menyesalkan alasan mengapa sang kakak harus datang ke sini.

"Hinata?"

Perempuan itu enggan menjawab. Dalam hatinya, Hinata masih bertanya-tanya. Sebelum pindah, tak sekali pun ia pernah minta ditengok. Lalu apa yang kakaknya lakukan sekarang? Ingin menjemput dan membawanya pulang? Ia bahkan belum berkata jujur perihal siapa dirinya kepada Naruto.

Pemuda itu sedang makan di belakang. Kalau sampai dia ke depan dan mengenali bau, atau suara Neji, itu akan menyebabkan Hinata ada dalam posisi bahaya.

"Untuk apa Kakak ke sini?"

"Kau tidak suka dengan kehadiran kakak ya?"

"Bu-bukan begitu, tapi Kak, aku sama sekali tidak pernah bilang untuk dijenguk. Kakak harus percaya padaku dong, jika aku dapat menjaga diriku sendiri."

"Iya, kakak tahu kok. Kakak ke sini memang ingin memastikan keadaanmu. Apa kau tidak rindu denganku dan Shion?"

Hinata mengalihkan arah pandangannya pada gerimis yang jatuh menimpa daun keladi di halaman rumah.

Tak lama ... terdengar Hinata mendesah.

"Tentu aku merindukan kalian," jawab Hinata seraya menunduk.

"Shion sedang hamil 3 bulan. Kakak ke sini untuk mengabari itu."

"... Ka-kak Shion hamil?"

"Iya, dia bilang ingin agar kau mengusap perutnya. Namun yang lebih penting, kau ingat teman SMA-mu yang rambutnya selalu dicepol dua itu? Dia datang ke rumah 2 kali mencarimu."

Bercepol 2?

"... Te-Tenten?! Ke-kenapa Kakak tak langsung menghubungiku lewat telepon sih?"

"Hahaha ... bukankah hal yang wajar, seorang kakak menengok adiknya?" Neji mendekat, ia lalu mengacak-acak poni Hinata. "kau tak merindukanku, huh?" ujarnya seraya membuka tangan.

"Bodoh, tentu aku merindukan Kakak dan kak Shion." Hinata membalas pelukan Neji.

"Jadi ... kapan kau akan kembali ke rumah, Hinata?"

.

"Haruki?"

Naruto berujar kala bau lavendel tercium samar membaui hidung. Wangi khas, yang rasanya hanya dimiliki oleh dua orang: gadis itu; dan tentu 'dia' yang di masa lalu.

Hinata menarik kursi, lantas kembali duduk di samping Naruto. Tadi kakaknya sudah pulang. Neji juga membawakannya bahan-bahan makanan. Hinata terpaksa menyembunyikan dulu dan akan memasukkannya ke dalam lemari pendingin setelah Naruto selesai makan, lalu pergi tidur.

Naruto akan curiga bila ia terdengar membawa kantung plastik, atau suara berisik darinya saat memasukkan semua bahan makanan tersebut ke tempat yang benar.

Re : Andante [HIATUS] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang