Treaty 2

2.5K 238 124
                                        

"Umm—"

Naruto merasakan bibirnya dikecup dengan kasar. Ketika ia mencoba menghindar, Hinata justru menghimpit badannya ke sofa. Lidahnya diajak berdansa. Ritme cepat yang tercipta membuat Naruto sulit mengambil napas. Di luar dugaannya, rupanya Hinata memiliki kekuatan sebesar ini. Bila ia memaksa mendorong lebih kuat, gadis itu bisa terjatuh.

"... Haru—!"

Saliva menetes melalui celah bibir. Napas mereka mengepul di tengah udara dingin.

"Umm ... Haru—!"

Sebuah kecupan panas yang baru pertama ini Hinata berani memulainya. Untuk perempuan seperti dirinya, agresif ialah hal yang tidak biasa.

Maafkan aku, Naruto-kun ....

Dengan gaya nakalnya, Hinata merangkak duduk di paha Naruto. Ia menggulung rambut seadanya. Membuat lehernya yang jenjang dan putih terekspos.

Tangan Hinata dengan lembut menuntun jari jemari Naruto yang kekar menyentuh bibirnya. Ia lihat bagaimana pria itu jadi tersipu. Semburat merah jambu terlukis samar di pipinya yang kecokelatan.

"Haruki, apa yang kau lakukan?!" Naruto memalingkan pandangan. Berusaha sebisa mungkin menghindari napas Hinata yang terasa hangat saat mencumbu kulit pipinya.

Hinata menarik dagu Naruto agar pria itu terus menghadap ke wajahnya. Sengaja ia sentuhkan hidungnya dengan batang hidung Naruto yang mancung.

"Bukankah ... laki-laki suka hal yang seperti ini?" bisik Hinata seduktif. Ia kembali menarik jarak, masih dengan memegang tangan kanan pemuda itu.

Perlahan, Hinata mencium telunjuk Naruto. Menciumnya dengan sangat lembut, selembut Naruto yang dulu memperlakukannya dengan sangat hangat.

Jari Naruto berbau manis. Seperti permen rasa buah yang sering ada saat malam Helloween. Ia memasukkan jari Naruto serupa lolipop ke dalam mulutnya. Menariknya keluar pelan-pelan, memasukkannya lagi, dan sesaat, membiarkannya di luar untuk dijilati layaknya es krim.

Naruto menutupi pipinya yang memerah dengan tangan kiri. Ia masih belum mengerti akan situasi ini. Apa yang sebenarnya terjadi pada Haruki? Apa dia mabuk? Tidak, mungkinkah susu membuat seseorang kehilangan kesadaran?

Ketika Naruto hendak menarik tangan kanannya yang diperlakukan tak ubah permen, pemuda itu dikejutkan oleh Hinata yang perlahan meraba dadanya, hingga ke leher. Membuat Naruto merasakan geli teramat sangat, sekaligus, ada perasaan aneh yang tiba-tiba menyergap hatinya.

Haruki yang semakin dekat dengannya, mengingatkan ia akan sosok wanita yang memiliki bau tubuh serupa. Wangi lavendel yang selamanya tak mungkin bisa ia lupakan.

"Hinata ...." Naruto mendesis pelan.

Rupanya, Hinata tak mendengar itu. Fokusnya masih pada telunjuk Naruto yang terasa begitu nikmat dalam mulutnya.

Liurnya menetesi jari pria itu hingga pergelangan. Sedikit menjijikkan, tapi ini sangat nikmat baginya. Pipi Hinata bahkan merona pekat. Warna putih porselennya berganti merah muda, yang andai Naruto bisa melihat wajah perempuan itu sekarang, amat kentara manis.

Hinata ganti mengecupi dagu Naruto sampai pipi. Ia memegangi tangan Naruto yang seperti hendak berontak.

"Ha-ruki ... apa kau sadar dengan yang kau lakukan?" Naruto susah payah mengatakan. Di bawah sana rasanya sempit sekali. Padahal ia tak lagi mengenakan celana jeans.

"Aku tidak mabuk Naruto-kun ...." Hinata terus menciumi pipi Naruto. Kanan-kiri, bergantian.

"Tapi ... kau sangat aneh bagiku. Seperti ... akh—" Naruto menggigit bibirnya manakala Hinata mengisap lehernya. Sepertinya, perempuan itu hendak menandainya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Re : Andante [HIATUS] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang