Prolog : Jawabannya Tetap Sama

555 52 22
                                    

Berkali-kali ia menghela napas. Setelah menguatkan tekadnya beberapa saat, Embun berjalan menuju sekumpulan murid yang sedang bercanda di teras kelas.

"Bisa kita bicara?"

Tawa dan senda gurau yang sedari tadi berderai terhenti. Kini seluruh pasang mata yang berada di depannya beralih pandang. Mereka menatap gadis itu dengan terheran. Namun, Embun hanya menatap pada satu orang. Ia seolah melupakan keraguan dan kebenciannya pada keramaian.

"Bicara?" Seorang cowok yang sedari tadi gadis itu tatap akhirnya bertanya.
Embun mengangguk.

"Yaudah, bicara saja," sahut cowok itu. Matanya menyorot penasaran pada gadis di hadapannya.
"Tidak di sini. Kita perlu bicara berdua saja." Embun menatap cowok itu penuh harap.

Setelah berpikir beberapa saat, cowok itu mengangguk. "Oke."

Langkah dua orang itu berderap menuju halaman belakang sekolah. Jemari Embun saling meremas.

"Ada apa?" Cowok itu membuka suara karena Embun yang justru terdiam.

"Aku sudah menemukan jawabannya." Embun hampir menahan napas saat mengucapkan deretan kata itu.

Cowok itu nampak tertegun. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana.
"Tidak perlu buru-buru. Aku tidak mendesak, kok," ujarnya.

Namun Embun menggeleng. "Aku tidak bisa menundanya. Meskipun sekarang ataupun nanti, jawabannya tetap sama."

"Lalu, Apa jawabanmu?"

Embun tak tahu apa ia akan mampu bersuara. Namun ia harus memperjelas semuanya. Embun menatap mata elang itu.

"Aku melepasmu."

N Y A L A N GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang