Untuk dibaca berdua.
Cowok: "Baru saja, diriku dihantam oleh sepercik keindahan renjana yang sudah lama tenggelam dalam palung hasratku. Degupku memanja, kian perlahan memberi nikmat. Pikiranku dilesatkan melayang oleh sepenggal senyuman bak senja yang tak sengaja kulihat".
Cewek: "Ah senangnya, tak kusangka, senyumanku kali ini tidak berujung pahit. Dia merespon dengan senyuman kecil. Aku yang meledak riang, seperti dentuman yang merebak luas membuat senja tertahan lebih lama lagi, seolah mempersilakan diriku untuk menikmatinya".
Cowok: "Aku memang pasrah mempersilakan rasa ini hadir kembali, terutama sejak diriku melihatmu pertama kali tepat saat purnama lalu. Kita berpapasan, sesaat percepatan langkahku menjadi nihil, dan merelakan ruang memoriku untuk membuat sketsa mengenai elokmu. Ah! Khususnya mata sayumu, menyematkan ketenangan dalam gejolak hatiku".
Cewek: "Aku menyadari hal itu, saat pertama kali berpapasan denganmu. Satu hal yang ku ingat, aroma tubuhmu. Aroma yang menyapa pekat indera penciumanku. Clementine. Ya, sejak saat itu diriku hanyut terbawa arus deras asmara".
Cowok: "Oh iya, sahabat karibku selalu menjadi amunisi penyemangat soal dirimu. Jika mereka melihatmu saat mereka denganku atau tiada diriku. Selalu mereka mendewikan seluruh aspek fisikmu. 'Cantik banget parah', 'sayapnya ilang kemana ya dia?', 'Senyumnya gak ada tandingan lah'. Ah! membuat rona merah pipiku semakin kentara. Diriku semakin ingin menyegerakannya untuk mengenal detakmu".
Cewek: "Aku kira hanya perempuan saja yang seperti itu, haha, aku salah menilai. Sahabatku juga benar-benar menggebu melebihi batasku. Selalu setelah diriku tepat berpapasan denganmu, mereka mendewakan dirimu yang membuatku merona. 'Wangi banget sumpah', 'Kalemnya juara lah', 'cocok banget deh kalian'. Seketika diriku hilang, tenggelam dalam perasaan jingga, dan berharap detakmu menyelamatkanku".
Cowok: "Hingga malam ini, aku benar-benar sulit untuk menuju fase alfa-ku. Jam satu lewat pun aku tetap terjaga, sengaja tubuhku menurunkan kadar Serotonin, dipadukan dengan samar-samar otakku memberi panorama tentang dirimu. Semua detailnya, termasuk proyeksi masa depan hingga mengenyampingkan efek kantuk esok fajar yang luar biasa saat mengerjakan kuis sesi pertama. Seketika diriku menghardik kuliah esok sembari berkata, 'Tidak peduli kuis esok, toh paling sial jadi menteri. Biarkan aku merasakan jatuh cinta dahulu'".
Cewek: "Diriku pun begitu jua, jam sudah menunjukkan hampir setengah dua tetapi diriku masih setia menghayati Dopamin yang mengalir dalam tubuhku, mengirimkan sinyal renjana yang membuatku tersenyum sendiri untuk kesekian kalinya. Lagi, lagi, dan lagi hingga pikiran tentang kuliah esok tak terjangkau oleh otakku".
Cowok: "Saat aku sudah mulai terlelap, ada satu tekad bulat yang mendorongku untuk melakukannya esok. Akan kuutarakan segala isi hatiku dari relung paling dalam. Hanya diriku dan dirimu, dan akan kulakukan selama senja berjalan menghilang. Dan saat senja menghilang, detakmu akan menjadi milikku".
Cewek: "Dan aku pun juga, proyeksi final sebelum diriku terlelap. Ada satu keyakinan, seperti alam memberi isyarat bahwa engkau akan menyatakan perasaanmu esok, mungkin fajar atau senja. Tapi perasaanku berkata senja. Entah tepatnya kapan, diriku akan selalu siap mendengarnya, hanya diriku dan dirimu, dan setelah waktu itu tiba, detakmu akan mengikat detakku".
Cowok: "Sebelum terlelap diriku sempat membayangkan esok. Hangatnya senja, degupan yang akan meletup, eloknya mata sayumu saat kupandang, dan parfum khas yang akan kupakai, Citrus".
Cewek: "Sebelum terlelap diriku juga sempat membayangkan esok. Hangatnya senja, degupan yang akan meletup, tenangnya pandanganmu melihat mata sayuku, dan semerbak parfum khas yang engkau pakai, Clementine".
__________
-P.S: Ada yang lebih sial daripada menjadi menteri, yaitu cinta yang bertepuk sebelah tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi #1: Lingkaran Berbisik
PoetryLingkaran Berbisik adalah antologi puisi pertama yang saya buat. Terdiri dari 25 puisi (24 puisi original dan 1 puisi kontribusi) yang menceritakan mengenai pesan yang tak terucap secara verbal di dalam kehidupan penulis sehari-hari. Semoga pesan di...