Rindu

108 2 0
                                    

"Val, aku pulang ya." kata Clara sambil memakai sepatu
"Iya, makasih waktunya." teriak Valley sambil melambaikan tangan didepan gerbang.

Saat perjalanan tiba-tiba bertemu dengan Olv, Clara yang tidak memperhatikan jalannya mereka bertabrakan.
"Aduh." suara lirih Clara
"Eh, Clara maaf... Aku tidak melihat." kata Olv sambil membantu Clara berdiri.
"Tidak. Apa-apa."suara lirih Clara.
Clara langsung bangkit dan melanjutkan perjalanannya.
"Bertemu denganmu adalah hal yang Indah, apalagi jika ditakdirkan itu bukan hal Indah, tetapi hal dimana diriku bisa memegang air." batin Olv
"Wueh, mikir apaan... Masih kecil." ngedumel Olv

"Aku pulang." seru Olv. Sambil melepaskan sepatu dan tas.
"Olv, kamu sudah pulang. Tadi orang tuamu pulang sebentar." kata Opah
"Pulang!" teriak Olv "lalu mamah papah mana"
"Bukankah tadi kamu menolak dijemput sama pak sopir,mereka berangkat lagi karena tidak jadi dipindahkan disini." kata Opah
"Yahh, opah tidak bilang apa! Olv rindu opah." ujar Olv
"Chat opah, tidak kamu bOpah" kata Opah
"Sebentar opah, soalnya handpone ku matikan." ketus Olv sambil memegang handphone untuk mengecek chat dari opahnya. "opah jahat."
"Salah siapa? Tidak membuka chat opah." kata Opah
"Tapi... Opah." merengek Olv
"Sudahlah, ganti baju lalu makan." pinta Opah
"Hmm... Baiklah." kata Olv

Perumahan kompleks yang terlihat sangat rapi dan bersih disekitar lingkungannya, rumah Clara yang dikelilingi oleh tanaman bunga matahari.
Dikamar, Clara sedang menangis dipojok sudut kamar. Kamar Clara berantakan buku-buku berserakan dimana-mana, pecahan kaca pun ada dikamar Clara.
"Huhuhuhuh." tangis Clara "aku rindu kalian. Kapan kalian pulang! Kalian tidak sayang dengan Clara?
Aku benci bagian ini, dimana hidupku sepi.... Iyaaaaa. Clara menderita... Clara tidak bahagia dengan uang, Clara bahagia dengan kalian dengan Kasih sayang kalian."
Tiba-tiba ada handpone Clara berdering. Clara mendapat notifikasi dari Olv.
Di handpone
Olv
"Hai, Clara kamu ingat aku tidak."
Clara
"Iya." singkat
Olv
"Siapa?" tebak
Clara
"Olv, bukan."
Olv
"Yup, benar sekali..."
Clara
"Oke." singkat
Olv
"Clara...sebenarnya aku ingin tahu tentang kehidupanmu, ya kalau tidak diizinkan pun tidak apa-apa."
Clara
"Tentu kamu akan tertawa."
Olv
"Sebenarnya aku... Takut jika temanku pendiam dibaliknya menyedihkan ceritalah sedikit tentangmu, jadilah teman curhatku."
Clara
"Hmm... Baik datanglah ke rumahku no 45 lavender."
Olv
"Oke, otw ya."

"Opah, Olv main dulu ya." teriak Olv
"Sama siapa?" tanya opah
"Ngngng. .sama Al juga belajar bareng." kata Olv
"Jangan pulang terlambat." pinta Opah
"Tentu tidak." teriak Olv sambil melambaikan tangannya di dalam mobil.
"Tuan, kita mau kemana." tanya pak sopir
"Pak, ke kompleks perumahan lavender rumah no 45." kata Olv
"Tidak dirumah teman tuan." tanya pak sopir
"Bodoh, yang ini penting sekali." ujar Olv
"Kalau boleh tahu tuan, ini mau kerumah siapa?" tanya pak sopir
"Teman." singkat Olv sambil memainkan handpone.
Sedangkan Clara menangis disudut kamar, semuanya berantakan sekali. Dirumah Clara memang ada pembantu tetapi Clara melarangnya untuk membersihkan kamarnya.

"Aku terlalu lama menderita, iya menjauh dari kenyataan, kehilangan, dan anehnya aku merindukan mereka tetapi mereka sendiri tidak merindukanku." batin Clara

"Ding... Dong..." bunyi bel rumah Clara. Pembantu Clara pun dengan senang hati membukanya.
"Mau mencari Non Clara." tanya ramah pembantu itu.
"Iya, dia ada dirumah tidak." kata Olv
"Tuan masuk dikamarnya aja,non Clara jarang keluar rumah, dia hanya mengurung diri di kamar." jelas pembantu
"Bibi udah lama bekerja disini." tanya Olv
"Sungguh lama sekali, saya sudah bekerja sebelum non Clara berada di dunia. Dan saya sendiri yang menjaga non Clara sampai dewasa tetapi saat orang tua mereka datang Clara harus ikut dengan mereka saat itu umur non Clara 12 tahun." jelas pembantu
"Baik. Bi terimakasih infonya." kata Olv
"Iya. Sama-sama dengan senang hati." balas pembantu


Rumah Clara terlalu besar sehingga Olv susah mencari kamar Clara, kamar Clara ada dilantai 2 tetapi di lantai 2 banyak sekali ruangan yang tidak terpakai.
"Nah, ini dia kamarnya." seru Olv sambil menunjuk-nunjuk pintu kamar Clara.

"Tok-tok." suara ketukan pintu

"Masuk." suara lirih Clara
"Oke. Aku mas.."belum habis bicara Olv terkejut dengan kamar Clara yang sangat berantakan sekali, buku-buku berserakan dimana-mana, pecahan kaca juga ada dimana-mana.
"Maaf, kamarnya berantakan." kata Clara.
Olv tidak mengerti mengapa kamarnya berantakan sekali dan anehnya didalam kamar Clara ada Piano, gitar, biola, dan pianika.

"Dia memiliki alat musik,sedangkan dianya tidak suka dengan musik ini aneh. Apa sebenarnya yang terjadi"
Batin Olv

"Tidak apa-apa,bukan masalah." kata Olv sambil tersenyum simpul
"Baiklah." singkat Clara
"Aku boleh bertanya." tanya Olv
"Tentu." singkat Clara
"Apa sebenarnya yang terjadi." tanya Olv
"Aku telah kehilangan ketiga kalinya." jawab Clara
"Siapa." tanya Olv
"Teman vokal, dan adek kembarku." jawab Clara

"Tunggu jika Clara tadi bilang teman vokal, berarti dulu dia pernah ikut vokal dan dulu juga dia tidak menjadi pendiam." tebak Olv dibatin

"Dan sekarang aku merindukannya iya, dulu dimana hidupku dikelilingi oleh musik dan sekarang hidupku dikelilingi oleh kerinduan ini." kata Clara
"Teman vokalmu itu laki-laki atau perempuan." tanya Olv
"Laki-laki." singkat Clara
"Dan sekarang dia kemana?" tanya Olv
"Dia.... Dia.. Pergi." kata Clara terengah-engah.
"Apa dia akan kembali." tanya Olv
"Tentu tidak, dia yang menyelamatkanku saat kejadian truk itu." kata Clara
"Lalu bagaimana dengan adek kembarmu." tanya Olv

"Dugaanku benar." batin Olv

"Akan kuceritakan padamu tentang mereka dan berjanjilah untuk tidak mengatakan ini kepada orang-orang." kata Clara sambil menunjukkan anak jari
"Janji." kata olv
"Cerita yang lama akan kuceritakan lagi." kata Clara

Musik adalah duniakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang