remember

4 1 0
                                    

Vannya mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan cafe. Didinding banyak terdapat vitage dengan tulisan unik. Mata Vannya jatuh pada miniatur mobil yang terpajang disisi pojok ruangan. Samar samar dia bisa mendengar suara Jo yang masih asik berbincang dengan kekasihnya.

Cafe dan Jo. Kedua hal yang benar benar pas. Seperti bersisihan. Dan keduanya sama sama hal yang paling Vannya suka, setidaknya setelah dia berhasil berkenalan dengan Jo pada waktu itu.

Saat itu setelah berhari hari Vannya dengan hobi barunya mengamati Jo, beberapa kali mereka bertemu pandang, namun dengan cepat Vannya selalu saja mengalihkan pandangan. Seolah sama sekali tak tertarik dengan mahluk yang paling indah dipandang itu.

Gengsinya yang teramat sangat membuatnya enggan untuk mengakui kekagumannya secara terang terangan. Tepat pada hari ke 20 dia mengamati Jo dari sebelah gerbang sekolah, laki laki itu menyebrang jalan. Menghampiri Vannya yang duduk dengan tenang.

"Disini panas va" kata Jo saat tiba tepat dihadapan Vannya.

Tidak ada respon berarti dari gadis itu. Dia hanya melirik Jo sekilas lalu mengedarkan pandangan kearah lain.

"Nunggu jemputan? Yuk kedepan kalo disini panas" kata Jo lagi dengan ramah.

Tunggu dari mana dia bisa tau nama Vannya.

Tapi bukannya Vannya memang sudah terkenal dari kelas 10?

"Vannyaaa" ulang Jo lagi.

Gadis itu menatap dengan tajam. Seolah tindakan Jo mengusik area tenangnya.

"Nggak!" Tegas dan jelas.

Ditambah nadanya yang ketus, lalu gadis itu bergeser sedikit dari hadapan Jo yang masih saja berdiri didepannya. Seolah menghalangi matahari sore yang dengan tega menghujam wajah cantik Vannya dari beberapa menit lalu.

"Mau nunggu jemputan kan? Paling paling jemputan kamu nanti bakalan dateng telat lagi, mau jadi abu gara gara panas ini?" Kata Jo masih dengan nada santai.

Laki laki itu bergeser mengukuti Vannya. Tak rela wajah manis itu terpapar sinar matahari yang terasa lebih menyengat dari biasanya.

"Dari mana dia tau kalo Papa selalu jemputnya telat" batin Vannya dalam hati.

Ponsel gadis itu berdering.

-Papa calling-

Segera dia mengangkat telfon itu.

"Papa udah ada didepan sayang" suara besar dari seberang.

Dengan sigap Vannya berdiri lalu beranjak, dia sama sekali tidak menghiraukan Jo, helaan nafas lega karna dia merhasil menghindari laki laki itu kali ini.

Jo menatap punggung milik Vannya yang tertutup tas ransel itu berlari menuju mobil putih yang sudah sejak kapan ada disana.

"Pacar kamu ya dek?" Tanya Papa didalam mobil dengan tatapan menggoda pada anak semata wayangnya itu.

"Bukan" jawab Vannya dengan nada cuek. Seperti biasa.

"Ganteng loh" goda Papanya lagi.

"Papa apaan sih. Eh tumben Papa jemputnya engga telat"

"Ih ngalihin pembicaraan nihh" sindir Law - Papa Vannya.

"Va ngga kenal pa sama dia. Itu cuman kakak kelas yang lagi nyapa aja tadi" kelak Vannya.

Ah gadis itu benar benar.

Padahal awal mulanya dia yang sering mengamati Jo. Dan tidak salah terka juga, Vannya memang tertarik dengan Jo.

coffea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang