Banyak hal yang mungkin tak bisa tersampaikan lewat kata. Terlampau banyak. Kadang memang Tuhan menciptakan hati untuk kita dapat saling mengerti tanpa perlu sedikitpun untuk saling berucap.
***
**
*Pagi yang cerah di tahun 2010. Vannya duduk didepan kelas XI IPA 1. Kelasnya mengarah tepat diperpustakaan. Beberapa hari lagi akan liburan panjang mengingat siswa kelas 12 akan segera melakukan ujian akhir.
"Hai Va"
Vannya menoleh. Melihat Jo yang datang dengan satu tangan membawa air mineral dan tangan yang lain menenteng tas hitam. Peluh membasahi tubuh Jo. Sudah dapat dipastikan bahwa laki laki itu habis latihan basket.
"Sendirian aja" kata Jo yang langsung duduk disebelah Vannya.
"Habis main basket?" Vannya mengerutkan kening.
Jo terlihat sangat berantakan, berpeluh. Namun tetap menarik untuk dilihat. Vannya bisa mencium bau kas dari laki laki itu. Bau keringat bercampur parfum.
"Iya" Kata Jo sambil mengibas ibaskan bajunya. "Gerah"
"Jorok banget sih. Ganti baju sana" kata Vannya sambil melenggang pergi meninggalkan Jo sendirian didepan kelasnya.
Jo hanya tersenyum sambil menggeleng geleng melihat tingkah cuek Vannya. Lalu dia beranjak ketoilet untuk berganti pakaian.
Vannya sedikit mengitip dari dalam kelas. Ternyata Jo sudah pergi. Dia bisa bernafas lega sekarang. Sudah berapa kali dia bicara dengan Jo, namun hatinya masih saja sama. Vannya memegang dadanya sendiri dengan tatapan bingung.
Dengan tenangnya Vannya mengemasi buku buku pelajaran dan bergegas menuju gerbang sekolah saat jam pelajaran usai. Dia berjalan sambil bersenandung kecil, menggumamkan lagu take you home milik baekhyun.
"Va" teriak Okta yang berlarian kecil menghampiri Vannya.
"Ngapain sih lu teriak teriak" Vannya membuang muka kesal. Tingkah sahabatnya itu memang selalu saja seperti anak tk.
"Belum dijemput? Tumben lu langsung keluar, ngga nunggu diperpustakaan dulu?"
"Engga. Ngapain lu disini? Bukannya lu udah pulang dari tadi?" Tanya Vannya sembari meletakkan tubuhnya kedudukan kursi taman.
"Gue nungguin Adimas"
"Gebetan baru?" Kali ini Vannya menatap Okta dengan curiga.
Hanya cengiran aneh yang Okta tunjukan. "Dasar hobi banget dia gonta ganti pacar" batin Vannya dalam hati.
Tak berapa lama sebuah motor besar berwarna merah menghampiri mereka berdua. Senyum Okta merekah menatap laki laki yang wajahnya tertutup helm full face itu.
"Gue duluan ya cantik, dahh" kata Okta sambil melambai.
Bersamaan dengan itu Jo datang dengan membawa dua gelas air mineral.
"Mau balik dim?" tanya Jo dengan ramah dan dijawab anggukan oleh Adimas.
Seketika itu juga Okta menghentikan langkahnya. Menatap tajam sekaligus binggung ke arah dua mahluk paling sempurna disekolahnya itu. Jo dan Vannya.
Okta hanya bisa melongo. Dia benar benar kaget. Sejak kapan sahabatnya sedekat itu dengan Jo, sang prince SMA Tugu.
"Jadi pulang ngga?" Suara berat Adimas membuat Okta mengalihkan pandangan dari hal yang membuatnya syok itu.
"Sejak kapan mereka?" Okta balik bertanya pada Adimas. Mimik mukanya terlihat sangat terkejut.
"Udah jangan urusin urusan orang" kata Adimas sambil menarik tangan Okta untuk segera duduk diboncengan motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
coffea
Teen FictionTak semua cinta bisa kita miliki. Terkadang ada cinta cinta yang datang, untuk menyapa. Mengingatkanmu. Memberi tahu, bahwa yang tertakdir tidak akan pernah tertukar. Cukupkan saja. Karna secangkir kopi hitamu adalah kopi favorit ku