Poster by : GENIUS__LAB
Mentari masih terlelap dalam tidurnya, namun aku terbangun dari mimpiku hanya karena ini hari minggu aku terbiasa olahraga pagi.
Tak lama kemudian tepat pukul 05:50 WIB aku sampai di pinggiran jalan, kuhentikan motor merah matic miliku sejenak aku merenungkan jiwa-jiwa yang masih bertebaran.Terlihat dipandanganku arah jalan yang lurus serta masih belum terlihat lalu lalang kendaraan, menguak rasa sesak direlung hatiku teringat bahwa di jalan itu aku pernah mengalami masa-masa yang menyakitkan. Tanpa terduga aku akan melewati jalanan ini kembali, seketika buliran air bening bagai mutiara menetes dari ujung mataku ke pipi mengingat setiap detiknya.
Namaku Manzella, berusia 22 tahun saat ini. Aku merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, semestinya aku menjadi anak yang bisa diandalkan sebagai anak pertama namun hanya karena perbuatan orang yang berhati iri atau mungkin karena unsur sakit hati membuatku terpenjara dalam sebuah ruangan yang hitam dengan mengunci jiwa-jiwaku.
Sukabumi, Indonesia 2012
[Rumah omah]Saat itu mungkin usiaku masih 19 tahun menuju 20 tahun ketika semua orang di tempat gedung itu mengucilkanku, mencaci makiku jika aku berjalan di hadapan mereka, menatapku dengan tatapan yang penuh kebencian dan seakan aku ini seonggok kotoran yang menjijikan dan hina.
Entah apa yang terjadi aku pun tak mengerti .Akan tetapi dengan melihat keluargaku aku menguatkan diri untuk tak menghiraukan semua yang terjadi. Kendati aku merupakan anak pertama, aku hanya berpikir mungkin aku berbeda dari mereka, aku hanya menjalani jalan yang di hadapanku. Bahkan teman yang pernah aku bantu atau bermain denganku mereka pun malah sama mengucilkanku tanpa sebab yang kulakukan hanyalah fokus pada pekerjaan guna memberi sedikit rejeki pada keluarga.
Gedung yang bertingkat dengan banyak kaca itu merupakan tempat di mana dulu aku pernah bekerja di sana selama dua tahun aku menjalani semua hal itu di tempat yang menyakitkan.
Setiap hari menjelang aku berangkat bekerja tanpa adanya keluhan dari mulutku dengan berjalan karena aku masih belum memiliki kendaraan.
Namun rasa takut yang melanda begitu dahsyat berkecamuk dalam hatiku, aku hanya bisa menyebut nama sang pencipta hanya untuk sekedar menenangkan hatiku itu.
Langkah demi langkah terlewati aku selalu sendirian membuatku menjadi semakin pendiam dan bungkam. Menjadi pendiam salah satu efek yang terjadi dalam hidupku yang dimana aku sosok yang ceria, cerewet, dan fashionable kini semua itu terkubur seakan ruang waktu mengikat rohku disebuah lingkaran.
Disaat ketakutan itu melanda hatiku seakan menggerogoti tubuhku, kurasakan urat pada leherku semakin mengkerut tulang bahuku pun terlihat begitu menonjol mengartikan bahwa berat badanku menurun padahal aku makan dengan porsi banyak tapi entah kemana perginya asupan makanan itu.
Rasa takut ? Mungkin ketika aku bercerita setiap orang akan bertanya rasa takut yang seperti apa lalu kenapa harus takut?
apakah ada hal yang kamu lihat di bayangan matamu ? Itulah pertanyaan yang selalu bergema dalam bayangan anganku yang tersimpan dalam benakku , namun sayang seribu sayang aku hanya membagi ceritaku bersama sang pencipta terlebih aku tidak ingin kedua orang tuaku tahu karena ibuku sosok orang yang memikirkan suatu problema dan aku tak mau itu terjadi yang nanti akhirnya akan berdampak pada kesehatannya.
Selama aku bekerja di gedung itu sempat hatiku tergelincir untuk menyerah pada keadaan yang membuat relung hati jiwaku pilu, namun ada seseorang laki-laki yang cukup tampan berkulit putih wajah yang bersinar selalu terbasuh oleh air wudhu karena dia memiliki jiwa yang lemah lembut , ramah pada siapapun , bahkan agamanya pun terbilang kental bila di sandingkan denganku yang masih tahap belajar dan belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL ABOUT THE LIFE A MANZELLA
General FictionPoster by : #Genius_Lab (@MarlindaChoi) "Kepahitan ini memberiku kekuatan" Membuka kenangan lama dari sepenggal perjalanan hidup seorang Manzella, yang merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Started : 2018 March 12 MEDALS Chicklist #266 : 2018 S...