Bab 4 Bulu

180 112 47
                                    



Gera sampai di depan rumah, melihat rumahnya dari depan dia teringat kalo atapnya masih bolong dan belum bilang ke Ibu. Saat di depan rumah, Gera menelpon ibunya.

"H-halo...," kata Gera.

"Iya, ada apa Kaka? Gimana kabar hari ke tiga mu dan sekolah mu menyenangkan?" kata Ibu.

"Iya, kau sengaja memasukan ku ke sini ya? aku pasti bisa menemukan bakat ku sendiri kali ini, oh ya atap rumah bolong." Gera masuk ke dalam rumah.

"Kau di sana tidak berbuat yang tidak-tidak kan? ... tidak mungkin hahaha... dari dulu ibu tau kamu itu anak yang penakut dan juga cengeng. Mungkin ibu tidak bisa menengok mu sekarang ini karena sekarang ibu berada di Surabakot sedang dalam pekerjaan, jadi soal perbaikannya ibu anggap kamu bisa sendiri mengatasinya," kata Ibu.

Telepon di putuskan... bip... bip... bip...

"Aaaaahhh... teleponnya di matikan." Gera depresi, berjalan sambil memegang satu tangan ke tembok terlihat seperti orang lesu.

Gera terlihat lesu seperti orang kelaparan dan terus berjalan merembet ke tembok menuju kamarnya. Setelah membuka pintu dia kaget dan melangkah mundur sedikit demi sedikit hingga bersandar ke tembok.

"K-kamu? apa yang kamu lakukan di sini?" kata Gera.

"Hei kamu bocah tengik cepat bukain tali yang kamu ikat ini," kata Seorang cewek kecil.

Gera melihat yang di sana itu seorang cewek kecil yang tidak memakai baju, berlambut panjang berwarna Lime, di tengah rambut belakang terdapat warna DimGray, matanya berwarna DimGray dan hanya kaki kanan saja yang terikat.

"A-apa yaaaang kau liat bodoh... cepat kau buka ikatan tali ini, cepat, cepat, cepat," kata Seorang cewek kecil.

"Aaaaah jangan-jangan masuk rumah ku ini lewat atap yang bolong itu? apa kamu kesini hanya berniat untuk lelucon?" tanya Gera.

"Booodooh... bocah tengik sialan bodoh, bodoh, bodoh," kata Seorang cewek kecil.

"Hhah... siapa yang kau bilang bodoh, lalu siapa yang bodoh masuk kerumah orang cuma ingin mengikatkan kakinya dengan tubuh terbalik? dan yang lebih parahnya lagi kau tidak memakai apa pun!" kata Gera.

Gera berjalan perlahan sambil menoleh ke kanan.

"Aaaah... jangan kemari." Cewek kecil itu meronta-ronta, dan menutupi tubuhnya dengan ke dua tangannya.

"Sebaiknya kamu berpegangan ke pinggul ku agar kepala mu tidak jauh terlebih dahulu," kata Gera.

Gera sudah di depan cewek kecil itu karena cahaya dalam kamar sedikit, itu aja cahaya dari atap yang bolong itu. Cewek kecil itu memegang pinggul Gera dan wajahnya berada dia di samping kiri pinggul Gera. Gera tetap menoleh ke kanan dan tangan kiri Gera memegang pinggul Cewek kecil itu dan bergerak menuju ke atas perlahan Cewek kecil itu merintih.

'Wah, kulit anak perempuan alus juga,' kata Gera.

"Ahh... jangan seperti itu membuat ku geli," kata Seorang cewek kecil.

Gera sudah melepaskan tali ikatan itu.

"A-aduh sakit, kaki ku sakit Huuuwwaaa." Cewek kecil itu menangis namun masih memegang pinggul Gera dan lebih sangat kencang memegangnya.

Gera mengelus kepala Cewek kecil itu, "jadi ini akibatnya kamu masuk rumah orang tanpa ijin."

Cewek kecil itu masih menangis dan saat berbicara tidak jelas. "Huuwaaaa, Dwey Wumrina Awku Kwesiuni Mencawri Dia Huuuwaaa."

Pangeran Terbuang dan Gadis LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang