#01 - Aim For The Top! First Fight!

67 4 6
                                    

Pagi yang cerah...

Jungkook berjalan mengikuti Mr. Lee, dia setengah melompat-lompat menghindari patahan kayu atau sampah yang berserakan di lantai. Dia berbelok, mengikuti pria itu masuk ke sebuah kelas. Suasana kelas cukup ramai, bangku-bangku tidak tertata dengan rapi. “Anak-anak, tolong perhatikan,” ucap Mr. Lee keras, “hari ini kita kedatangan teman baru.” Mr. Lee menghela napas, Jungkook melirik melihat gurunya itu tampak merana melihat tidak ada satupun yang memperhatikannya. Semua murid sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Jungkook melihat sekelompok murid yang sibuk memanggang daging di depannya, baunya lezat sekali. Perbedaan yang sangat mencolok kalau dibandingkan dengan sekolah lamanya.

“Ah, baiklah, kau duduklah di...” Mr. Lee mengedarkan pandangan ke kelas, dia lalu menunjuk ke sisi dekat jendela, “duduklah disana. Di dekat Jimin.”

Jungkook mengangguk, dia berjalan menuju bangku yang ditunjuk Mr. Lee. Jungkook duduk di bangkunya, dia menoleh dan tersenyum kepada seorang murid bernama Jimin yang juga menatapnya dengan ekspresi yang aneh. “Kau anak orang kaya, ya?” tanya Jimin. Jungkook diam sejenak, dia kemudian menggeleng dan tersenyum kecil. “Ayahku hanya pegawai biasa,” jawabnya.

“Kau pasti anak yang sangat rajin,” komentar Jimin, “terlihat dari pakaianmu yang rapi.”

Jungkook menunduk, dia kemudian terkekeh saja. Apa hubungannya pakaian rapi dengan rajin? Di sekolah lamanya, anak-anak yang malas juga berpakaian rapi. Jungkook menghela napas, dia mulai mengeluarkan catatannya. Jungkook kembali menoleh dan menyadari Jimin masih menatapnya. “Kenapa kau melihatku seperti itu?” tanya Jungkook.

Jimin terkekeh, dia meraih catatan Jungkook dan membuangnya keluar jendela. “Ya!” Jungkook terkejut, “kenapa kau membuang catatanku?”

“Karena kau tidak akan membutuhkannya,” ucap Jimin, “guru-guru tidak akan masuk kemari untuk mengajar. Mereka bahkan tidak peduli siapa saja yang datang.” Jimin tersenyum, dia kemudian mengeluarkan ponselnya dan memainkannya.

Jungkook menoleh, dia menyadari suasana kelas memang sangat berbeda. Murid-murid melakukan kegiatan yang sama sekali tidak berhubungan dengan belajar. Ada yang bermain kartu, membaca komik, dan yang paling mengesankan memanggang daging seperti sedang berkemah. Jungkook kembali menatap Jimin, dia melihat pemuda itu melakukan gerakan dengan tangannya, matanya fokus menatap ponsel. “Oi, Jimin,” sebuah suara terdengar. Jungkook menoleh, dia melihat lima orang yang memanggang daging itu menatap Jimin. “Kau masih bermimpi menjadi dancer?” sahut seorang diantara mereka, “bermimpi saja sampai neraka.” “Tidak akan ada yang mau merekrut orang bodoh sepertimu menjadi dancer, Bung,” sahut murid di sebelahnya.

Jungkook menatap Jimin yang kelihatan kesal, dia menatap lima orang itu dan membalas, “Lebih bagus kalau dia punya mimpi, kan. Setidaknya dia masih memiliki tujuan untuk hidup.”

“Oi, kau diam saja,” sahut murid pertama ketus, “anak baru jangan banyak tingkah.”

Jungkook menghela napas, dia menatap Jimin dan tersenyum. “Gerakan badanmu keren. Kau mau mengajariku dance?” Mendengar itu, Jimin tersenyum dan mengangguk. “Kita bisa belajar sepulang se...”

“Team Wings!”

Jungkook dan Jimin menoleh, sementara semua murid berdiri dan menatap keluar kelas. Sekilas Jungkook melihat lima murid melintas di depan kelas mereka, mendapat tatapan dan komentar takjub dari murid lain. “Ah, Team Wings,” ucap Jimin, dia kemudian menatap Jungkook dan berucap, “kuingatkan kau, jangan sekali-sekali membuat masalah dengan Team Wings kalau kau mau hidup tenang disini.”

“Kenapa?” tanya Jungkook.

Jimin menggeleng saja, dia berucap, “Pokoknya jangan.” Jimin kembali menatap ponselnya, dia kembali menirukan gerakan yang dilihatnya dari video itu. Jungkook kembali menatap keluar kelas, dia menoleh saat murid tadi berkomentar, “Astaga, mereka benar-benar menunjukkan aura kuat mereka.” “Wajar saja, mereka membawa nama baik sekolah ini,” ucap murid di sebelahnya, “kalau mereka terlihat lemah, sekolah kita akan dipermalukan. Kita juga akan dipermalukan.”

Top of The StairsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang