part 6

116K 5.6K 206
                                    

Selama di ruang bk yang ku lakukan hanya lah menunduk, mengeluh, dan mengumpat dalam hati. Mendengar ceramahan ini sungguh membuat telingaku sakit. Lebih baik aku mendengarkan lagu Johnny Orlando.

Endingnya kami dipersilahkan keluar setelah diberikan wejangan gratis. Katanya untuk sekarang kami dimaafkan tapi jika ada kejadian kedua yang terulang hukuman menanti.

Aku baru memasuki ruang bk seumur hidup, itu pun karena ulah Sadewa. Cogan terkadang memang membawa petaka.

"Kantin dulu."

Bukannya kapok, dia malah mengenggam tanganku. Ah, tanganku tenggelam di dalam tangan besarnya.

"Lepasin, nanti ada guru yang lihat."

"Biarkan saja."

"Ish, nanti kita dipanggil ke ruang bk lagi."

"Tenang saja, sweety. Itu tidak akan terjadi lagi. Lihat saja nanti."

Ku tatap Sadewa dengan tatapan memicing. "Jangan-jangan kamu menggunakan kekuasaan nantinya?"

Sadewa tak menjawab. Ia hanya menyeringai. Dan seringaiannya cukup sebagai jawaban untukku.

Dasar holang kaya!

Bisa sesuka hati saja.

Ini baru 2 hari loh aku bersamanya. Sudah ada masalah. Bagaimana dengan hari-hari berikutnya?

"Eh, kita gak ke kelas?" tanyaku ketika tersadar kami melewati kelas ips 4 begitu saja.

"Kantin dulu. Aku lihat kamu lemas banget. Kamu perlu asupan untuk tubuh kecilmu, sweety."

Peka banget!

"Tapi aku mau ke kelas."

Lupa membawa uang, bagaimana caraku membayarnya nanti? Masa iya pakai uang Sadewa lagi? Hah! Aku tuh paling gak enak kalau pakai uang cowok. Meski pun mereka pakai embel-embel traktiran, tetap aja aku gak enak.

"Gak! Kantin dulu, sweety. Tenang saja, aku yang bayarin."

Sadewa menarik lenganku seperti menarik kambing ketika aku berhenti.

Hish!

Mentang-mentang aku lebih kecil dan lemah darinya dia bisa sesuka hati.

Lalu berakhir lah aku di kantin bersamanya. Dia memesankan nasi goreng komplit untukku.

"Makanan yang lain sudah habis, sweety. Hanya nasi goreng ini yang tersisa."

Dia terlihat begitu tampan.

Ups, sempat-sempatnya aku terpesona.

"Makan, sweety."

Dalam diam aku meringis. Sejak tadi pagi aku belum makan nasi putih. Perutku memang sangat lapar sekarang. Meronta mencium aroma nasi goreng. Namun, aku tidak bisa makan ini sekarang.

"Kenapa diam saja? Makan!!!" tekannya dengan nada dingin.

Ia meraih daguku, memaksa menatapnya. "Tolong jangan pancing sisi lain ku muncul ketika bersamamu, sweety." bisiknya dengan nada rendah yang dapat membuatku takut.

"Maaf." bisik ku lirih.

"Bagus. Sekarang makan."

Dengan berat hati aku memegang sendok dan garpu. Menyuapkannya dengan perlahan. Tatapan Sadewa tak pernah terlepas dariku. Benar-benar pria yang...... Ahh!! Sudah lah.

"Udah ya." pintaku memelas ketika merasakan perutku mulai sakit.

Yah, ini lah kenapa aku takut makan nasi goreng jika tidak makan nasi putih terlebih dahulu. Perutku selalu terasa terlilit dan itu sangat menyakitkan, asal kalian tahu.

My Perfect BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang