part 2

169K 7.5K 394
                                    

Pagi ini pagi yang sangat genting. Setelah belajar tambahan pagi, aku seperti orang kesurupan. Berteriak tertahan akibat banyak pr. Ada pr mtk, akuntansi, dan geografi.

Kebayang gak tuh gimana paniknya aku yang bahkan belum membuat secuil pun. Taunya aja baru beberapa menit yang lalu. Terpaksa ke kantin di tunda dulu.

"Woii!! Barengan dong buatnya." Tanpa basa-basi lagi aku duduk disamping Yela yang mencontek dari buku pr Widia. Mencatatnya dengan kilat.

Selesai dengan pr mtk, aku pergi ke tempat Elsa. "Pinjam akuntansi! Cepat oii!" ujarku histeris.

Dia terkekeh senang melihatku yang panik. Dasar sahabat laknat emang.

"Makanya buat pr di rumah dong!"

"Gue gak inget, suer! Cepet siniin buku lo. Ya ampun. Gue bisa diusir Bu Asma kalau gak buat."

Setelah dia memberikan buku akuntansinya, baru lah aku kembali ke tempat duduk dengan berlari. Dan lagi-lagi mencatat dengan kilat.

Tetttttt.. Tettt...

Jam pelajaran pertama. Semua siswa diharapkan masuk ke dalam kelas masing-masing.

Sial!! Itu bunyi bel!

Huwaa!! Pr-ku. Untung saja akuntansi jam pelajaran ketiga.

"Assalamualaikum." Bu Elly masuk ke dalam kelas.

"Waalaikumsalam." gumamku sembari terus mencatat dengan was-was.

Bu Elly ini pemarah. Dibalik kacamatanya sering kali membuatku merasa terintimidasi.

"Siapkan dan baca doa." Dengan sangat terpaksa aku meletakkan pensilku.

Kami berdoa, dipimpin oleh Yoga.

"Kemarin ibu ada kan ngasih tugas?"

"Ada, bu."

Biasanya dengan guru lain kami berani menjawab dengan lantang, "Tidak ada bu!!!!!" padahal aslinya ada. Tapi berhubung ibu ini pemarah, kami tidak berani.

"Kumpulkan sekarang."

Aku menyenggol lengan Yela. "Kumpulin punya gue sekalian ya."

"Iya, iya."

Sewaktu mereka mengumpulkan aku kembali mencatat. Kalau ada yang salah ku coret saja. Terlalu membuang waktu untuk menghapusnya.

Kelas menjadi heboh akibat celotehan mereka. Bu Elly keluar karena katanya ada buku yang tertinggal. Fiuh,, keberuntungan memihakku ternyata.

Setelah selesai aku baru bisa bernafas dengan lega. Kuseka keringat yang muncul di dahiku dengan tangan. Sorry, tisu gak ada hahaha.

Mengalihkan pandanganku ke luar kelas, berhubung Yela masih menyalin. Dia ini agak lambat kalau mencatat. Oh, atau akunya yang kecepatan nulis?

Degh!

Apa?

Aku tidak salah lihat, kan?

Dia nyata, kan?

Bukan halusinasiku semata?

Apa ini akibat keracunan wattpad?

Hikss.. Jangan dong. Kayaknya aku harus kurangin membaca yang dapat membuatku halu deh.

Di pintu, aku melihat sesosok cogan. Kulitnya putih bersih, hidungnya mancung, matanya indah, alisnya hitam, rambutnya pirang, tubuhnya tinggi dan tegap (kuyakini di perutnya terdapat kotak-kotak), bibirnya merah, lengannya berotot, dan sorot matanya tajam namun juga misterius dalam waktu bersamaan.

My Perfect BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang