🎅

213 26 1
                                    

"Kisah kita sudah berakhir Myungsoo, tolong mengerti."jelasku yang sudah tidak bisa menahan tangisanku, rasanya begitu menyakitkan mengingat apa yang telah terjadi antara aku dengan dia.

"Bahkan aku belum mengatakan setuju dengan berakhirnya hubungan kita!"pekik Myungsoo.

"Atau mungkin kita bisa memulainya dari awal?"lanjutnya.

Aku hanya tersenyum miris mendengarnya. Memulai dari awal? Benarkah? Semudah itu?

Aku mengusap kasar air mata yang masih tersisa di pipi dan mataku.

"Aku sudah memiliki kekasih Myungsoo, mengertilah."pekikku yang langsung berdiri meninggalkan Myungsoo.

Aku langsung pergi meninggalkan tempat makan tersebut dan meninggalkan Myungsoo

Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan Myungsoo saat ini, aku sangat membencinya, tapi disisi lain aku masih mencintainya.

Ketika hari demi hari aku mencoba melupakan kenanganku dengan dia, dia dengan mudahnya datang dan mengembalikan semua ingatan tentangnya yang pernah aku hapus selama ini.

Aku merasakan tangan merekat dengan tanganku.

"Aku mohon Myungsoo, tinggalkan aku!"pintaku yang masih terbilang emosional.

"Aku Jinyoung."

APA?!

Aku reflek melepaskan tangan Jinyoung dariku, ekpresinya saat ini sulit ditebak, aku tidak tahu Jinyoung akan marah atau mendiamkanku berhari-hari.

Jangan diam terus! Ini membuatku frustasi.

"Kaja, aku akan mengatarmu pulang."ucapnya yang kemudian mengacak rambutku dengan lembut.

"Ne."jawabku singkat karena bingung dengan reaksinya, sangat diluar prediksiku.

Lalu dimana Myungsoo pergi? Apa dia tidak mengejarku dan masih disana?

Lupakan.

Rasanya begitu cangguh dengan Jinyoung, kali ini dia terlihat diam dan terus menundukkan kepalanya.

Aku takut mengcewakannya, bahkan aku tidak tahu seberapa banyak yang dia dengar.

"Jinyoung."panggilku.

"Ne?"

"Sejak kapan kamu berada disana?"tanyaku sedikit ragu.

Langkah Jinyoung kini terhenti dan beralih menatapku.

"Semenjak kamu dengannya belum berada disana."

"Kaja, besok kamu ada kerja di super market pagi-pagikan?"lanjutnya.

"Ne."jawabku.

Aish ternyata Jinyoung mendengar semuanya, aku lupa jika tempat tadi adalah tempat yang sering Jinyoung kunjungi.

Dengan kerja sebagai karyawan tidak cukup untuk Ibuku dan adikku.

Ayahku meninggal 2 tahun yang lalu, sedangkan Ibuku hanya seorang ibu rumah tangga dan adikku masih sekolah menengah pertama.

Ibu dan adikku sangat bergantung denganku, jika aku hanya mengandalkan uang sebagai karyawan kantoran itu tidak cukup dengan aku harus kerja pagi-pagi buta untuk menambah penghasilanku.

Kini aku dengan Jinyoung telah berada tepat didepan apartemenku.

"Tidurlah, aku akan jaga didepan."pintanya.

"WAE?"aku terkejut sampai loncat.

"Ini tinggal 2 jam, tidurlah, besok aku akan mengantarmu."

Melihat simpati dari Jinyoung semakin membuatku bersalah, aku tidak bisa menahannya, aku langsung memeluknya.

"Mian, Jinyoung."

Kemudian aku melepaskan pelukanku darinya dan aku harap bisa lebih menjaga perasaannya Jinyoung

"Yaa! Jangan tidur diluar, masuklah, kamu bisa tidur di sofa depan TV."ucapku seraya menarik tangan Jinyoung untuk ikut masuk ke dalam.

Aku harap bantal dan selimut bisa membuat Jinyoung tidur lebih nyaman, untuk pertama kalinya aku memperbolehkan seorang laki-laki masuk ke Apartementku, apalagi untuk tidur di Apartement.

Aku percaya padamu Jinyoung.

Aku mulai beranjak tidur, menjaga kesehatan adalah hal utama agar semua perkerjaanku berjalan dengan lancar.

Alarm dari samping telingaku mulai berdering, dengan berat hati aku membuka mataku untuk kembali bekerja.

'Tok-tok.'

Sepertinya Jinyoung sudah terbangun dari tidur, aku mulai keluar dari kamar dengan muka apa adanya mendapati Jinyoung yang sudah membawa nasi bungkus untuk bekalku nanti.

Aku mulai mengambil makanan tersebut dan memasukannya ke dalam tasku, pukul menunjuksn jam 3 kurang 10 menit, aku bergegas masuk kamar mandi hanya untuk membasuh muka dan sikat gigi, hal tersebut terus aku lakukan setiap hari dan mandi di Kantor agar tidak terlambat.

"Sudah siap?"tanyanya yang aku jawab dengan anggukan pertanda 'iya'.

Dengan waktu hanya tinggal 6 menit, Jinyoung mengendari mobil dengan kencang.

Pagi-pagi petang memang jalan raya masih sepi di daerahku.

"Kita sudah sampai."ucapnya.

Aku menatapnya sebentar dan tersenyum kepada Jinyoung.

Jam 3 tepat, aku langsung bergegas masuk ke dalam supermarket kecil dan menggantikan temanku yang sudah menungguku.

Sepertinya Jinyoung sudah tidak berada didepan supermarker.

"Cie, siapa tadi?"goda temanku Jonghyun.

Jonghyun adalah orang yang manis dan ramah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jonghyun adalah orang yang manis dan ramah. Dengan Jonghyunlah aku bisa terbuka dan cerita tentang masa laluku kepadanya.

"Atau dia itu L?"tanya Jonghyun sambil menaik turunkan alisnya.

Menyebalkan sekali ekspresi Jonghyun yang membuatku ingin menguburnya hidup-hidup.

Sepertinya aku akan mengurungkan niatku untuk bercerita kepadanya tentang hubunganku dengan Jinyoung dan juga pertemuanku kembali dengan Myungsoo.

Aku memilih mengabaikannya dan berjalan ke kasir.

Tapi Jonghyun masih terus menggangguku sambil menyenggol-nyenggol diriku.

"Yaa!"kesalku yang mulai berapi-api.

"Jonghyun, Suzy, aku pulang dulu."ucap Leehi yang aku gantikan posisinya.

Kini aku beralih melihat Jonghyun dan membalasnya dengan tatapan mematikan yang dibalasnya dengan tawa membahana.

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang