👷

222 26 0
                                    

Aku tidak percaya dengan apa yang diutarakan oleh Jinyoung, seakan Myungsoo tahu, dia kembali menegurku.

"Ini bukan mimpi, Pabo!"tegur Myungsoo.

Karena aku memang nyaman dengan Jinyoung, aku memutuskan untuk menerimanya, dan bisa menyingkirkan Myungsoo dari hidupku.

Sebenarnya aku belum merasa jatuh cinta dengan Jinyoung. Ini hanya sebuah kenyamanan semata. Kenyataannya bahwa hatiku masih milih Myungsoo.

Jinyoung menarik diriku dalam pelukannya.

Ekspresi Myungsoo sangat lucu bagiku, dulu aku selalu mentertawakannnya ketika rahang bawah mulutnya mulai jatuh ke bawah karena terkejut.

Myungsoo tidak beranjak dari tempatnya, itu membuat wajah Jinyoung terlihat kesal dan menarikku masuk ke mobilnya.

Sampai dirumah Jinyoung menggandeng tanganku sampai didepan pintu.

Senyumnya terlihat mengembang, disisi lain aku merasa bersalah menerima cintanya dan aku harap dapat belajar mencintainya.

Soyou hanya menatap tajam wajahku seakan ingin memakanku hidup-hidup.

Jinyoung memetuskan pergi meninggalkan apartemenku dengan Soyou setelah meminum secangkir kopi.

Aku memutuskan memasuki kamar dan tiduran di kasur.

Hari ini rasanya begitu melelahkan, mulai dari kemunculan Myungsoo dan statusku yang sudah berubah.

Mataku mulai aku pejamkan perlahan.

"YAA! SOYOU." Kejutku yang langsung reflek bangun dari tempat tidur dengan posisi duduk.

Wajahku sudah basah dengan air yang di siram oleh Soyou, Soyou dengan mudahnya tertawa seperti orang bodoh.

Kini Soyou memilih duduk di kasur tepatnya di sebelahku.

"Jelaskan padaku."pintanya.

Aku berdecak kesal yang memetuskan untuk menceritakan semuanya yang aku alami tadi.

Mulutnya menganga ketika tahu bahwa CEO yang bernama Myungsoo adalah L dan tatapannya kini mulai tajam saat aku menceritakan Jinyoung.

Wajahnya kini terlihat serius, aku memilih mengabaikannya dan langsung tiduran kembali ke kasur.

"Jangan bohongi dirimu sendiri, suzy-ya."ucap Soyou yang membuat hatiku terasa begitu sakit.

Aku tahu saat ini, aku terlihat begitu munafik dengan mengambil keputusan sepihak tanpa berdiskusi dengan hatiku.

Rasanya begitu lelah, masa lalu yang mengerikan terlihat kembali di ingatanku, sepertinya aku benar-benar masih menginginkan sosok Myungsoo di sampingku.

Jam dinding menunjukan pukul tengah malam, aku masih belum bisa tertidur, aku memutuskan keluar apartemen untuk mencari teh hangat dan menyegarkan pikiranku sejenak.

Tapi aku merasa ada seseorang yang terus mengikutiku dari belakang, aku semakin mempercepat langkahku, tapi seseorang itu juga semakin mempercepat langkahnya.

Tanganya yang kuat mencengkram pergelangan tanganku membuat aku panik dan mencoba menengok ke belakang, laki-laki bertubuh kekar dan menakutkan seperti preman, aku mulai panik dan mencoba meminta pertolongan.

Orang itu hanya tersenyum bodoh melihatku ketakutan.

Tiba-tiba ada seorang laki-laki datang memukul yang orang tadi, aku mulai merasa lega setelah itu, penerangan jalan tidak begitu terang membuatku sulit melihat siapa orang yang telah menolongku.

Myungsoo? Benarkah orang itu Myungsoo? Yang sudah menolongku.

Preman tersebut lari meninggalkan orang yang aku rasa adalah Myungsoo. Dan aku berjalan menghampirinya.

Iya benar sekali, setelah aku lihat dari dekat, memang dia adalah Myungsoo.

Aku mencoba untuk berterima kasih tapi Myungsoo langsung memarahiku.

"YAA!, PABO, JANGAN KELUAR MALAM-MALAM SENDIRI!"bentak Myunsoo yang membuatku reflek menangis.

"Mian, aku hanya takut kamu terluka."jelas Myungsoo sambil memelukku.

Aku begitu nyaman merasakan kehangatan dari pelukkannya.

Astaga apa yang aku pikirkan, aku ini pacarnya Jinyoung, aku langsung melepas pelukkan dari Myungsoo dan berjalan kembali ke Apartement.

Myungsoo terus menghalangi jalanku dengan berdiri didepanku, jika aku terus melangkah, aku akan semakin dekat dengannya, aku mulai muak dan mulai angkat bicara.

"Apa maumu?"ketusku yang memutuskan untuk menanggapinya.

"Mampir sebentar untuk makan."pinta Myungsoo seraya tersenyum, senyumnya begitu manis, ah menyebalkan, ini sungguh tidak baik untuk kesehatan jantungku.

Dengan terpaksa aku menuruti permintaannya.

Myungsoo langsung mengandeng tanganku.

Aku tidak boleh menyukainya lagi!

Otak dan hatiku saat ini sedang kacau, ini membuatku kesal, semua ini gara-gara Myungsoo.

"AISH!!"teriakku tiba-tiba yang membuat Myungsoo menghentikan langkahnya dan memperhatikanku.

"Gwenchana?"tanyanya dengan lembut dan masih terus menatapku.

Sadarlah Suzy! Sadarlah!

Aku akhirnya mendorong dia agar jauh dari hadapanku.

"Gak usah baper kali."ucapnya yang disambung dengan tawanya berapi-api.

Untung Bosku kalau nggak besoknya sudah ada berita seorang laki-laki dibunuh oleh mantannya sendiri.

Tingkahnya yang seperti ini sungguh sangat kurindukan.

Tidak lama ternyata kami sudah sampai di tempat makan di pinggir jalan. Bisa dibilang pedagang kaki lima.

"Kamu mau makan apa?"tanyanya yang membuatku menahan tawa.

"Yaa! Adanya kan nasi goreng, orang jualannya nasi goreng doang, itu juga ada tulisannya besar."sautku.

Myungsoo hanya mengusap kepalanya karena malu. Lucu sekali.

Muka Myungsoo mulai terlihat serius. Kali ini Myungsoo memegang kedua tanganku.

"A-ku masih menyukaimu."

AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang